26
Kecondongan tetap untuk menarik diri dari dunia dan bersemedi dalam hati sebagai ciri khas peniten. Keheningan memiliki nilai tinggi dalam kehidupan seorang
peniten bagaimana hal ini dapat dihidupi oleh para pengikutnya. Maka perlulah kita sebagi pengikutya selalu menyediakan waktu dan diri untuk mampu menciptakan
suasana hening dalam hati.
B. Makna Gerakan Peniten Rekolek Bagi Keempat Kongregasi
Kongregasi yang dialiri oleh semangat Peniten Rekolek khususnya yang ada di Indonesia FCH Suster St. Fransiskus Charitas, SFS Suster Fransiskan Sukabumi,
KSFL Kongregasi Suster-suster Fransiskus dari St. Lusia, FSE Suster Fransiskan Santa Elisabeth, memiliki satu semangat yang sama yang diilhami oleh Ibu Theresia
Saelmaekers yang memiliki semboyan: “Alles Voor Allen” Nico Dister Syukur 2011:6. Makna Gerakan peniten rekolek bagi keempat kongregasi adalah kekuatan
untuk selalu yakin akan penyelenggaraan illahi.
1. Gerakan Peniten Rekolek Bagi Keempat Kongregasi
Makna gerakan peniten rekolek mengajak kita untuk selalu sadar akan cita-cita luhur untuk selalu membaharui diri terus menerus. Kesadaran akan pentingnya
keheningan dalam kehidupan religius. Perkembangan hidup religius dipengaruhi oleh situasi dan kondisi dalam kehidupan di biara. Pada kenyataannya untuk selalu hidup
dalam cita-cita memerlukan perjuangan dan kesetiaan dalam melaksanakannya .
Peniten rekolek adalah semangat yang mendasari hidup para suster yang memiliki spiritualitas peniten rekolek. Semangat peniten rekolek sebagai suatu ikatan yang
mengingatkan para pengikutnya untuk semakin mampu hidup sebagai seorang yang
27
selalu mau mengusahakan yang terbaik dalam kehidupannya. Hubungan dengan keempat kongregasi bahwa selama ini semangat Peniten ini telah hidup dan tumbuh
subur dalam karya-karya para suster yang sampai sekarang masih dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman. Perjuangan untuk selalu dapat menghidupi
semangat pembaharuan diri terus menerus. Kongregasi yang dialiri oleh semangat Peniten Rekolek khususnya yang ada di Indonesia FCH Suster St. Fransiskus
Charitas, SFS Suster Fransiskan Sukabumi, KSFL Kongregasi Suster-suster Fransiskus dari St. Lusia, FSE Suster Fransiskan Santa Elisabeth, memiliki satu
semangat yang sama yang diilhami oleh Ibu Theresia Saelmaekers yang memiliki semboyan: “Alles Voor Allen” Nico Dister Syukur 2011:6.
Moeder Theresia Saelmaekers adalah pendiri biara Breda. Sifat-sifatnya: tangguh, bertanggungjawab, berani, pekerja keras, teguh pada prinsip dan percaya
akan penyelegaraan Tuhan. Biara Breda yang didirikan oleh Moeder Theresia Saelmaekers berasal dari pembaharuan Limbur. Biara ini juga disebut dengan nama
biara peniten. Biara peniten di pengaruhi oleh semangat Suster dari Dongen. Biara ini mengkhususkan untuk merawat secara fisik, tetapi ia juga memperhatikan kehidupan
rohani pasien. Kehidupan manusia dipulihkan secara utuh: sehat jasmani dan rohani dalam arti terjadi keseimbangan dalam proses penyembuhan Eddy Kristianto, 2009:
81. Dalam kongregasi Alles voor Allen ditanamkan semangat berbagi, peniten
murah hati, rekolek tanpa pamrih dalam karya, percaya akan penyelenggaraan Ilahi. Keyakinan akan penyelenggaraan Ilahi ini lah yang mendorongnya untuk membuka
komunitas-komunitas di Oosterhout, Bergen op Zoom, dan Rotterdam.
28
Kepercayaan pada penyelenggaraan Ilahi ini dapat kita lihat dari peran Allah dalam hidup pribadi para pengikutnya yang tangguh untuk berjuang seperti halnya Ibu
Theresia Saelmaekers, dalam karya misi yang dilakukan bukan hanya di Belanda tetapi sampai di Indonesia, kongregasi peniten rekolek ini dapat berkembang sampai di
Indonesia, makna peniten rekolek ini dapat dirasakan dan dibuktikan dari cara melayani pasien selain merawat secara fisik tetapi juga secara rohani
. Ini adalah bagan bentuk kekerabatan antara keempat konggregasi
Biara Breda Alles Voor Allen Th 1830
Kelompok Theresia Saelmaekers dari Leuven
Biara Oosterhout Bergen op Zoom Biara Rotterdam Biara Breda Jl. Haagdijk
“Charitas” Th. 1834 “Pengungsian bagi “Alles voor Allen” “Ketika Aku Sakit, Theresia Saelmaekers Penderita” Th. 1838 Th. 1841-1847
kamu melawat Aku” FCH-Palembang Sr. Rosa de Bie Sr. Lucia Dierckx Th. 1880
SFS-Sukabumi KSFL-Pematang Siantar Sr.Malthilda Leenders
FSE-Medan Eddy Kristianto, 2009: 86
Yang melakukan misi di bidang perawatan adalah pertama Peniten Rekolek Roosendal FCH yang berdiri sejak tahun 1834 oleh Moeder Theresia Saelmaekers
dan di Indonesia mulai berkarya sejak tahun 1926 yang pusatnya di Palembang. Yang kedua Biara Peniten Rekolek BOZ SFS yang berdiri sejak tahun1838 oleh Moeder
29
Rosa De Bie dan di Indonesia berkarya sejak tahun 1933 yang pusatnya di Sukabumi. Yang ketiga Biara Peniten Rekolek Rotterdam KSFL yang berdiri sejak tahun 1847
oleh Moeder Lucia dan di Indonesia berkarya sejak tahun 1925 yang pusat biaranya ada di Pemantang Siantar. Yang keempat Biara Peniten Rekolek Elisabeth Breda
FSE yang berdiri sejak tahun 1880 oleh Moeder Malthilda leenders dan di Indonesia berkarya sejak tahun 1925 yang pusat biaranya ada di Medan.
2. Hubungan Keempat Kongregasi Peniten Rekolek
Keempat kongregasi ini saling berhubungan kekerabatan seperti yang dapat dilihat dalam diagram diatas. Moeder Theresia Saelmaekers mendirikan beberapa
biara yang akhirnya datang dan berkarya di Indonesia. Semangat Ibu Theresia ini dihidupi oleh tarekat-tarekat yang ada di Indonesia: FCH, SFS, KSFL dan FSE.
Maria Theresia, sebagai pemimpin religius, memiliki banyak andil dalam mengembangkan kehidupan religius maupun kehidupan karya pelayanan. Barbara
Saelmaekers lahir di Brabant Belgia, tanggal 5 September 1797. Nama Biara: Suster Maria Theresia. Moeder Theresia Saelmakers ini adalah pendiri kongregasi
Fransiskan Breda. Biara Breda menggunakan Anggaran dasar Ordo ketiga Regular St. Fransiskus Assisi dan Konstitusi Peniten Rekolek Reformasi Limburg Eddy
Kristianto, 2009:79. Biara Breda terbuka akan tugas perutusan dan dalam menanggapi zaman.
Theresia Saelmaekers memotivasi para susternya untuk selalu menghidupi semangat “Alles Voar Allen”. “Alles voor Allen” menjadi nama resmi kongregasi sejak 21
Maret 1855 yang disahkan oleh J.F. Van Gogh dari Bergen Op Zoom. Dalam kongregasi ditanamkan semangat berbagi, peniten murah hati, rekolek tanpa pamrih
30
dalam karya pelayanan Moeder Theresia Saelmaekers, pendiri kongregasi Fransiskan Breda : 29.
Keyakinan akan penyelenggaraan Ilahi ini yang mendorong ntuk membuka komunitas-komunitas di Osterhout, Bergen Op Zoom, dan Rotterdam. Komunitas
yang didirikan itu merupakan pusat dari biara-biara yang ada di Indonesia Osterhout adalah pusat biara FCH, Bergen Op zoom pusat biara SFS, Rotterdam adalah pusat
dari biara KSFL, dan Breda adalah pusat biara FSE. Hubungan keempat kongregasi adalah hubungan saudara yang disatukan dalam satu semangat Peniten Rekolek “Alles
Voor Allen” yang artinya Semua untuk semua.
C. Peniten Rekolek Menurut St. Fransiskus Assisi
Peniten Rekolek berawal dari pertobatan St. Fransiskus Assisi oleh karena dorongan dari Allah. Pertobatan yang membawa perubahan dalam hidupnya baik
sebagai titik awal perubahan dalam hidupnya. Dari hidup yang serba tidak menentu menjadi pribadi yang memiliki arah hidup yang jelas. Perubahan yang menyeluruh dan
menembus batas diri sendiri.
1. Awal Pertobatan Fransiskus Assisi Ketika Berdoa Di depan Salib San
Damiano
Fransiskus memahami “pertobatan metanoia Injili” merupakan perubahan budi, pembaharuan menyeluruh dan terus menembus batas diri seseorang yang
mengarahkan kepada kesatuan dengan Allah dengan seluruh keberadaannya. Fransiskus mengawali pembaharuan ketika berdoa di depan salib San Damiano.
Fransiskus menyerahkan dirinya pada Allah melalui totalitasnya dalam mengikuti apa
31
yang dikehendakiNya, hal ini terwujud dalam sikap hidupnya setelah ia mendengarkan suara Allah.
a. Titik Awal Pertobatan Fransiskus Assisi
“Kami bersyukur kepadaMu karena sebagaimana dengan perantaraan Putramu, Engkau telah menciptakan kami, demikian pula karena belas kasihMu yang
mahakudus, yang telah Engkau berikan kepada kami, Engkau telah membuat Dia, yang sungguh Allah dan sungguh Manusia, lahir dari Santa Maria tetap
perawan, yang mulia dan amat berbahagia dan oleh salib, darah dan wafatNya, Engkau mau menebus kami, orang tawanan. Dan kami bersyukur kepadamu,
karena PuteraMu itu akan datang lagi dalam semarak keagunganNya, untuk mengirim ke dalam api yang kekal orang-orang terkutuk yang belum
melakukan pertobatan dan belum mengenal Engkau serta mengabdi kepadamu dalam pertobatan: “Marilah kamu yang diberkatioleh bapaKu, terimalah
kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia di jadikan.Mat 25:34, AngTBul 23:3-5
Fransiskus memulai langkah “Pertobatannya dalam Anggaran dasar Tanpa
Bulla dengan doa syukur. Pertobatan Fransiskus adalah suatu ungkapan terima kasih karena kebaikan Allah atas belas kasih Allah bapa yang telah mengutus puteranya
untuk manusia. Pertobatan dilakukan bukan karena semata-mata dorongan manusiawi,
melainkan tindakkan Allah. “Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi karena kemurahan hati Allah”.Rom 9:16
Apa yang dikerjakan Allah bukan karena jasa baik kita tetapi karena kebaikan hati dan kasihnya, maka hal ini menjadi landasan untuk selalu dapat bersyukur. Hidup
dalam pertobatan adalah suatu tanggapan manusia akan kasih yang menyelamatkan manusia, karena rasa syukur seseorang dapat melaksanakannya secara tulus dan
sepenuh hati.