Penetasan Telur Hasil 1 Penempelan Telur pada Atraktor cumi

69 ada saat ini seperti wilayah penambangan timah di laut yang sudah memperoleh izin resmi dari pemerintah daerah, peruntukan lainnya seperti kawasan wisata, pelabuhan dan lain-lain. Tabel 15 Luas areal potensial pemasangan atraktor cumi di perairan pantai Timur dan Utara Kabupaten Bangka Kedalaman perairan Luas potensial km 2 Luas efektif km 2 3 - 7 m 195,39 1,95 3 – 10 m 374,56 3,75 3 – 12 m 537,49 5,37 Keterangan : luas efektif 1 dari luas potensial Jika luasan yang digunakan 1 dari luas potensial, maka luas areal yang dapat dimanfaatkan untuk penempatan atraktor cumi cumi-cumi pada kedalaman 3-7 m mencapai 1,95 km 2 . Jika kedalaman perairan menggunakan 3 – 10 m atau 3 - 12 m maka luas areal bertambah masing-masing menjadi 3,75 km 2 atau 5,37 km 2 . Peta luasan areal potensial pemasangan atraktor cumi disajikan pada Gambar 36.

5.4. Pembahasan

Pemasangan atraktor cumi dilakukan pada kedalaman 3 m dan 5 m disesuaikan dengan kedalaman renang swimming layer cumi-cumi yang paling banyak ditemukan pada kedalaman 5 m. Menurut Danakusumah et al. 1995 telur cumi-cumi paling banyak ditempelkan atau diletakkan oleh cumi-cumi pada kedalaman 5 m. Pada sisi lain kapsul telur cumi-cumi sering ditemukan juga pada kedalaman 3 m. Hal ini terbukti pada penelitian ini dimana pada kedua kedalaman tersebut ditemukan telur cumi-cumi. Jumlah telur ditemukan pada kedalaman 3 m lebih banyak dibanding dengan kedalaman 5 m. Berdasarkan waktu pengamatan terlihat bahwa jumlah telur cumi-cumi yang menempel pada atraktor cumi terbanyak terjadi pada bulan November yaitu sebanyak 2,178 kapsul telur. Pada bulan Desember jumlah kapsul telur juga cukup banyak yaitu sebanyak 708 kapsul telur. Pada bulan Maret, April dan Mei jumlah kapsul telur yang menempel pada rumpon masing-masing 280, 0 dan 283 kapsul telur. Jumlah penempelan telur berdasarkan waktu pengamatan jika dihubungkan dengan indeks musim penangkapan cumi-cumi terlihat memiliki pola yang sama seperti disajikan pada Gambar 37. Jumlah telur yang didapat pada bulan November tercatat cukup banyak dan bulan tersebut merupakan salah satu dari empat bulan yang merupakan musim puncak penangkapan. Selanjutnya pada bulan Desember jumlah telur lebih sedikit karena merupakan musim sedang. Pada bulan Maret dan Mei jumlah telur yang menempel lebih sedikit lagi karena merupakan musim sedang. Berdasarkan data tersebut diduga jumlah telur yang ditempelkan pada atraktor cumi dipengaruhi oleh populasi cumi-cumi pada perairan tersebut. 70 a b c Gambar 36 Luas areal potensial pemasangan atraktor cumi kedalaman 3-7 m a, 3-10 m b dan 3-12 m c di perairan Kabupaten Bangka 71 Hasil uji korelasi Pearson dengan menggunakan data bulan November – Mei menunjukan bahwa jumlah kapsul telur dan nilai indeks musim penangkapan memiliki nilai korelasi 0,89. Hal ini menunjukan bahwa jumlah kapsul telur memiliki korelasi positif dengan indeks musim penangkapan dengan nilai korelasi tinggi. Hubungan jumlah kapsul telur dengan IMP memiliki nilai p-value 0,006 yang menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Hasil uji signifikansi korelasi disajikan pada Lampiran 6. Berdasarkan data jumlah telur yang didapat selama 4 bulan diduga cumi- cumi yang berada di perairan Kabupaten Bangka memijah sepanjang tahun sebagaimana hasil penelitian Sudjoko 1989, serta Hamzah dan Sutomo 1991. Hasil penelitian Taher et al. 1992 terhadap cumi-cumi pena di Kepulauan Sula menunjukan adanya keunikan pada sistim reproduksi spesies ini dimana dalam satu kantong gonad terdapat tiga tingkat kematangan gonad TKG yaitu TKG I, TKG II dan TKG III atau TKG II, TKG III dan TKG IV. Keadaan ini mengkibatkan proses pemijahan secara bertahap dan berlangsung sepanjang tahun. Gambar 37 Hubungan antara indeks musim penangkapan dengan jumlah kapsul telur cumi-cumi Berdasarkan uraian di atas maka hal ini mengindikasikan bahwa musim puncak pemijahan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka terjadi pada bulan November. Perairan Tuing juga diduga merupakan lokasi pemijahan spawning ground cumi-cumi, sehingga dalam rangka peningkatan stok cumi-cumi maka perairan ini dapat menjadi lokasi pemasangan atraktor cumi yang potensial. Perairan Tuing agar dapat menjadi lokasi pemijahan dalam jangka panjang perlu ditetapkan sebagai kawasan lindung. Hal ini penting dilakukan mengingat maraknya kegiatan penambangan timah di daerah pesisir baik yang dilakukan oleh perusahaan yang memiliki izin resmi maupun oleh penambang timah ilegal. Jumlah penempelan telur cumi-cumi berdasarkan waktu pengamatan jika dihubungkan dengan rata-rata kandungan klorofil-a terlihat memiliki pola yang tidak selalu sama atau pola yang acak seperti disajikan pada Gambar 38. Hal ini diduga karena cumi-cumi merupakan hewan karnivora sehingga tidak berasosiasi langsung dengan ketersediaan klorofil-a pada suatu perairan. Kisaran rata-rata klorofil-a di perairan Kabupaten Bangka yaitu 0,43 – 0,88 mgm 3 . Dari hasil uji korelasi Pearson dengan menggunakan data bulan November – Mei juga terlihat