Perumusan Masalah Model Peningkatan Stok Cumi Cumi (Photololigo Chinensis) Di Perairan Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

8 Sumberdaya cumi-cum populasi yang unik. Para faktor kondisi, pertumbuha terhadap karakteristik popul eksternal seperti suhu perair Komponen sumberda akan mempengaruhi besara dihitung parameter biofisik tangkap atau qatchability coe K serta parameter bio-ekonom dan keuntungan ekonomi pa Teknologi penangkapa terhadap ekstraksi sumbe digunakan akan mempenga mempengaruhi besarnya teka Nilai ekonomi cumi-cumi penangkapan. Produksi, C penerimaan, biaya produksi tinggi maka sebagian keunt teknologi penangkapan yang Gambar 2 Kerangka pemiki Pada penelitian ini penempatan atraktor cumi ground di Kabupaten Ban mengetahui jumlah telur cum i-cumi yang berada di perairan memiliki arameter dinamika populasi, seperti pola pert han, mortalitas dan laju eksploitasi, memberi populasi. Karakteristik populasi juga dipengaruh rairan dan tingkat pemanfaatan. rdaya cumi-cumi, teknologi penangkapan dan ran tingkat produksi dan CPUE. Selanjutnya j ik yaitu pertumbuhan intrinsik r, koefesien ke y coeffecient q dan daya dukung atau carrying ekonomi yaitu nilai produksi, upaya tangkap a pada tingkat MSY dan MEY. kapan dan ekonomi cumi-cumi merupakan faktor berdaya cumi-cumi. Teknologi penangkap engaruhi tinggi rendahnya pemanfaatan ya tekanan terhadap sumberdaya cumi-cumi yang i akan dapat dilihat melalui keragaan finans CPUE dan harga akan mempengaruhi tinggi r ksi dan keuntungan usaha. Jika nilai ekonomi c euntungan akan digunakan untuk melakukan ang digunakan. ikiran penelitian ini juga dilakukan experimental research mi pada perairan yang merupakan tempat Bangka. Experimental research ini bertujua cumi-cumi yang menempel pada atraktor secara ki dinamika pertumbuhan, ri gambaran aruhi faktor dan ekonomi a juga dapat n kemampuan ing capacity p atau effort ktor penting kapan yang yang akan ang tersedia. nansial usaha nggi rendahnya i cumi-cumi n perbaikan arch dengan pat spawning ujuan untuk ara temporal 9 serta untuk mengetahui proses penetasan dan hatcing rate telur cumi-cumi. Data ini selanjutkan akan dicari hubungannya dengan data lainnya seperti musim penangkapan dan produksi. Berdasarkan data yang diperoleh dari analisis terhadap kelima komponen maka disusun model stok sumberdaya cumi-cumi dengan menggunakan model sistim dinamis. Kelebihan penggunaan model ini yaitu memperhatikan adanya saling ketergantungan, interaksi, umpan balik informasi, dan kasualitas melingkar. Sistem ini menyelesaikan permasalahan secara simultan dengan memperbaharui seluruh variabel-variabel sistem seiring dengan bergeraknya waktu, sehingga diharapkan model stok sumberdaya cumi-cumi yang disusun merupakan model yang berkelanjutan.

1.6 Kebaharuan

Kebaharuan pada penelitian ini yaitu: 1 Model peningkatan stok perikanan cumi-cumi dengan introduksi atraktor cumi dengan menggunakan sistem dinamik berdasar data statistik, hasil olahan dan hasil pengukuran experimental research. 2 Analisis optimasi dinamik perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka. 3 Pendugaan hubungan musim bertelur cumi-cumi P. chinensis dengan musim penangkapan dan parameter oseanografi yaitu suhu permukaan laut dan klorofil-a. 10 2 HUBUNGAN PRODUKSI ALAT TANGKAP PANCING CUMI DENGAN PARAMETER OSEANOGRAFI

2.1 Pendahuluan

Produksi perikanan pada suatu daerah umumnya disebabkan oleh ketersediaan ikan pada perairan yang menjadi daerah penangkapan ikan di daerah tersebut. Ketersediaan ikan pada daerah penangkapan dipengaruhi oleh tingkah laku ikan yang menjadi target penangkapan. Tingkah laku ikan, termasuk cumi- cumi, menurut Simbolon 2011 sangat dipengaruhi oleh dinamika berbagai aspek lingkungan perairan. Pada sisi lain lingkungan perairan juga tidak selalu memiliki kondisi yang sama pada setiap tempat dan setiap waktu. Hal ini mengakibatkan penyebaran dan kelimpahan ikan, termasuk cumi-cumi, menjadi berbeda-beda. Beberapa parameter oseanografi yang mempengaruhi penyebaran ikan diantaranya yaitu suhu, salinitas, arus dan kesuburan perairan. Suhu permukaan laut dan klorofil-a menurut Gunarso 1985 memegang peranan penting dalam menentukan daerah penangkapan ikan. Hasil penelitian Simbolon dan Harry 2009 di Teluk Palabuhanratu menunjukkan adanya hubungan antara klorofil-a dengan hasil tangkapan tongkol, dimana hasil tangkapan tongkol meningkat setelah selang 30 hari terjadinya peningkatan sebaran klorofil-a di perairan Palabuhanratu. Klorofil-a adalah jenis klorofil yang lebih banyak ditemukan dalam fitoplankton. Fitoplankton merupakan organisme planktonik yang mampu menghasilkan senyawa organik melalui reaksi fotosintesis sehingga dikatakan sebagai produsen primer Nontji 2005. Populasi fitoplankton pada suatu perairan akan berpengaruh terhadap produktivitas sekunder Livington 2001. Fitoplankton merupakan makanan hewan herbivora. Selanjutnya hewan herbivora akan dimakan oleh hewan karnivora kecil, dan hewan karnivora kecil akan dimakan oleh hewan karnivora lebih besar dan seterusnya. Cumi-cumi termasuk golongan hewan karnivora karena memakan udang dan ikan-ikan pelagis yang ditangkap dengan tentakelnya Barnes 1987. Komponen makanan yang paling sering ditemukan pada lambung cumi-cumi yaitu ikan-ikan kecil dan jenis krustacea Raharjo dan Bengen 1984. Perairan Kabupaten Bangka merupakan salah satu daerah penangkapan cumi-cumi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Produksi cumi-cumi daerah ini pada tahun 2013 mencapai 925.63 ton yang terdiri dari produksi yang didaratkan di PPN Sungailiat 131.83 ton dan produksi yang di luar PPN 793.80 ton. Produksi cumi yang didaratkan di PPN Sungailiat seluruhnya dihasilkan oleh alat tangkap pancing cumi, sedang produksi cumi di luar PPN sebagian besar dihasilkan oleh alat tangkap bagan tancap. Berdasar data Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan 2014 diketahui bahwa hasil tangkapan cumi-cumi yang didaratkan di PPN Sungailiat berfluktuasi setiap bulannya. Produksi cumi-cumi yang berbeda antar waktu mempunyai hubungan dengan ketersediaan stok cumi-cumi di perairan. Ketersediaan stok cumi-cumi pada suatu perairan memiliki hubungan dengan tingkah laku cumi-cumi. Tingkah laku cumi-cumi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat kesuburan perairan, musim dan faktor-faktor oseanografi. Berkaitan dengan hal tersebut