82
C. 1. 2. Nelayan Penangkap Ketam dan Kepiting
Sama halnya dengan nelayan pencari biota-biota, nelayan penangkap ketam dan kepiting yang kebanyakan beroperasi di hutan bakau, saat ini sudah jauh berkurang
jumlah nelayan yang melakukan aktifitas ini. Hal ini terjadi akibat kemerosotan kualitas dan kuantitas hutan bakau akibat perubahan fungsi, dan hal ini sangat berpengaruh
terhadap hasil tangkap mereka dimana populasi ketam dan kepiting ini sudah berkurang. Diantara dua wilayah ini, nelayan yang melakukan aktifitas penangkapan
kepiting yang paling banyak adalah di desa Pantai Cermin Kanan. Sementara di Pekan Tanjung Beringin hampir tidak ada nelayan yang melakukan aktifitas ini. Hal tersebut
dikarenakan nelayan di desa Pekan Tanjung Beringin lebih terkofokus dengan jaring Gembung sebagai alat tangkapnya. Dan rata-rata nelayan di desa ini adalah nelayan
buruh yang notabene tidak memiliki sampankapal pribadi. Di desa Pantai Cermin Kanan banyak yang melakukan penangkapan ini karena menurut mereka keadaan
pesisir mereka memang dari dahulu sangat banyak kepitingnya sebagai sumber daya alam. Ditambah lagi biasanya nelayan yang melakukan aktifitas ini adalah nelayan
dengan modal yang pas-pasan. Mereka juga menimbang struktur harga kepiting yang semakin hari semakin mahal harganya, jarang harga kepiting yang bisa turun drastis
harganya. Ditambah lagi di daerah tersebut adalah wilayah wisata. Sehingga bila mendapat hasil tangkap akan segera laku terjual ke pedagang penampung dengan harga
yang cukup mahal per kilonya. Saat ini harga kepiting per kilonya Rp. 15.000,- Penangkapan ketam dan kepiting ini termasuk zona perikanan pantai. Mereka
biasanya menebar jaring mereka ke wilayah bakau yang hampir menuju laut kira-kira
Universitas Sumatera Utara
83 30-50 meter dari pinggiran hutan. Biasanya mereka menebar jaring jam 4 pagi lalu sore
datang kembali kelokasi sekitar jam 3 sore untuk melihat hasil tangkapan mereka. Jaring yang mereka gunakan biasanya adalah jaring yang di rajut sendiri oleh mereka.
Mereka akan membeli bahan-bahan yang menjadi bahan utama pembuatan jaring yaitu benang, besi yang berbentuk bulat lonjong yang berukuran 1cm sebanyak yang mereka
butuhkan, lalu jarum kait untuk mengkait benang-benang tersebut. Mereka biasanya membuat jaring dengan panjang kira-kira 10-30m dengan tinggi 40-50cm tergantung
modal yang mereka punya. Hasil tangkapan mereka biasanya tergantung musim. Bila sekitar bulan
Desember sampai pertengahan bulan February biasanya hasil tangkapan mereka banyak. Namun di sekitar bulan Maret sampai awal November maka hasil tangkap
mereka tidak terlalu banyak. Biasanya hasil tangkapan mereka akan di jual kepada para pedagang yang memang khusus menampung hasil laut berupa kepiting. Para nelayan
biasanya menjual kepada pedagang penampung yang menjadi langganan mereka. Ada hal yang cukup menarik dari hubungan pedagang penampung dan nelayan
penangkap kepiting ini. Untuk mengikat para nelayan agar mau menjual hasil tangkap kepiting mereka, biasanya para pedagang ini akan langsung mendatangi si nelayan
sehari sebelum si nelayan pergi kelaut. Hal ini mereka lakukan agar si nelayan tidak menjualkan hasil tangkapnya ke pedagang yang lain. Dan para pedagang ini akan
memberi uang muka awal untuk nelayan sebagai tanda jadinya. Hal tersebut dikarenakan lokasi Pantai Cermin Kanan yang saat ini sedang mengembangkan wisata
pantainya yang cukup terkenal yaitu Theme Park. Di lokasi wisata tersebut banyak
Universitas Sumatera Utara
84 sekali rumah makan atau yang biasa disebut kafe oleh warga setempat menyediakan
berbagai menu makanan yang terbuat dari bahan kepiting atau ketam laut yang harganya cukup mahal per porsinya sekitar Rp. 45.000-75.000,-. Dan menurut para
pemilik kafe makanan yang terbuat dari bahan kepiting dan ketam tersebutlah yang menjadi primadona oleh para pengunjung pantai.
C. 1. 3. Penjaring Ikan