65 sudah sangat buruk kondisinya dan untuk memelihara dan melindungi hutan yang masih
ada saat ini. Masyarkat menyadari akan pelarangan tersebut namun bagi sebagian warga
yang masih tergiur akan nilai ekonomisnya dan kurangnya bahan laut saat ini serta kurang tersedia lapangan pekerjaan yang lain bagi mereka, dengan cara apapun tetap
melaksanakan penebangan walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi, tetapi saat ini intensitasnya telah menurun sebab telah berkurangnya lahan pohon bakau yang
berstandar ekonomis dan juga pihak pemerintah setempat mengontrol dengan ketat lahan-lahan bakau yang tersisa. Seperti penuturan bapak Bahtiar desa Pekan Tanjung
Beringin: “Sudah sekitar 5 tahun terakhir pemerintah membuat larangan itu. Hasilnya
penebangan lama-lama makin berkurang. Tapi aku rasa sia-sia aja karena hutan bakaunya udah habis duluan baru ada pelarangan. Itukan sama aja
dengan bohong” Dilihat dari keberadaan bakau di dua wilayah ini yang sudah sangat kritis,
terlihat bahwa masyarakat tidak ambil pusing atas masalah ini. Dan pemerintah sepertinya hampir terambat mengatasinya.
A. 3. Pertambakan Dan Perkebunan Sawit
Potensi lahan hutan mangrove merupakan lirikan para pengusaha untuk menanamkan investasi pertambakan udang, karapu dan perkebunan secara besar dan
profesional dengan dukungan modal, tenaga ahli pembudidayaan tambak dan kelapa sawit serta tenaga-tenaga buruh padat karya yang berfungsi merawat, mengawasi
sampai usaha tersebut menghasilkan. Namun saat ini pertambakan kerapu di dua desa
Universitas Sumatera Utara
66 ini sudah sejak lima belas tahun yang lalu sudah tidak produktif lagi. Hal ini
dikarenakan kondisi air laut yang menurut para nelayan sudah tidak cocok lagi untuk dijadikan pertambakan kerapu. Air laut disekitar pesisir sudah menjadi tawar akibat
pengikisan air laut yang sudah mencapai daratan sehingga aliran air sungai yang ada di desa tersebut mempengaruhi kondisi air laut. Dan yang dapat di budidayakan hanyalah
budidaya tambak udang. Sarana pertambakan udang yang ada hanya ada di desa Pantai Cermin Kanan.
Sementara di desa Pekan Tanjung Beringin sudah tidak ada lagi pertambakan apapun. Dahulu setidaknya keberadaan tambak udang dan kerapu mempengaruhi masyarakat
setempat untuk ikut membudidayakannya, tentunya bagi mereka yang mempunyai kesanggupan modal.
Saat ini lahan yang dikelola secara produktif untuk tambak udang air payau yang ada di desa Pantai Cermin Kanan ada sekitar 10 ha dari 25 ha lahan yang potensial.
Pada tahun 2006 produksi usaha tambak udang tersebut kira-kira 14 ton dari 10 ha yang produktif tersebut. Hal tersebut menggambarkan bahwasanya bila seluruh lahan yang
potensial 25 ha di kelola secara baik dan terpadu maka produksi untuk tiap tahunnya pastilah akan memberikan hasil yang sangat tinggi bagi kondisi dan perekonomian
kabupaten Serdang Bedagai pada umumnya. Sementara perkebunan kelapa sawit adalah usaha yang terbanyak yang saat ini
dilakoni oleh para pemilik modal. Hampir separuh luas wilayah perkebunan tersebut menutupi desa Pekan Tanjung Beringin dan desa Pantai Cermin Kanan. Hal tersebut
terlihat dari sepanjang jalan yang menuju kedua wilayah ini terbentang luas hamparan kelapa sawit. Menurut para masyarakat pembangunan perkebunan yang dilakukan di
Universitas Sumatera Utara
67 dua desa ini sudah optimal dilakukan, karena sumbangan pajak terbesar adalah berasal
dari perkebunan kelapa sawit tersebut. Dan ketika pembangunan kelapa sawit banyak sekali hutan-hutan bakau yang ditebang oleh para pemodal tersebut.
Pembudidayaan udang dan Perkebunan kelapa sawit telah menyempitkan tempat aktifitas nelayan tradisional hutan bakau dalam berburu biota atau ikan yang
bermanfaat. Akar-akar bakau sebagai lokasi pengembangan mengalami disfungsi begitu juga dengan sarang ketam, kerang-kerangan ikut terbongkar oleh mesin-mesin
pembukaan areal pertambakan dan perkebunan.
A. 4. Organisasi Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove