Hubungan Bobot Tubuh – Panjang Mantel

39 Hal ini menunjukan bahwa semakin besar ukuran cumi-cumi memperoleh makanan yang semakin baik. Gambar 20 Hubungan faktor kondisi dengan rata-rata berat P. chinensis jantan dan betina berdasar kelas panjang mantel

3.3.5 Pertumbuhan

Parameter pertumbuhan merupakan salah satu hal penting yang harus diketahui untuk menentukan apakah ikan yang berada pada suatu perairan merupakan stok yang sama dengan ikan-ikan yang ada di daerah sekitarnya. Cara atau metode pertumbuhan pada berbagai mahluk hidup menurut Karkach 2006 dapat dibedakan menjadi 4 bentuk yaitu penambahan panjang, berat, volume, penambahan bagian baru, pergantian kulit moulting, dan modifikasi perubahan bentuk dan pembentukan ulang dari bagian yang lama. Hasil perhitungan pertumbuhan cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy dengan pendekatan Gulland dan Holt Plot 1959 dalam Sparre et al. 1999 didapat nilai L ∞ sebesar 421,71 mm dan nilai K sebesar 0,47. Hal ini berarti panjang maksimum cumi-cumi yang dapat tertangkap di perairan Kabupaten Bangka yaitu 421,71 mm dan cumi-cumi di daerah ini memiliki koefeisen pertumbuhan 0,47 per bulan. Nilai L ∞ merupakan panjang teoritis cumi-cumi yang sedikit diatas panjang maksimum, sehingga praktis nilai tersebut tidak akan pernah dicapai. Nilai K merupakan koefesien pertumbuhan atau curvature parameter yang menunjukan kecepatan pertumbuhan cumi-cumi mencapai L ∞ . Umur teoritis atau t yang dihitung dengan menggunakan rumus empiris Pauly 1984 memiliki nilai 0,17 bulan. Umur teoritis ini ketika umur panjang cumi-cumi sama dengan nol. Berdasarkan nilai L ∞ , K dan t yang diperoleh dengan menggunakan persamaan Von Bertalanffy diperoleh persamaan pertumbuhan cumi-cumi P. chinensis di perairan Kabupaten Bangka sebagai berikut: = 421.71 1 . . Dengan menggunakan persamaan pertumbuhan diatas maka dapat diketahui panjang cumi-cumi P. Chinensis pada berbagai umur relatif. Kurva pertumbuhan cumi-cumi disajikan pada Gambar 21. Koefesien pertumbuhan menunjukkan kecepatan pertumbuhan ikan dalam mencapai panjang asimptotiknya L ∞ dari 40 pola pertumbuhan Sparre dan Venema 1999. Semakin tinggi nilai koefesien pertumbuhan semakin cepat ikan mencapai panjang asimptotiknya, sehingga ikan akan lebih cepat mengalami kematian. Gambar 21 Kurva pertumbuhan cumi-cumi P. chinensis di perairan Kabupaten Bangka Pertambahan panjang cumi-cumi P. chinensis semakin menurun seiring dengan bertambahnya umur seperti ditunjukan pada Gambar 21. Pada umur 0 - 4 bulan pertumbuhan panjang cumi-cumi sangat cepat yaitu rata-rata tumbuh 84,89 mm per bulan. Pertumbuhan semakin lambat ketika bulan kelima dan seterusnya. Laju pertumbuhan akan mendekati L ∞ pada saat berumur 13 bulan. Panjang cumi-cumi mencapai asimptot ketika umur cumi-cumi 49 bulan dengan L ∞ 421,71 mm. Tingginya pertumbuhan cumi-cumi pada umur muda terjadi karena energi yang didapatkan dari makanan sebagian besar digunakan untuk pertumbuhan. Pada cumi-cumi yang semakin dewasa energi yang didapatkan dari makanan tidak hanya digunakan untuk pertumbuhan tetapi juga digunakan untuk mengganti sel- sel yang rusak serta untuk mempertahankan dirinya Sudirman dan Mallawa 2004. 3.3.6 Mortalitas dan Laju Eksploitasi Stok sumberdaya ikan dalam sebuah populasi dapat mengalami penurunan akibat tingkat mortalitas yang tinggi. Mortalitas adalah jumlah kematian pada sebuah populasi akibat faktor yang spesifik. Mortalitas dapat disebabkan oleh dua sebab yaitu karena kematian alami mortalitas alami dan karena penangkapan mortalitas penangkapan. Mortalitas alami dapat disebabkan oleh karena adanya predasi, penyakit, dan umur. Laju mortalitas total Z cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka dihitung dengan menggunakan persamaan Beverton dan Holt 1956 dalam Sparre dan Venema 1999 yang dihitung secara manual diperoleh nilai 1,10 per tahun. Laju mortalitas alami M, yang dihitung dengan menggunakan hubungan empiris Pauly 1984, diperoleh nilai 0,15 Tabel 6. Nilai mortalitas alami dihitung dengan menggunakan suhu T 29 C yang merupakan suhu rata-rata tahunan yang ada di perairan Kabupaten Bangka. 41 Tabel 6 Nilai dugaan mortalitas dan laju eksploitasi cumi-cumi P. chinensis di perairan Kabupaten Bangka Parameter populasi Nilai dugaan per tahun Mortalitas total Z 1,10 Mortalitas alami M 0,15 Mortalitas penangkapan F 0,95 Laju eksploitasi E 0,86 Berdasarkan nilai Z dan M yang didapat maka laju mortalitas penangkapan F nilainya yaitu 0,95. Selanjutnya juga dapat dihitung laju eksploitasi E dengan nilai 0,86. Hal ini menunjukan bahwa di perairan Kabupaten Bangka berdasarkan data bulan April – Agustus mortalitas karena penangkapan lebih dominan dibandingkan mortalitas alami. Hal ini diduga karena kegiatan penangkapan cumi-cumi di perairan daerah ini sangat intensif dilakukan oleh para nelayan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa musim penangkapan cumi-cumi di perairan ini dilakukan sepanjang tahun oleh para nelayan. Penangkapan cumi- cumi juga dilakukan dengan alat tangkap bagan yang bersifat kurang selektif. Hal ini terlihat dari adanya cumi-cumi berukuran kecil yang tertangkap.

3.4 Pembahasan

Rasio jenis kelamin cumi-cumi yang tertangkap di perairan Kabupaten Bangka seimbang antara jantan dan betina. Dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya diketahui bahwa rasio jenis kelamin cumi-cumi ada yang seimbang dan ada yang tidak seimbang. Penelitian yang dilakukan Saharan menemukan bahwa rasio jenis kelamin oktopus 1 : 1 de Laguna 1989. Arnold dan William- Arnold 1977 menyatakan bahwa secara umum rasio jenis kelamin cumi-cumi 1 : 1. Hasil penelitian Yunrong et al. 2013 di Teluk Beibu, China, untuk Uroteuthis chinensis jumlah cumi jantan dan betina hampir sebanding dimana rasionya 1 : 1,01. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cumi-cumi di lokasi penelitian memiliki 3 kelompok umur berdasarkan ukuran panjang. Kelompok umur 1 memiliki ukuran panjang 83,5 – 237,5 cm, kelompok umur 2 ukuran panjang 248,5 – 281,5 cm, dan kelompok umur 3 ukuran panjang 292,5 – 369,5 cm. Pada kelompok umur 1 selang ukuran panjang lebih besar dibanding kelompok umur 2 dan 3. Hal ini diduga terkait pola pertumbuhan cumi-cumi, dimana cumi-cumi muda lebih cepat pertumbuhannya dibanding cumi-cumi lebih tua seperti disajikan pada Gambar 4.8. Pada gambar tersebut terlihat bahwa cumi-cumi pada umur 0 - 4 bulan memiliki pertumbuhan panjang cumi-cumi sangat cepat yaitu rata-rata tumbuh 84,89 mm per bulan. Cumi-cumi yang terukur di lokasi penelitian memiliki ukuran panjang mantel yang lebih besar dibanding hasil penelitian lain yang ada di Indonesia. Panjang mantelnya yaitu antara 78 – 370 mm. Hasil penelitian Sitomput et al. 2015 mendapatkan ukuran sampel Loligo sp yang didaratkan di Kelurahan Kawal Provinsi Kepulauan Riau memiliki ukuran panjang antara 3,5 – 23,6 cm. Hasil penelitian Perangin-angin et al. 2015 untuk cumi P. chinensis di TPI Tambaklorok Semarang ukuran panjangnya antara 56,6 – 130,1 mm. Hasil