Luas Areal Potensial Hasil 1 Penempelan Telur pada Atraktor cumi

71 Hasil uji korelasi Pearson dengan menggunakan data bulan November – Mei menunjukan bahwa jumlah kapsul telur dan nilai indeks musim penangkapan memiliki nilai korelasi 0,89. Hal ini menunjukan bahwa jumlah kapsul telur memiliki korelasi positif dengan indeks musim penangkapan dengan nilai korelasi tinggi. Hubungan jumlah kapsul telur dengan IMP memiliki nilai p-value 0,006 yang menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut signifikan. Hasil uji signifikansi korelasi disajikan pada Lampiran 6. Berdasarkan data jumlah telur yang didapat selama 4 bulan diduga cumi- cumi yang berada di perairan Kabupaten Bangka memijah sepanjang tahun sebagaimana hasil penelitian Sudjoko 1989, serta Hamzah dan Sutomo 1991. Hasil penelitian Taher et al. 1992 terhadap cumi-cumi pena di Kepulauan Sula menunjukan adanya keunikan pada sistim reproduksi spesies ini dimana dalam satu kantong gonad terdapat tiga tingkat kematangan gonad TKG yaitu TKG I, TKG II dan TKG III atau TKG II, TKG III dan TKG IV. Keadaan ini mengkibatkan proses pemijahan secara bertahap dan berlangsung sepanjang tahun. Gambar 37 Hubungan antara indeks musim penangkapan dengan jumlah kapsul telur cumi-cumi Berdasarkan uraian di atas maka hal ini mengindikasikan bahwa musim puncak pemijahan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka terjadi pada bulan November. Perairan Tuing juga diduga merupakan lokasi pemijahan spawning ground cumi-cumi, sehingga dalam rangka peningkatan stok cumi-cumi maka perairan ini dapat menjadi lokasi pemasangan atraktor cumi yang potensial. Perairan Tuing agar dapat menjadi lokasi pemijahan dalam jangka panjang perlu ditetapkan sebagai kawasan lindung. Hal ini penting dilakukan mengingat maraknya kegiatan penambangan timah di daerah pesisir baik yang dilakukan oleh perusahaan yang memiliki izin resmi maupun oleh penambang timah ilegal. Jumlah penempelan telur cumi-cumi berdasarkan waktu pengamatan jika dihubungkan dengan rata-rata kandungan klorofil-a terlihat memiliki pola yang tidak selalu sama atau pola yang acak seperti disajikan pada Gambar 38. Hal ini diduga karena cumi-cumi merupakan hewan karnivora sehingga tidak berasosiasi langsung dengan ketersediaan klorofil-a pada suatu perairan. Kisaran rata-rata klorofil-a di perairan Kabupaten Bangka yaitu 0,43 – 0,88 mgm 3 . Dari hasil uji korelasi Pearson dengan menggunakan data bulan November – Mei juga terlihat 72 bahwa jumlah kapsul telur dan klorofil-a hanya memiliki nilai korelasi 0,069. Hal ini menunjukan bahwa jumlah kapsul telur memiliki korelasi positif dengan klorofil-a dengan nilai korelasi yang sangat rendah. Hubungan jumlah kapsul telur dengan klorofil-a memiliki nilai p-value 0,88 yang menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. Hasil uji signifikansi korelasi disajikan pada Lampiran 6. Gambar 38 Hubungan antara jumlah kapsul telur cumi-cumi dengan rata-rata kandungan klorofil-a Jumlah penempelan telur cumi-cumi juga memiliki pola acak atau tidak selalu sama jika dihubungkan dengan rata-rata suhu permukaan laut seperti disajikan pada Gambar 39. Hal ini diduga karena cumi-cumi memiliki toleransi terhadap suhu yang besar sehingga musim pemijahannya tidak harus pada suhu tertentu. Kisaran rata-rata suhu di perairan Kabupaten Bangka yaitu dari 28,15 – 30,83 C. Hasil uji korelasi Pearson dengan menggunakan data bulan November – Mei terlihat bahwa jumlah kapsul telur dan suhu permukaan laut memiliki nilai korelasi 0,29. Hal ini menunjukan bahwa jumlah kapsul telur memiliki korelasi positif dengan suhu permukaan laut dengan nilai korelasi yang rendah. Hubungan jumlah kapsul telur dengan SPL memiliki nilai p-value 0,52 yang menunjukkan hubungan kedua variabel tersebut tidak signifikan. Hasil uji signifikansi korelasi disajikan pada Lampiran 6. Dari hasil percobaan diketahui jumlah telur yang menempel pada satu paket atraktor cumi dalam 7 bulan sebanyak 17.245 butir telur. Jika diasumsikan bahwa jumlah telur yang menempel sama proporsinya setiap bulan, maka telur yang menempel pada satu paket atraktor cumi berjumlah 29.563 butir telur per tahun. Penetasan telur cumi-cumi yang dilakukan di aquarium memiliki hatching rate 37 untuk telur cumi-cumi tua dan 24 untuk telur cumi-cumi muda. Telur muda memiliki warna putih dan semakin bertambah hari atau pada saat mendekati waktu menetas warna telur akan berubah menjadi putih kecoklatan. Hatching rate telur tua lebih tinggi dibanding telur muda. Masa inkubasi berkisar antara 19 – 30 hari. Hasil penelitian Tallo 2006 mendapatkan hatching rate telur cumi-cumi sebesar 99. Penetasan telur cumi-cumi sirip besar S. lessoniana dipengaruhi oleh salinitas. Salinitas optimal yaitu 32‰ dengan daya tetas 99, sedang masa