Analisis Optimasi Dinamik Hasil dan Pembahasan .1 Penangkapan Cumi-cumi

60 mencapai jumlah upaya sesuai MEY; 3 pengaturan musim penangkapan agar tidak dilakukan pada saat musim cumi-cumi sedang memijah. Pada rezim pengelolaan optimasi dinamik, yang telah memasukan variabel discount rate sebagai alat kontrol pemanfaatan sumberdaya, upaya pengembangan investasi perikanan cumi-cumi harus diperhitungkan dengan baik. Semakin tinggi discount rate maka secara langsung selalu akan mengakibatkan terjadinya pengurasan terhadap stok sumberdaya yang dapat pulih McKelvey 1985. Dalam pengembangan investasi perikanan cumi-cumi di daerah ini hendaknya pertama diprioritaskan pada rezim optimasi dinamik, prioritas berikutnya rezim MEY dan terakhir pada rezim MSY. Penghitungan optimasi pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di daerah ini hanya menggunakan data produksi dan jumlah upaya penangkapan yang didapat atau dilakukan oleh nelayan daerah tersebut. Padahal berdasarkan informasi dari nelayan diketahui bahwa penangkapan cumi-cumi di perairan daerah ini juga dilakukan oleh nelayan dari luar daerah seperti dari Pangkal Pinang, Belitung, Muara Angke dan lain-lain. Oleh karena dalam rangka perhitungan potensi sumberdaya cumi-cumi yang lebih akurat perlu dilakukan juga pengumpulan data produksi dan jumlah trip yang dilakukan oleh nelayan luar daerah.

4.4 Simpulan

Parameter biologi sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka yaitu pertumbuhan intrinsik r 95 per tahun, koefesien daya tangkap q 0,00008 kg per trip dan daya dukung lingkungan K 3.240,15 ton per tahun. Pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka secara biologi dan secara ekonomi sudah mengalami tangkap lebih atau overfishing. Rata-rata produksi aktual tahun 2010-2013 mencapai 115,90 dari MEY dan 115,72 dari MSY. Tingkat produksi optimal pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi pada kondisi MEY sebesar 767,13 ton per tahun dengan tingkat upaya tangkap 5.544 trip per tahun. Tingkat produksi optimal pada kondisi MSY sebesar 768,33 ton per tahun dengan tingkat upaya tangkap 5.733 trip per tahun. Berdasar analisis optimasi dinamik diketahui semakin rendah tingkat discount rate maka tingkat produksi dan keuntungan semakin tinggi. Tingkat discount rate yang tinggi akan mendorong semakin meningkatnya laju upaya tangkap, namun tingkat produksi dan keuntungan semakin menurun. Kebijakan yang perlu diterapkan untuk menjaga kelangsungan produksi cumi-cumi sebagai berikut : 1 pembatasan jumlah total hasil tangkapan yaitu sebesar 80 dari MEY; 2 pembatasan jumlah total upaya penangkapan sehingga hanya mencapai jumlah upaya sesuai MEY; 3 pengaturan musim penangkapan agar tidak dilakukan pada saat musim cumi-cumi sedang memijah; dan 4 memperkuat sistem pendataan produksi dan upaya penangkapan menurut wilayah daerah penangkapan ikan. 5 VARIASI TEMPORAL JUMLAH TELUR DAN PENETASAN TELUR CUMI-CUMI

5.1 Pendahuluan

Cumi-cumi merupakan salah satu komoditas utama bagi nelayan Kabupaten Bangka. Cumi Bangka tidak hanya dikonsumsi oleh penduduk daerah setempat tetapi juga dikonsumsi oleh penduduk di DKI Jakarta dan Jawa Barat, bahkan hingga penduduk yang ada di negara lain karena komoditas cumi Bangka juga diekspor ke Singapura, Malaysia dan beberapa negara lainnya. Perairan Kabupaten Bangka merupakan bagian dari Perairan Natuna yang termasuk dalam wilayah Laut Cina Selatan. Perairan Natuna merupakan kanal penghubung sirkulasi massa air oseanik yang mengalir dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia yang memiliki suhu dan salinitas tinggi, kaya akan nutrisi sehingga mempengaruhi kondisi kehidupan biota di perairan tersebut Tuti 1997; Ilahude 1997; Suyarso 2003. Penambangan timah di sekitar Pulau Bangka merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan perairan di sekitarnya. Faktor lain yang berperan yaitu pola arus di sekitar Pulau Bangka dan tumpahan air sungai dari Pulau Bangka dan Pulau Sumatra. Aliran sungai-sungai tersebut akan membawa partikel-partikel dari daratan yang akan mempengaruhi kesuburan perairan di sekitar Pulau Bangka, termasuk di perairan Kabupaten Bangka. Thoha 2004 melaporkan bahwa kelimpahan fitoplankton dan zooplankton relatif lebih tinggi di perairan dekat muara-muara sungai dibanding di perairan terbuka offshore. Tingginya tingkat kesuburan perairan di Kabupaten Bangka menyebabkan banyak nelayan dari luar kabupaten dan luar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan penangkapan ikan, termasuk cumi-cumi, di perairan daerah ini. Menurut informasi nelayan dari Pangkalpinang dan Tanjung Pandan sering melalukan operasi penangkapan di wilayah perairan daerah ini. Nelayan jaring cumi dari Muara Angke pada Musim Peralihan 1 bulan Maret – Mei dan Musim Timur bulan Juni – Agustus melakukan penangkapan cumi-cumi di sebelah Utara Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Tingginya tekanan upaya penangkapan cumi-cumi di perairan daerah ini juga terlihat dari beberapa indikasi seperti : 1 upaya penangkapan cumi-cumi dilakukan sepanjang tahun; 2 penggunaan alat tangkap cumi seperti yang menggunakan jaring cumi dan bagan tancap cenderung tidak selektif karena banyak cumi-cumi kecil yang tertangkap dalam operasi penangkapan; 3 upaya penangkapan cumi-cumi juga dilakukan pada saat cumi-cumi sedang memijah yaitu bulan Oktober dan November. Berdasarkan pemaparan pada Bab 4 diketahui bahwa sumberdaya cumi- cumi perairan Kabupaten Bangka sudah pada kondisi tangkap lebih overfishing. Produksi cumi-cumi pada perairan daerah ini dapat ditingkatkan dengan metode pengkayaan stok dengan menerapkan teknologi pemasangan atraktor cumi-cumi. Atraktor cumi-cumi merupakan salah satu jenis rumpon dasar yang awalnya dikembangkan di pantai Kyushu Jepang dengan tujuan utama untuk memperkaya sumberdaya cumi pada suatu kawasan perairan. Menurut Brandt 1984 metode 62 sederhana untuk memikat cumi-cumi meletakkan telur yaitu dengan menenggelamkan ranting pohon ke dalam perairan. Hasil penelitian Baskoro dan Mustaruddin 2006, Tallo 2006 dan Syari 2014 menunjukkan bahwa tempat dipasangnya atraktor cumi setelah beberapa waktu menjadi habitat cumi-cumi baik untuk menempelkan telurnya maupun untuk nursery ground. Bahkan pada penelitian Baskoro dan Mustaruddin 2006 dan Syari 2014 ditemukan bahwa atraktor cumi juga menjadi habitat bagi ikan karang hias, bunga karang dan tumbuhan laut dari jenis alga dan lumut. Telur cumi-cumi pada habitat alami banyak ditemukan menempel pada sponge dan karang mati yang berada di dasar perairan. Hasil penelitian Tallo 2006 menemukan bahwa atraktor cumi yang menjadi tempat penempelan telur cumi- cumi yaitu rumpon yang diletakkan di dasar perairan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemasangan atraktor cumi berpotensi untuk meningkatkan stok cumi-cumi di perairan tersebut. Guna mengetahui sejauhmana potensi tersebut dapat diukur maka dilakukan penelitian eksperimen pemasangan atraktor cumi untuk melakukan pengamatan jumlah telur dan penetasan telur cumi-cumi P. chinensis di perairan Kabupaten Bangka. Penelitian ini yang bertujuan untuk : 1 mengkaji perkembangan telur yang menempel pada atraktor cumi secara temporal dan faktor yang mempengaruhinya; 2 mengkaji proses penetasan telur cumi-cumi; 3 Menghitung potensi luas areal untuk penempatan atraktor cumi. 5.2 Metode 5.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 – Juli 2013. Lokasi pemasangan atraktor cumi cumi-cumi di Perairan Tuing, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambar 31. Penelitian penetasan telur cumi-cumi dilaksanakan di Universitas Bangka Belitung, Pangkalpinang. Gambar 31 Perairan Tuing lokasi pemasangan atraktor cumi