Pendahuluan Model Peningkatan Stok Cumi Cumi (Photololigo Chinensis) Di Perairan Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

13 = 1200 Keterangan: FK = faktor koreksi JRBB = jumlah rasio rata-rata bulanan Selanjutnya IMP dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: = Keterangan: FK = faktor koreksi RBB i = Rata-rata bulanan ke-i I = 1, 2, 3, ..., 12 IMP selanjutnya digolongkan untuk menentukan jenis musim seperti disajikan pada Tabel 2. Musim penangkapan berdasarkan IMP dibagi menjadi 3 yaitu musim paceklik, musim sedang dan musim puncak. Tabel 2 Penggolongan musim penangkapan ikan berdasarkan nilai indeks musim penangkapan No Nilai indeks Kategori musim 1 IMP 50 Musim paceklik 2 50 IMP 100 Musim sedang 3 IMP 100 Musim puncak Sumber: Zulkarnain et al. 2012 Analisis hubungan produksi - parameter oseanografi Hubungan antara produksi dengan parameter oseanografi suhu permukaan laut dan klorofil-a dianalisis secara deskriptif dan statistik. Parameter suhu permukaan laut, klorofil-a dan hasil tangkapan disajikan dalam bentuk grafik. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan pada produksi hasil tangkapan cumi-cumi secara temporal. Analisis statistik digunakan untuk mengetahui hubungan antara parameter suhu permukaan laut dan klorofil-a dengan hasil tangkapan. Analisis statistik yang digunakan mengacu pada Supranto 2008. Hubungan antara kedua parameter oseanografi dengan hasil tangkapan dilakukan dengan menggunakan uji korelasi berganda. Persamaan uji korelasi berganda : = + 2 x x 1 Keterangan : r yx1x2 = korelasi antara variabel x 1 suhu dan x 2 klorofil-a secara bersama-sama dengan variabel y CPUE r yx1 = korelasi antara x 1 dengan y r yx2 = korelasi antara x 2 dengan y r x1x2 = korelasi antara x 1 dengan x 2 Uji korelasi tunggal digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel suhu dengan klorofil-a, variabel suhu dengan CPUE, dan variabel klorofil-a dengan CPUE. Persamaan korelasi tunggal: 14 = Keterangan : x = variabel suhu C atau klorofil-a mgm 3 y = CPUE kgupaya r yx = korelasi antara y dengan x Nilai korelasi kemudian diidentifikasi untuk melihat derajat korelasi seperti disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Identifikasi koefesien korelasi Nilai korelasi Identifikasi Tidak ada korelasi Koefesien korelasi 0.2 Korelasi sangat rendah 0.2 koefesien korelasi 0.4 Korelasi rendah 0.4 koefesien korelasi 0.7 Korelasi cukup berarti 0.7 koefesien korelasi 0.9 Korelasi tinggi 0.9 koefesien korelasi 1 Korelasi sangat tinggi 1 Korelasi sempurna Sumber : Misbahuddin dan Hasan 2013 Nilai korelasi yang didapat selanjutnya diuji dengan statistik uji t untuk mengetahui apakah ada hubungan linear yang signifikan antara dua variabel. Hipotesisnya yaitu: H : p = 0 H 1 : p ≠ 0 Rumus statistik uji t yang digunakan sebagai berikut: = r 2.3 Hasil 2.3.1 Perkembangan Jumlah Armada dan Produksi Nelayan di PPN Sungailiat Kabupaten Bangka menangkap cumi-cumi dengan menggunakan alat tangkap pancing cumi atau squid jiging. Armada pancing di pelabuhan ini dalam operasi penangkapan juga membawa alat tangkap pancing ikan. Penggunaan alat tangkap tergantung situasi di daerah penangkapan. Jika sedang banyak cumi-cumi maka nelayan menggunakan pancing cumi, namun jika yang banyak ikan maka nelayan menggunakan pancing ikan. Pada periode 2005 – 2013 jumlah armada dengan alat tangkap pancing meningkat dari 152 unit pada tahun 2005 menjadi 404 unit pada tahun 2013. Selama periode tersebut armada pancing mengalami peningkatan sebesar 14,54 per tahun. Perkembangan armada pancing di PPN Sungailiat disajikan pada Gambar 3. Pada tahun 2013 alat tangkap pancing berada pada urutan pertama sebagai alat tangkap yang terbanyak di PPN Sungailiat. Jumlah total alat tangkap pada tahun 2013 sebanyak 955 unit dan jumlah alat tangkap pancing sebanyak 42,3. Produksi cumi-cumi Kabupaten Bangka berdasarkan asalnya terbagi atas dua sumber yaitu dari produksi yang didaratkan di PPN Sungailiat dan dari