75 Aparat desa tidak mampu berbuat banyak dalam mencegah para nelayan yang
merusak karang dengan alat tangkap mereka, begitu juga nelayan setempat tidak mempunyai keberanian bertindak terhadap aktifitas penangkapan ikan oleh nelayan luar
dilokasi yang seharusnya tidak cocok untuk alat tangkap mereka. Nelayan setempat berperinsip asalkan mereka tidak mengganggu alat tangkap nelayan setempat.
B. 2. Wilayah Penangkapan atau jalur Penangkapan
Secara umum komunitas nelayan desa Pekan Tanjung Beringin dan nelayan desa Pantai Cermin Kanan tidak mengenal atau batas-batas wilayah pengelolaan. Proses
perburuan sumber daya laut lebih tergantung kepada kemampuan penerapan teknologi penangkapan nelayan di perairan, hal ini terbukti bila ikan timbul pada zona nelayan
pantai 3-4 mil laut masih saja banyak terlihat pukat-pukat moderen seperti pukat cincin, bagan boat ber GT 40-60 yang bebas beroperasi menangkap ikan sementara alat
tangkap tradisional seperti bagan pancang, pukat tepi, jaring salam dan lain-lain tidak dapat berbuat apa-apa hanya melihat, mengomentari perilaku-perilaku nelayan moderen
tersebut. Pemerintah melalui dinas perikanan sebenarnya telah mengeluarkan aturan
zona-zona batas wilayah penangkapan bagi para nelayan sebagai katub pengaman berdimensi publik dalam rangka untuk pelestarian sumber daya laut dari kecenderungan
eksploitasi yang berlebihan, disamping bertujuan untuk melindungi kepentingan nelayan-nelayan kecil. Maka surat keputusan Menteri Pertanian No.
607KptsUm91976 yang diperkuat Undang-undang No. 329KptsIK.12041999 tersebut secara mekanik berfungsi menghindari konflik kepentingan diantara pihak-
Universitas Sumatera Utara
76 pihak yang berkompoten dalam mengeksploitasi potensi sumber daya laut melalui
pengaturan jalur-jalur operasi penangkapan ikan. Pengaturan jalur-jalur penangkapan tersebut berhubungan dengan wilayah Non ZEE yang dapat digali dan penggunaan
kapal, alat tangkap ikan yang sesuai. 1.
Jalur penangkapan I, adalah perairan pantai selebar 3 mil laut yang diukur dari titik terendah pada waktu air surut, yang tertutup bagi: 1. Kapal penangkap ikan
bermesin dalam In Board berukuran di atas 5 GT atau kapal penangkap ikan in board berkekuatan di atas 10 daya kuda PK, 2. Semua jenis jaring Trawl, 3.
Jaring Pukat cincinlanggar dan sejenisnya, 4. Jaring Pukat lingkar dan jaring pukat hanyut tongkol, 5. Pukat payinglemparbanting diatas 120 m panjang
dari ujung sayap atau kaki yang satu ke ujung yang lain. 2.
Jalur penangkapan II, adalah perairan 4 mil laut yang di ukur dari luar garis jalur penangkapan I, dan tertutup bagi: 1. Kapal penangkapan ikan bermesin in board
berukuran 25 GT atau penangkapan ikan bermesin in board yang berkekuatan di atas 50 daya kuda PK, 2. Jaring Trawl dasar berpanel Otte Board yang
panjang tali ris atasbawah di atas 12 m, 3. Jaring Trawl melayang Pelagis Trawl jaring trawl yang ditarik dua kapal Pair Bull Trawl, 4. Jaring Pukat
cincinlanggar dan sejenisnya yang mempunyai panjang di atas 300-m. 3.
Jalur penangkapan ikan III, adalah perairan selebar 5 mil laut yang diukur dari garis luar jalur penangkapan II, dimana tertutup bagi 1. Kapal penangkap ikan
bermesin in board berukuran diatas 100 GT atau kapal penangkap ikan yang berkekuatan di atas 200 daya kuda PK, 2. Jaring trawl dasar dan melayang
Universitas Sumatera Utara
77 berpanel Otter Boad yang panjang tali rias atasbawah di atas 20 m, 3. Pair
Bull Trawl, 4. Jaring pukat cincinlanggar dan sejenisnya yang panjangnya di atas 600-m.
4. Jalur penangkapan IV, terbuka bagi: semua jenis kapal dan alat penangkapan
yang sah terkecuali pair bull trawl hanya boleh beroperasi di perairan samudera Indonesia.
Selain itu, disebabkan pula untuk semua jenis jaring yang ukuran matanya kurang dari 25 mm dan purse seine cakalang pukat cincin tuna yang ukuran matanya
kurang dari 60 mm dilarang dipergunakan untuk semua jalur penangkapan. Dari bunyi SK Mentan No. 607KptsUm 91976 diatas, sebagian nelayan terutama nelayan
tradisional kurang tahu atau tidak tahu sama sekali dan merasa kabur dalam penentuan titik batas wilayah penangkapan, karena sifat territorial, apalagi bagi armada nelayan
yang tidak dilengkapi dengan petunjuk arah dan jarak sedangkan nelayan moderen di sisi lain tetap saja melanggar aturan wilayah penangkapan di atas sehingga masalah-
masalah yang berhubungan dengan konteks wilayah penagkapan ini masih memerlukan penanganan, khususnya dalam penentuan batas-batas permanen perairan yang menjadi
acuan bagi jalur atau penangkapan ikan. Faktor-faktor mendasar yang menjadi acuan dalam penentuan kawasan
penangkapan ikan berdasarkan atas: a. jenis-jenis ikan yang dimanfaatkan atau jenis ikan yang berpeluang bagi pengembangan penangkapan, b. bentuk dan geografi
perairan, c migrasi dan penyebaran ikan-ikan, d ukuran dan jenis kapal perikanan,
Universitas Sumatera Utara
78 e. ukuran dan jenis alat tangkap, f. dukungan kelembagaan perikanan dan peraturan
yang telah ada Dinas Perikanan Dati I Sumatera Utara, 1993, 122. Lokasi penangkapan ikan sangat bergantung kepada besarnya potensi lestari dan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan, penyebaran sumber daya biota laut, ikan dan musim penangkapan serta tingkat produktifitas nelayan. Nelayan desa Pekan Tanjung
Beringin dan desa Pantai Cermin Kanan tidak saja melakukan penangkapan ikan di perairan Sergai saja, namun mencakup seluruh perairan yang berada dekat dengan
kawasan daerah mereka. Ruang lingkup penangkapan tergantung kemampuan daya jelajah dan penurunan produksi penangkapan yang ada di wilayah mereka.
C. Jenis Alat Tangkap Nelayan Dan Pemanfaatan Sumber Daya Laut