On Going Formation Suster Fransiskan Sukabumi

80 niat untuk dapat berkembang lebih baik. Katekese ini menjadi salah satu pilihan dalam usaha untuk semakin mengembangkan kwalitas hidup. Maka para suster SFS perlu terus menerus membina dan mengolah penghayatan hidup bakti demi tugas perutusan. Salah satu cara pembinaan diri terus-menerus adalah katekese.

B. Katekese Sebagai salah satu usaha untuk On going Formation para Suster

Fransiskan Sukabumi Katekese merupakan salah satu bentuk pewartaan gereja. Pewartaan itu bertujuan untuk menghantar orang menjadi murid Kristus, sesuai pesan-Nya kepada para murid setelah kebangkitan: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku” Mat 28:19. Katekese terus mengalami perkembangan sesuai dengan situasi umat dan pengalaman hidup umat yang dihadapi dan dialami. Hal ini dikarenakan umat kristiani sebagai subyek katekese tidak dapat dipisahkan dari lingkungan tempat mereka tinggal, yang terus menerus mengalami perubahan setiap harinya. Katekese sebagai sarana untuk pembinaan bagi para suster Fransiskan Sukabumi maka di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan katekese. 1. Pengertian Katekese Istilah katekese berasal dari kata Yunani”katechein” bentuk dari akar kata “kat” yang berarti pergi atau meluas dan “echo” yang atrinya menggemakan atau menyuarakan ke luar. Berdasarkan bentuk kata tersebut kata “katechein” berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Kata “katechein” digunakan oleh orang Kristen untuk menyampaikan perbagai harta kekayaan iman gereja seprti ajaran Tuhan dan Gereja serta keadaan manusia dalam hidup kongrte sehari-hari. 81 Dalam rangka pengembangan kehidupan umat beriman Paus Yohanes Paulus II mengartikan katekese sebagai berikut: Katekese adalah pembinaan iman bagi anak-anak, kaum muda, dan orang- orang dewasa adalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristiani, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen CT, art.18. Rumusan di atas memandang katekese sebagai pembinaan iman bagi semua orang beriman. Pembinaan iman di atas ditujukan bagi siapa saja tanpa ada diskriminasi warna kulit, budaya, kaya atau miskin dan yang lainnya. Hal yang utama dalam kegiatan katekese adalah menyampaikan ajaran Kristen secara terus menerus dan teratur kepada anak-anak, kaum muda dan orang dewasa agar mereka semua menuju pada kedewasaan iman dan kepenuhan hidup Kristen. Dalam konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi tidak dibicarakan mengenai katekese, tetapi dalam pembinaan bagi anggotanya penghayatan spiritualitas merupakan awal dan menuntut kesediaan untuk terus menerus diperbaharui dan diperdalam hidupnya menjadi pribadi yang utuh. Pembaharuan dan ketahanan hidup Tarekat tergantung pada pembinaan para anggota. Pembinaan bermaksud mendalami hidup mereka secara terus menerus dalam Yesus Kristus. Hal ini juga mencakup bantuan untuk perkembangan pribadi masing-masing suster secara menyeluruh. Konst. Pasal: 68 2. Tujuan Katekese Dalam anjuran apostolic Catechesi Tradendae artikel 5, Sri Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa tujuan katekese adalah: “Bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup mesra dengan-Nya. Hanya Dialah, yang dapat membimbing kita kepada cinta 82 kasih Bapa dalam Roh dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal kudus”. Katekese bertujuan untuk mengembangkan iman dan penghayatan hidup sebagai pribadi yang dicintai Tuhan dengan segala keberadaan kita. Persekutuan hidup mesra dengan Tuhan mengandaikan adanya relasi saling memahami dan mengerti sehingga relasi personal itu dapat tercipta. Dengan relasi personal manusi masuk dalam persekutuan mesra dengan Tuhan. Tujuan ini relevan dengan apa yang tertulis dalam konstitusi Suster Fransiskan Sukabumi pasal: 68 yang menyatakan pembinaan religius bermaksud mendalami hidup secara terus menerus dalam Yesus Kristus, seterusnya akan memajukan doa dan pengenalan lebih dalam akan Allah, dan menyadarkan kita betapa tergantungnya kita akan rahmat Allah. Paus Yohanes paulus II dalam dokumen yang sama lebih lanjut mengatakan, “Tujuan khas katekese ialah: berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan peri hidup Kristen umat beriman, muda maupun tua” CT, art.20. Katekese pertama-tama ditujukan kepada mereka yang imannya baru bertumbuh, untuk membantu umat mampu berkembang menuju kepenuhan hidup Kristen. Demikian pula bantuan untuk memperkembangkan pribadi masing-msing secara menyeluruh Konst. Pasal:78. Tujuan komunikasi iman menurut PKKI II ialah: Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman kita sehari- hari, dan kita bertobat Metanoia kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan sehari-hari: dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita, pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat, dan 83 mengkokohkan Gereja semesta, sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat Yoseph Lalu, 2005:5. Pendalaman iman yang terus menerus berarti perluasan pengalaman pertobatan. Pertobatan dapat dimengerti sebagai berbaliknya orang dalam memandang hidupnya dan kehidupan ini dari perseptif relasi dengan Allah. Dalam kaitannya dengan katekese, bagi suster Fransiskan Sukabumi katekese bertujuan untuk mengembangkan dan memperdalam kesatuan dengan Allah, sehingga semakin bersatu erat dengan Kristus. Direktorium Kateketik Umum DKU, art. 46, menguraikan tujuan katekese ialah: membimbing orang-orang Kristen secara individu dan kelompok menuju iman yang dewasa, maka katekese haruslah tetap setia untuk menyajikan seluruh kekayaan warisan Kristen. Dewasa dalam iman berarti iman yang utuh, yakni seimbang dan terpadu antara rasio, afeksi, dan tindakannya. Hal ini berciri antara lain: tidak kekanak- kanakan, tidak takut menghadapi berdialog dengan umat lain, satu antara rumus kata yang diucapkan dan tindakannya Dapiyanta 2001:12 Selain itu dewasa dalam iman dihayati dalam konteks: perayaan, persaudaraan, pelayanan, kesaksian secara terpadu dalam hidup. Iman yang dewasa tidak akan didapatkan dalam sekali jalan, untuk mencapai iman yang mendalam maka perlu proses terus menerus. 3. Isi Katekese Paus Yohanes Paulus II dalam Dokumen Catechesi Trandendae artikel 26 menyatakan: Katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga tidak dapat lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri secara menyeluruh. Satu-satunya amanat-yakni Warta Gembira Keselamatan, yang telah didengar sekali atau ratusan kali, dan telah diterima setulus hati, dalam katekese terus menerus didalami melalui refleksi dan studi sistematis, melalui kesadaran akan gema pantulannya dalam kehidupan pribadi seseorang, suatu kesadaran yang 84 meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan selaras, yakni perihidup Kristen dalam masyarakat dan dunia. Isi katekese yang menjadi inti dari pewartaan Injil adalah Allah dan seluruh misteri keselamatan dan pribadi-Nya. Kehadiran Kristus di dunia menjadi bukti kasih Allah yang sungguh-sungguh mencintai manusia secara langsung dalam karya keselamatan-Nya. Kabar gembira pembebasan tersebut menjadi sumber iman, harapan dan kekuatan hidup setiap jemaat. Warta gembira karya penyelamatan Allah selalu bersifat diagonal Allah menawarkan dan mengundang jemaat untuk mampu mendengarkan, menerima serta menanggapinya di dalam kehidupan sehari-hari. Allah yang misteri tidak dapat langsung dikenali manusia tetapi perlu dipahami dan perlu didalami lebih lanjut melalui proses yang terus menerus. Kita perlu mewujudkan warta gembira secara konkret secara serius terus diperjuangkan. Bagi tarekat Suster Fransiskan Sukabumi, isi katekese adalah Kristus. Kristus menjadi sumber dan pusat hidup religius. Dalam tujuan berdirinya tarekat menyatakan bahwa: Tarekat Suster-suter Fransiskan Sukabumi adalah suatu persaudaraan yang terdiri atas pribadi yang terdorong oleh ilham Ilahi mau menghayati dan meneruskan cita-cita Moeder rosa de Bie yaitu: mengusahakan penyucian para anggotanya yang berdevosikan pada perjuangan dan penderitaan yesus yang miskin dan tersalib dengan hidup dalam semangat doa dan kontemplasi tobat dan silih, serta pelayanan cinta seturut teladan Fransiskus Assisi.Eeuwferst-pr. BOZ Allah yang menjadi pendorong untuk mampu menghayati hidup Yesus. Illahi yang menjadi daya pendorong bagi para suster untuk dapat mengidupi semangat Kristus yang miskin dan tersalib. Maka pada akhirnya para suster diajak untuk selalu berpusat kepada Yesus Kristus. 85 4. Model Katekese Shared Christian Praxis Shared Christian Praxis SCP sebagai model berkatekese untuk membantu para suster agar semakin memahami dan menghayati semangat peniten rekolek, karena model ini memungkinkan terjadinya dialog partisipatif antar peserta ketekese. Katekese model SCP lebih cocok sebagai usaha pembinaan, sebab bersifat dialogis- partisipatif, menekankan kemitraan dan dalam penyelenggaraannya menempatkan peserta sebagai subyek. Model ini lebih menekankan komunikasi iman dan partisipatif peserta dalam keseluruhan katekese. Selain itu model ini mendorong peserta untuk aktif berdialog dan merefleksikan pengalaman hidupnya. Model katekese ini dapat dikatakan sebagai model praksis, karena dari pengalaman hidup peserta yang direfleksikan secara kritis dan dikonfrontasikan dengan pengalaman iman dan visi kristiani supaya muncul aikap dan kesadaran baru yang memberi motivasi pada keterlibatan baru Sumarno Ds, 2007:14-15. Model Shared Christian Praxis memiliki tiga komponen yaitu Praxis, Kristiani dan Shared. adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: a. Praxis Praxis dalam pengertian model katekese merupakan tindakan manusia yang direfleksikan. Praxis sebagai tindakan meliputi seluruh keterlibatan manusia dalam dunia yang mempunyai tujuan untuk perubahan hidup yang meliputi kesatuan antara praktek dan teori. Praxis mempunyai tiga unsur pembentukan yang saling berkaitan yaitu aktivitas, refleksi, dan kreativitas. Ketiganya untuk membangkitakan imaginasi, meneguhkan dan mendorong praxis baru yang dipertanggungjawabkan secara etis, dan moral. Unsus pertama, aktivitas meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran,