Hubungan Produksi Cumi-cumi dengan Parameter Oseanografi

26 Gambar 12 Hubungan CPUE cumi-cumi dengan SPL di perairan Kabupaten Bangka tahun 2005-2013 27 Gambar 13 Hubungan CPUE cumi-cumi dengan klorofil-a di perairan Kabupaten Bangka tahun 2005-2013 28

2.5 Simpulan

CPUE alat tangkap pancing cumi pada periode tahun 2005 – 2013 berkisar antara 115 – 239 kg per trip. Perikanan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka diduga sudah dalam kondisi tangkap lebih overfishing. Musim puncak penangkapan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka terjadi pada bulan September – November, sedang musim paceklik terjadi pada bulan Januari. Suhu permukaan laut di perairan Kabupaten Bangka bervariasi antara 27.1 – 31.7 C. SPL pada bulan Desember - Februari lebih rendah dibanding bulan lainnya. SPL tertingi terjadi pada bulan Juni dan terendah bulan Januari. Sebaran klorofil-a berfluktuasi setiap bulannya dengan kisaran antara 0.27 – 1.21 mgm 3 . Kandungan klorofil–a meningkat pada bulan Desember - Januari pada saat musim Barat serta pada bulan Juni - Juli atau pada saat musim Timur. Kandungan klorofil-a terendah terjadi pada bulan Maret dan Oktober CPUE cumi-cumi memiliki korelasi yang rendah dengan SPL, korelasinya positif, dan keduanya memiliki hubungan yang signifikan. Nilai CPUE tertinggi terjadi pada suhu rata-rata berkisar antara 29.58 - 30.09 C. CPUE cumi-cumi memiliki korelasi yang sangat rendah dengan sebaran klorofil-a, korelasinya berbanding terbalik, dan memiliki hubungan yang tidak signifikan. 3 MODEL PERTUMBUHAN CUMI-CUMI Photololigo chinensis DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

3.1 Pendahuluan

Cumi-cumi merupakan salah satu komoditas utama perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahun 2013 produksi cumi-cumi daerah ini mencapai 9.256 ton atau 5,47 dari produksi cumi nasional. Perairan provinsi ini juga merupakan fishing ground cumi-cumi bagi nelayan dari daerah lain seperti dari Provinsi DKI Jakarta, Lampung, Banten dan Jawa Barat. Hal ini menunjukan bahwa provinsi ini merupakan salah satu daerah yang potensial untuk perikanan cumi-cumi. Perairan Kabupaten Bangka merupakan salah satu daerah fishing ground cumi-cumi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil penelitian Syari 2014 menyatakan bahwa terdapat dua jenis cumi-cumi yang banyak tertangkap di perairan kabupaten ini yaitu cumi bangka atau Photololigo chinensis Gray, 1849 dan sotong atau Sephia sp. Dari kedua jenis komoditas tersebut yang dominan tertangkap oleh nelayan yaitu P. Chinensis. Alat tangkap utama cumi-cumi yang digunakan oleh nelayan daerah ini terdiri dari bagan tancap dan pancing cumi- cumi squid jigging. P. chinensis menurut Carpenter dan Niem 1998 terdapat di perairan Laut Cina Timur, Laut Cina Selatan, Teluk Thailand, Laut Arafura, Laut Timor dan perairan bagian utara Australia. Di perairan Thailand oleh Sithigornkul 1974 dilaporkan bahwa P. Chinensis L. Formosana merupakan jenis loliginid yang paling banyak ditangkap oleh nelayan di Teluk Thailand. Rubaie et al. 2012 menyatakan bahwa Uroteuthis chinensis merupakan jenis cumi yang dominan 90 ditangkap dari kelas loliginidae di Cina dan 15-40 tangkapan trawl di Teluk Thailand. Tinggi rendahnya intensitas penangkapan cumi-cumi akan berpengaruh terhadap ketersediaan stok sumberdaya pada suatu perairan. Kajian ketersediaan stok ikan dapat dilakukan dengan menggunakan model pertumbuhan von Bertalanffy dimana panjang badan sebagai fungsi dari umur Sparre dan Venema 1999. Model ini telah menjadi salah satu dasar dalam biologi perikanan sebab digunakan sebagai submodel dalam sejumlah model yang rumit dalam menjelaskan dinamika populasi ikan. Parameter pertumbuhan menurut Morales-Nin 1992 dapat diduga melalui beberapa metode yaitu : 1 metode anatomik, dengan menghitung pertumbuhan teratur yang terbentuk dalam jaringan keras ikan seperti otolith pada sisik ikan; 2 analisis frekuensi panjang, dengan melakukan studi perkembangan model ukuran kelas panjang berdasarkan waktu; dan 3 pendugaan secara langsung, dengan mengukur secara langsung laju pertumbuhan ikan berdasarkan contoh-contoh ikan yang telah diketahui umurnya. Pola pertumbuhan cumi-cumi menurut Jackson dan Moltschaniwskyj 2001 dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yaitu suhu musiman, ketersediaan pakan dan perbedaan geografis. Penelitian mengenai pertumbuhan cumi-cumi di perairan Indonesia sudah ada yang melakukan seperti oleh Andy Omar 2002, Sulistyowati 2002 dan Danakusumah et al. 1977, namun penelitian tersebut 30 untuk cumi-cumi jenis Sepioteuthis lessoniana. Penelitian pertumbuhan cumi- cumi jenis P. chinensis di dalan negeri juga sudah ada yang melakukan yaitu oleh Sitompul et al. 2015 di Kelurahan Kawal Provinsi Kepulauan Riau dan Perangin-angin et al. 2015 di PPI Tambaklorok Semarang. Namun belum ada yang meneliti P. chinensis yang didaratkan di Kabupaten Bangka. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji model pertumbuhan P. Chinensis yang terdapat di perairan Kabupaten Bangka. Penelitian ini bertujuan untuk : 1 mengkaji hubungan panjang dan berat cumi-cumi P. chinensis; 2 mengkaji faktor kondisi; 3 mengkaji pola pertumbuhan ; dan 4 mengkaji mortalitas dan laju eksploitasi. 3.2 Metode 3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian untuk membuat model pertumbuhan cumi-cumi dilaksanakan pada bulan April - Agustus 2014. Pengukuran cumi-cumi dilakukan dari hasil tangkapan nelayan yang menggunakan alat tangkap bagan di tempat pendaratan ikan yang ada di Desa Rebo, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Peta Kabupaten Bangka Desa Rebo lokasi penelitian

3.2.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Cumi-cumi Photololigo chinensis Gray 1894. 2. Timbangan elektrik. 3. Mistarpenggaris. 31 4. Kamera. 5. Alat tulis : buku dan ballpoint.

3.2.3 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan contoh cumi-cumi dilakukan tiga kali dalam seminggu, dengan waktu pengambilan sampel selama 5 bulan. Pengukuran dilakukan terhadap panjang mantel mm dan bobot tubuh g. Pengukuran dilakukan terhadap cumi- cumi jantan dan cumi-cumi betina Gambar 15. Sampel cumi-cumi diukur panjang mantelnya dengan menggunakan mistar, sedang bobotnya diukur dengan menggunakan timbangan elektrik. Gambar 15 Foto P. chinensis tampak dorsal A dan tampak ventral B Pengambilan contoh cumi-cumi dilakukan dengan metode Penarikan Contoh Acak Sederhana PCAS. Sampel dipilih secara acak dari 1 kapal bagan tancap yang mendarat pada setiap waktu pengambilan sampel. Dari 1 kapal bagan dipilih 1 keranjang secara acak, kemudian dari keranjang tersebut diambil secara acak antara 6-12 ekor cumi-cumi untuk diukur panjang dan bobot tubuhnya.

3.2.4 Analisis Data 1 Rasio Jenis Kelamin

Rasio jenis kelamin digunakan untuk melihat perbandingan frekuensi cumi- cumi jantan dan cumi-cumi betina. Keseimbangan rasio jenis kelamin diuji dengan menggunakan uji kebaikan sesuai antara frekuensi yang teramati dengan frekuensi harapan Walpole 1993. Rumus yang digunakan yaitu : × = dimana : o i = frekuensi cumi-cumi jantan atau betina yang diamati e i = frekuensi harapan yaitu jumlah frekuensi cumi-cumi jantan dan cumi-cumi betina kemudian dibagi dua x 2 merupakah sebuah nilai bagi peubah acak x 2 yang sebaran penarikan contohnya menghampiri sebaran chi-kuadrat.