34
6 Laju Mortalitas dan Eksploitasi
Laju mortalitas total Z diduga berdasarkan persamaan kurva hasil tangkapan kumulatif berdasarkan komposisi panjang metode Jones dan van
Zalinge Sparre and Venema 1999 dengan rumus berikut: ,
= +
ln dimana :
Z = laju mortalitas total K = koefeisen pertumbuhan
Laju mortalitas alami M diduga dengan menggunakan rumus empiris Pauly 1980 dalam Sparre and Venema 1999 dengan rumus berikut:
= 0,0152
0,279 ln + 0,6543 ln
+ 0,463 ln dimana :
M = mortalitas alami L
∞
= panjang asimtotik cumi-cumi K = koefesien pertumbuhan
T = suhu rata-rata permukaan air C
Laju mortalitas penangkapan F merupakan selisih laju mortalitas total dengan laju mortalitas alami sehingga rumus menjadi sebagai berikut:
= Laju eksploitasi merupakan perbandingan atau rasio antara laju mortalitas
penangkapan F dengan laju mortalitas total Z Pauly 1984 sehingga rumus menjadi sebagai berikut:
= +
=
3.3 Hasil 3.3.1 Rasio Jenis Kelamin dan Kelompok Umur
Selama pengambilan sampel cumi-cumi dari bulan April sampai bulan Agustus tahun 2014 diperoleh jumlah cumi-cumi sebanyak 392 ekor yang terdiri
dari 223 cumi-cumi betina dan 169 jantan. Dari hasil tersebut diketahui bahwa perbandingan antara cumi-cumi jantan dan betina yaitu 1 : 1,32. Hal ini
menunjukan bahwa cumi-cumi betina lebih banyak tertangkap dibanding cumi- cumi jantan. Dari hasil uji chi-square diketahui bahwa rasio jenis kelamin tidak
berbeda nyata karena t-hitung lebih kecil dari t-tabel sehingga dapat dikatakan bahwa rasio jenis kelamin cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka seimbang
antara cumi-cumi betina dengan jantan.
Analisis kelompok umur dilakukan untuk mengetahui posisi dan perubahan rata-rata ukuran kelompok panjang. Berdasarkan sebaran kelompok umur
menunjukan bahwa cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka memiliki 3 kelompok ukuran yaitu kelompok umur 1 ukuran panjang 83,5 – 237,5 mm,
kelompok umur 2 ukuran panjang 248,5 – 281,5 mm, dan kelompok umur 3 ukuran panjang 292,5 – 369,5 mm. Hasil analisis pemisahan kelompok umur
35 cumi-cumi berdasarkan sebaran kelas frekuensi panjang disajikan pada Gambar
16.
3.3.2 Distribusi Ukuran Panjang Mantel dan Bobot Tubuh
Pengukuran panjang mantel dan bobot tubuh cumi-cumi P. chinensis dilakukan terhadap cumi-cumi jantan dan betina. Ukuran panjang mantel cumi-
cumi betina yang diukur berkisar antara 78 – 252 mm dan berat tubuh berkisar antara 14 – 277 g. Panjang mantel cumi-cumi jantan yang diukur berkisar 84 –
370 mm dan berat tubuh berkisar antara 9 – 349 g.
Gambar 16 Histogram frekuensi cumi-cumi P. chinensis di perairan Kabupaten
Bangka Dari hasil pengukuran panjang terhadap sampel cumi-cumi diketahui bahwa
cumi-cumi jantan yang banyak tertangkap yaitu pada ukuran 144 – 176 mm sebanyak 20,11, ukuran 177 - 209 dan ukuran 210 – 242 mm masing-masing
sebanyak 18,34. Pada cumi-cumi betina yang banyak tertangkap yaitu pada ukuran 144 – 176 mm sebanyak 43,50, ukuran 111 – 143 sebanyak 24,22 dan
ukuran 177 – 209 mm sebanyak 22,87. Distribusi ukuran panjang cumi betina dan jantan disajikan pada Gambar 17.
Gambar 17 Distribusi panjang cumi-cumi jantan dan betina
36
Pada Gambar 17 juga terlihat bahwa pada cumi-cumi jantan kelompok ukuran yang sedikit tertangkap yaitu cumi yang berukuran 78 – 110 mm dan
ukuran 342 – 374 mm. Pada cumi-cumi betina kelompok yang sedikit tertangkap yaitu yang berukuran 243 – 275 mm. Tidak ada sampel cumi-cumi betina yang
memiliki ukuran lebih dari 275 mm.
Berdasar hasil pengukuran berat cumi-cumi jantan diketahui bahwa cumi- cumi yang paling banyak terukur yaitu pada ukuran 87 – 125 g sebanyak 28,99,
ukuran 126 – 164 sebanyak 18,93 dan ukuran 48 – 86 g sebanyak 18,34. Pada cumi-cumi betina yang paling banyak terukur yaitu pada ukuran 87 – 125 g
sebanyak 40,81, ukuran 48 – 86 sebanyak 24,66 dan ukuran 126 – 164 g sebanyak 20,63. Distribusi ukuran berat cumi-cumi yang terukur disajikan pada
Gambar 18. Dari Gambar tersebut juga terlihat bahwa tidak ada cumi-cumi betina yang memiliki berat diatas 278 g.
Gambar 18 Distribusi berat cumi-cumi jantan dan betina
3.3.3 Hubungan Bobot Tubuh – Panjang Mantel
Analisis hubungan panjang mantel dan bobot tubuh cumi-cumi di perairan Kabupaten Bangka digunakan untuk menentukan pola pertumbuhan cumi-cumi.
Perhitungan hubungan bobot tubuh dengan panjang mantel cumi-cumi yang diukur dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan jenis kelamin jantan dan betina.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan software minitab 16 hubungan bobot tubuh dengan panjang mantel disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Persamaan hubungan bobot tubuh dengan panjang mantel
Jenis cumi-cumi Persamaan
Jantan
Log W = -2,08 + 1,80 Log L atau
W = 0,0082 L
1,80
N = 169 ekor; R
2
= 0,87
Betina
Log W = -3,12 + 2,32 Log L atau
W = 0,0008 L
2,32
N = 223 ekor; R
2
= 0,89
37 Dari hasil uji F pada tabel anova, nilai F hitung untuk kedua persamaan
diatas lebih besar dari F tabel. Hal ini menunjukan bahwa pada cumi-cumi jantan dan betina yang diukur keragaman panjang mantelnya dapat menjelaskan
keragaman bobot tubuhnya. Nilai β yang diperoleh untuk kedua jenis kelamin cumi-cumi besarnya masing-masing 1,80 untuk jantan dan 2,32 untuk betina.
Nilai β tersebut kurang dari tiga yang berarti bahwa pola pertumbuhan keduanya bersifat allometrik negatif atau pertambahan panjangnya lebih kecil dibanding
pertambahan bobotnya.
a
b Gambar 19 Grafik hubungan panjang bobot cumi-cumi jantan a dan betina b
Dari Gambar 19 diketahui bahwa cumi-cumi jantan dapat mencapai ukuran yang lebih besar dibandingkan cumi-cumi betina. Pertumbuhan cumi-cumi betina
diselesaikan seluruhnya sebelum matang gonad, sedang pada cumi-cumi jantan