110 Penempatan atraktor cumi pada zona 1 diprediksi akan meningkatkan
ketersediaan stok antara 0,78 - 39,63 dan pada zona 2 peningkatannya antara 7,91 - 52,33 dari kondisi stok cumi-cumi awal yaitu 1.900,85 ton.
Produksi per trip diprediksi akan meningkat antara 0,69 – 52,08 dari tingkat produksi awal yaitu 0,144 tontrip. Pendapatan per trip diprediksi akan
meningkat antara 0,79 – 52,46 dari pendapatan awal yaitu Rp 5,09 jutatrip. Keuntungan per trip diprediksi akan meningkat antara 1,39 – 92,36 dari
keuntungan awal yaitu Rp 2,88 juta per trip.
7 Penempatan atraktor cumi di perairan akan membentuk habitat baru bagi
cumi-cumi sehingga memiliki potensi meningkatkan stok sebagaimana upaya pelepasan benih hasil budidaya ke alam melalui stock enhancement atau
restocking
.
8.2 Saran
Dalam rangka implementasi teknologi atraktor cumi untuk meningkatkan ketersediaan stok cumi-cumi ini disarankan :
1 Penelitian lanjutan untuk menganalisis biaya-manfaat benefit cost analysis
pemasangan atraktor cumi-cumi dalam skala besar. 2
Penelitian lanjutan untuk memetakan perairan pesisir yang dapat dijadikan lokasi penempatan atraktor cumi. Persyaratan lokasi penempatan atraktor
cumi yaitu perairan pesisir yang merupakan lokasi tempat bertelur cumi-cumi sebelumnya.
3 Lokasi penempatan atraktor cumi sebaiknya ditetapkan sebagai kawasan
konservasi guna mencegah terjadinya kerusakan atraktor dan gangguan terhadap telur yang menempel dari kegiatan manusia.
4 Penetapan kelembagaan yang mengelola kawasan penempatan atraktor cumi
yang berfungsi sebagai pengelola kawasan. 5
Penyusunan regulasi yang mengatur pembatasan upaya penangkapan, ukuran minimum cumi-cumi yang boleh ditangkap, standarisasi alat tangkap dan
pengaturan daerah penangkapan cumi-cumi.
DAFTAR PUSTAKA
Alder J, D Zeller, T Pitcher, R Sumalia. 2000. A method for evaluating marine protected area management. Coastal Management Journal, 302: 121-131.
Amri K. 2012. Kajian kesuburan perairan pada tiga moda dwikutub Samudra Hindia hubungannya dengan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan Barat
Sumatra. [Disertasi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Anderson LG, Seijo JC. 2010. Bioeconomics of fisheries management. Wiley-
Blackwell, A John Wiley Sons, Ltd, Publication. USA. 305p. Andy Omar SB. 2002. Biologi reproduksi cumi-cumi Sephioteuthis lessoniana
Lesson, 1830. Disertasi tidak dipublikasikan. Program Pasca Sarjana IPB. 237 hal.
Arikunto S. 2006. Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta. Rineka Cipta.
Arnold JM, William-Arnold LD. 1977. Cephalopoda: Decapoda. P: 243-290. In Giese AC and Pearse JS. Reproduction of Marine Invertebrate. Volume IV.
Mollusc, Gastropods and Cephalopods. Academic Press. New York. Atmaja SB. 2013. Perkembangan perikanan cumi-cumi di sentra pendaratan ikan
Utara Pulau Jawa. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Volume 19 No 1 2013: 31 – 38
Barnes RD. 1987. Invertebrate zoology. Fish edition. Philadelphia : Sounders College Publishing.
Bartley DM, Leber KM. 2004. Marine ranching. FAO Fisheries Technical Paper. 231 p.
Bartley DM, Bondad-Reantaso MG, Subasinghe RP. 2006. A risk analysis framework for aquatic animal health management in marine stock
enhancement programmes. Fisheries Research 801: 28-36. Bartley DM, JD Bell. 2008. Restocking, stock enhancement, and sea ranching:
Arenas of progress. Review of Fisheries Sciences 16: 357-365. Baskoro MS, Mustaruddin. 2006. Atraktor Cumi-cumi : Teknologi Potensial dan
Tepat Guna untuk Pengembangan Kawasan Pantai Terpadu. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan IPB. Bogor.
Baskoro MS, Purwangka F, Suherman A. 2011. Rumpon atraktor cumi-cumi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Bell JD, Leber KM, Blankenship HL, Loneragan NR, Masuda R. 2008. A new era for restocking, stock enhancement and sea ranching of coastal fisheries
resources. Review in Fisheries Science 161-3: 1-9. BPS. 2016. Jumlah Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Stasiun Pengamatan
BMKG 2000-2013. BPS. http:www.bps.go.idlinkTabelStatisviewid1349
. [diunduh tanggal 15-2-2016].
Brandt Av. 1984. Fish catching methods of the world. 3
rd
edition. England: Fishing News Books ltd. 418p.
Brown C, Day RL. 2002. The future of stock enhancement: lessons for hatchery practice from conservation biology. Fish and Fisheries 32: 79-94.
Caddy JF, Mahon R. 1995. Reference point for fisheries management. Rome IT: FAO Fisheries Technical Paper 347. 83 p.
112 Carpenter KE, Niem VH., 1998 FAO Spesies identification guide for fishery
purposes. The living marine resources of the Western Central Pacific, vol 2, Cephalopods, crustacean, holothurians and sharks. FAO Publication, Rome.
Charles A. 2001. Sustainable fishery system. New York : Blackwell Science, UK.
Choe S, Oshima Y. 1961. On the embryonal development and the growth of the squid Sepioteuthis lessoniana Lesson in Goto Island, Nagasaki Prefecture.
Japan: Biological Society of Nagasaki Prefecture. pp 457-465. Chotiyaputta C. 1994 Juvenile and adult taxonomy and fishery biology of neritic
squids in Thai Waters. PhD Thesis. Tokyo University of Fisheries. Clarke RP, Yoshimoto SS, Pooley SG. 1992. A bionomic analysis of the North-
Western Hawaiian Island lobster fishery. Marine Resource Economics 72:65-82.
Danakusumah E, Mansur A, Martinus S. 1997. Studi mengenai aspek-aspek biologi dan budidaya cumi-cumi Sepioteuthis lessoniana. II. Pengaruh
pergantian air terhadap tingkat penetasan telur cumi-cumi. [makalah]. Bandar Lampung : Prosiding Seminar Nasional Biologi XV, 24-26 Juli 1997. p 868-
871.
Danakusumah E, Mansur A, Martinus S. 1995. Studi Mengenai Aspek-aspek Biologi dan Budidaya Cumi-cumi Sepioteuthis lessoniana Lesson 1 Musim
Pemijahan. Prosiding Seminar Kelautan Nasional 15-16 November 1995. Jakarta : BPPT. 17 hal.
De Laguna JB. 1989. Managing an international multispecies fishery: the Saharan trawl fishery for cephalopods. P:591-609. In JP Caddy ed. Marine
Invertebrte Fisheries. Their Assesment and Management. A Wiley Interscience Publication.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupate Bangka. 2014. Data produksi perikanan tangkap Kabupaten Bangka. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupate Bangka.
Sungailiat. [DJPT] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2011. Peta keragaan perikanan
tangkap di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia WPP-RI. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap – Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Jakarta. Hal 68.
Effendie MI. 1979. Metode biologi perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal.
Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163 hal.
FAO. 2014. The State of World Fisheries and Aquaculture : opportunities and challanges. Food and Agricultural Organization of the United Nations. Rome.
223 pp. Fauzi A. 2005. Kebijakan perikanan dan kelautan : isu, sintesis dan gagasan.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama. 259 hal. Fauzi A. 2010. Ekonomi Perikanan: Teori, Kebijakan dan Pengelolaan. Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 224 hal. Fauzi A, Anna S. 2005. Pemodelan sumberdaya perikanan dan kelautan untuk
analisis kebijakan. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.