55
menjadi gerakan untuk mampu berpusat pada Bapa Sang Pencipta. Hidup yang terbuka akan sabda Allah, sehingga kerajaan Allah dapat berkembang melalui
kehadiran seorang religius. Hidup yang berakar pada doa memungkinkan manusia untuk dapat diikut sertakan dalam kesatuan dengan Tritunggal Kudus. Karena karya
Roh kuduslah yang akn memampukan religius untuk berdoa. Seorang religius sadar bahwa ia lemah di hadapan sang pencipta.
Breemen 1983: 62 menguraikan bahwa berdoa mengandaikan sikap penuh perhatian, menunggu kedatangan Tuhan, mengosongkan diri dalam hati. Dalam
kehidupan seorang religius perlu menciptakan keheningan diri sehingga dapat mendengarkan sabda Tuhan.
Dalam kehidupan seorang religius perlu berusaha untuk semakin tekun dalam berdoa baik saat mengalami kegembiraan, maupun saat kering, kosong karena dari
pengalaman itulah maka akan terasa bahwa Allah selalu mendampingi dan mengantar religius untuk selalu berkembang, bahkan dalam kekosongan Allah hadir dan
berkarya. Dalam keadaan apapun seorang religius diharapkan setia untuk merenungkan sabdaNya untuk dapat menjadi sumber hidupnya dalam perutusan.
3. Persoalan Dalam Doa Yang Dihadapi Oleh Para Suster Fransiskan
Sukabumi
Berdoa adalah hal yang tidak mudah, maka orang mengusahakannya agar kerinduannya dapat terpenuhi khususnya dalam hal berdoa. Untuk dapat mencapai doa
maka orang perlu proses yang tidak sederhana. Dapatlah kita melihat dan mencoba menganalisa kesukaran-kesukarn yang muncul dalam praktek dan proses doa.
Persoalan doa yang dihadapai oleh para religius adalah karena kesibukan karya dan tantangan zaman di masa globalisasi.
56
a. Kesukaran-kesukaran dalam doa
Dalam kehidupan religius juga dihadapkan pada berbagai tantangan dan kesulitan. Kesulitan yang biasa dialami oleh religius adalah kesukaran dalam berdoa,
karena banyaknya pekerjaan. Hal ini dirasakan oleh kongregasi yang aktif kontemplatif, karena mereka bekerja dan bertanggungjawab besar terhadap karya
kongregasi seperti: Sekolah, Rumah Sakit, Karya Pastoral, Rumah Retret, Panti Jompo dll.
Kesukaran yang ditemukan dalam doa seperti dinyatakan Darminta 1982:55 sebagai berikut:
“Kesukaran ada karena setiap religius mempunyai tuntutan psikologis yang berbeda karena, warna kegiatan yang berbeda, dan dalam doa seorang religius
dituntut untuk merubah diri sendiri dan memisahkan diri dari dunia yang menyibukkan dengan mencari dan berusaha menfokuskan diri pada Tuhan
dengan seluruh hati dan budinya. Untuk mencapai kesatuan yang integral dengan Tuhan memang tidak mudah, karena dihadapkan dengan situasi yang
menyibukkan mental seorang religius yang sangat goyah dan mengembara ke mana-mana dihayutkan dengan seribu satu macam kesan dari luar dan oleh
fantasinya sendiri yang mudah mengkhianatinya”.
Seorang religius juga dapat mengalami keputusasaan karena sebuah kesukaran. Hal ini akan dapat diatasi kalau dalam kehidupan rohani seorang religius tekun
mengisi kehidupannya. Mengisi kehidupannya terutama lewat doa-doa sebagai mana layaknya seorang religius. Bila hal ini dilakukan dengan terus menerus akan
membuahkan hasil yaitu menjadi pribadi yang matang dan dewasa. Mampu mengolah hidupnya dan siap untuk menghadapi tantangan dan kesulitan sebagai sarana untuk
semakin memajukan hidupnya. Untuk dapat mencapai kedalaman hidup, seorang religius perlu bergumul dalam doa terutama bila menghadapi situasi sulit.
57
b. Pergumulan dalam doa
Kehidupan religius tidak terlepas dari hidup rohani sebagai inti dan pusat hidup. Inti dan pusat yang dimaksud bahwa Allah adalah tempat penyerahan diri
seutuhnya dalam wujud persembahan diri yang total kepadaNya. Untuk memperkembangkan hidup rohaninya seorang religius perlu bergumul dengan
pengalamannya. Berdialog dengan Allah berarti seorang religius mampu menentukan pilihan dan keputusannya yang tentunya mengarah kepada kebaikan.
Dalam pergumulan dalam doa, seorang religius selalu didorong untuk berbuat lebih bagi Allah, tetapi mengalami keterbatasan. Hal ini diuraikan Breemen 1983:63
“nyatanya dalam ketidakmampuan ini, meskipun mengecewakan, tidak melemahkan atau menekan, sebab dari dalam seluruh hidup doa merupakan keyakinan, bahwa
Tuhan dapat diandalkan tanpa habisnya, bahwa ia tidak meninggalkan kita, entah apa yang kita lakukan, bahwa ia tetatp akan mencintai kita seperti apa adanya”.
Breemen 1983:66 menyatakan bahwa: Pergumulan dalam doa dirasakan oleh setiap religius sebagai suatu kekosongan, namun dalam hidup religius tetap
berkembang terus. Ada rasa kering, kurang puas, kecewa, dalam peristiwa itu religius diajak kembali untuk mencari Allah sebagai sumber hidupnya. Kenyataan dalam
kesulitan yang dihadapi oleh religius di dalam doa membuat seorang religius menghayati kesetiaan Allah. Allah selalu setia, maka dalam situasi apapun harus tetap
setia kepada Allah. Kesetiaan religius dalam doa akan menyatukan dirinya dengan Yesus. Yesus
pernah juga mengalami pergulatan dalam doa seperti yang tertulis dalam Injil sebagai berikut: