Sejarah Peniten Rekolek Suster Fransiskan Sukabumi

19 Petrus Marchant membidani lahirnya kongregasi Peniten Rekolek serta menyusun konstitusi Peniten Rekolek tahun 1623. Konstitusi ini disusun berdasarkan inspirasi dari Sr. Yohana Van Jesus yang terdorong oleh Ilham Ilahi bercita-cita untuk membaharui semangat hidup religius Ordo ketiga Regular St. Fransiskus. Konstitusi disahkan oleh Paus Urbanus VIII pada tahun 1634. Lalu konstitusi ini menjadi sumber pegangan bagi para religius yang menamakan dirinya Peniten Rekolek Eddy Kristianto, 2009: 39 Pada tahun 1841, atas rekomendasi Mgr. Johanes Van Hooydonk, konstitusi itu dicetak ulang untuk kepentingan para religius yang baru tumbuh diwilayah keuskupannya, seperti di Dongen, Etten, Roosendal, Bergen Op Zoom, dll. Petrus Marchant kemudian menjadi Devinitor Jendral seluruh Ordo St. Fransiskus dan Kustos di Flandria dan akhirnya diangkat menjadi Komisaris Apostolik Jenderal. Beliaulah yang menerima pembaharuan profesi religius Johana Van Jesus, ia mengantar mereka ke tempat yang telah dipersiapkan yaitu di Limburg. Petrus Machant menjadi pembimbing rohani. Sampai pada akhir hidupnya ia setia mendampingi para suster kongregasi Peniten Rekolek. Petrus Marchant wafat di Gent pada tanggal 11 November 1661 Eddy Kristisnto, 2009: 41.

b. Yohana Van Yesus Perancang Konstitusi Limburg

Johana Van Yesus lahir pada tanggal 3 Agustus 1576 di Gent. Nama babtisnya Johanna Baptista Neerinckx. Ayahnya bernama Neerinckx, seorang pegawai pajak terkemuka di Gent. Masyarakat menghormatinya, karena ia mencerminkan hidup sebagai seorang kristiani, yang jujur dalam menjalankan tugasnya. Ia mempunyai devosi kepada Santa Perawan Maria Eddy Kristianto, 2009: 42. 20 Pada usianya yang ke- 28 tahun Johanna Babtista Neerinckx masuk biara. Berawal dari pertemuan dengan seorang Fransiskan Rekolek, kemudian dia memutuskan untuk masuk biara Ordo santo Fransiskus yaitu kongregasi Suster-suster Kelabu di kota Gent dengan nama Sr. Johanna Neerinkx. Kongregasi ini merupakan Ordo Ketiga regular Santo Yakobus yang membaktikan diri kepada perawatan orang- orang sakit. Terdorong untuk menjadi putri yang terbaik dari Bapa Fransiskus, maka ketika dipilih menjadi pemimpin dalam kongregasi, ia mulai mengadakan pembaharuan. Ia meletakkan pembaharuan dengan keyakinan bahwa Allah adalah segala-galanya dan manusia bukan apa-apa dihadapan –Nya. Agar hatinya terus menerus ada pada hadirat-Nya maka sikap hening “clausura” dipandang penting. Pembaharuan ini ditolak oleh para anggotanya, sehingga akhirnya ia memutuskan untuk mengundurkan diri dan menjadi suster biasa. Jiwa pembaharuan lebih diarahkan pada diri sendiri sampai mendapat waktu yang cukup matang. Keheningan dia ciptakan di sekeliling dirinya sehingga membuat suara Tuhan meresapkan lebih dalam. Ia juga tercekam oleh keinginan untuk melihat clausura, dan itu sangat mempengaruhi seluruh hidupnya, kemudian ia menjadi tidak tenang sebelum mewujudkannya Eddy Kristianto, 2009: 43. Untuk mewujudkan pembaharuan itu ia mengalami ketakutan, suatu ketakutan yang sungguh beralasan mengingat kesadaran atas kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi di satu pihak, tetapi di lain pihak dorongan hati terus menekan dirinya untuk sesegera mungkin mewujudkan pembaharuan. Yohana Van Yesus kemudian memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginan dan dorongan hatinya kepada seorang Fransiskan Rekolek, yaitu Petrus Marchant. Berkat kerja Roh yang sama, 21 akhirnya Johanna Neerickx mendapat dukungan dan jalan keluar yang terbaik dari ketakutan tersebut. Pada tanggal 21 September 1623, Sr. Johanna dan beberapa suster yang mendukung pembaharuan meninggalkan biara Gent menuju Limburg untuk memulai suatu cara hidup baru yang diperjuangkan. Kota Limburg terletak di Belgia Timur, wilayah pegunungan dan pariwisata Ardenes, tidak terlalu jauh dari metropolitan Liege. Sr. Johanna Neerikx, Sr. Francoise Verhelst, Sr. Catharina Baeke, Sr. Maria Makam, Sr. Johanna Wagenere. Mereka membaharui profesi berdasarkan Konstitusi Peniten Rekolek 1623, di tangan pater Petrus Marchant serta mengubah namanya menjadi Sr. Johanna Van Jesus, Sr. Francoise Van Maria, Sr. Catharina van Antonius, Sr. Maria Van Bonaventura dan Sr. Johanna Van Bernadus. Di tempat yang baru suasana alam baru dan aturan baru jiwa mereka berkembang dengan sangat cepat. Pembaharuan itu lebih menitik beratkan segi kontemplatif, dengan dua ide besar yang menjiwai hidupnya yaitu: penitensi pertobatan, ulah tapa, matiraga, dan rekolek samadi, permenungan, kontemplasi yang diwujudkan dengan menghayati kemiskinan sejati, hidup dalam klausura. Johanna wafat di Limburg 26 Agustus 1648 Eddy Kristianto, 2009: 46-47.

c. Kekhasan Yohana Van Yesus

Kekhasan Yohana Van Yesus adalah memiliki jiwa pembaharu dan semangat hamba Yesus. Warisan dari Ibu Yohana Van Yesus melukiskan jiwa dan semangat sejati sebagai seorang Peniten Rekolek. Dengan mengenal warisan dan terutama perjalanan spiritualitasnya maka akan sangat membantu kita untuk semakin mampu menghayati hidup sebagai seorang peniten yang sejati. 1. Allah adalah segala-galanya 22 Muder Yohana memiliki hasrat besar untuk dapat bermatiraga, cinta kasih serta Ekaristi. Kepekaan akan kebenaran, ketulenan dan kejujuran ia memandang segala sesuatu dengan secara benar dan jujur buahnya dapat terlihat yaitu keyakinan hidup bahwa ia bukan apa-apa dan bahwa Allah adalah segala-galanya. Kesadaran hidupnya bahwa ia bukan apa-apa dihadirat Allah menunjukkan bahwa ia memiliki kerendahan hati yang mendalam. Keyakinan bahwa manusia bukan apa-apa di hadapan Allah begitu juga diyakini oleh St. Fransiskus Assisi dalam syair-syair yang terkenal: Nyayian saudara matahari, mulai dengan menyapa Allah Yang Mahaluhur, Mahakuasa dan berakir dengan ajakan kepada segala mahkluk ciptaannNya untuk merendahkan diri serendah-rendahnya. Barangsiapa hendak menjalankan hidup pasif atau hidup mistik, harus pertama- tama menyiapkan diri dalam hidup aktif atau hidup berkarya dengan melepaskan diri dari segala sesuatu yang padanya ia melekat, betapa pun kecilnya. Allah menghendaki hati dan maksud kita murni dan tak bernoda. Tak satu ciptaan pun boleh tinggal di dalamnya, karena Tuhan sendiri saja ingin mendiaminya untuk melaksanakan kehendak-Nya dan untuk menyempurnakan kekasihnya menurut perkenaan-Nya. Nico Syukur Dister, 2011: 59. Berikut ini adalah ajaran Muder Yohana mengenai kesempurnaan. Menurut Muder Yohana kesempurnaan terletak dalam pengalaman mistik bahwa Allah adalah segala- galnya, berkat persatuan kasih yang total dengan Allah. Hal ini dapat terjadi dengan latihan matiraga, pemurnian, pasrah dan pelepasan sehingga kehendakNya yang mendorong setiap hal yang kita perbuat. Jangan ada seseorang yang memegahkan diri dihadapan Allah 1Kor 1:28-29. Hal ini mau mengatakan bahwa Tuhan tidak ingin manusia merasa minder atau rendah diri atau bahkan sebaliknya merasa super atau sombong. Yesus mengajak kta untuk belajar dari padaNya khususnya mengenai kerendahan hati supaya jwa kita akan mendapat ketenanganMat 11;29.