Petrus Marchant Perancang Konstitusi Limburg

23 Dalam praktik hidup rohani kita dapat menghayati bahwa Allah adalah segala- galanya maka perlulah kita melakukan pengosongan diri secara total yaitu dengan: penyangkalanan terhadap hal pemuasaan inderawi dan rohani dengan melepaskan kesenangan jasmani dan rohani seperti makanan yang lezat, nikmat dalam doaKonsolidasi, pujian orang-orang ekstase dan penglihatan. Usaha agar semua perbuatan dilakukan dengan maksud yang menyerupai kehendak Allah, memiliki sikap pasrah akan segala penderitaan, serta proaktif dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Dengan melakukan hal di atas maka semangat kebenaran itu akan tumbuh dan berkembang dalam kehidupan kita Nico Syukur Dister 2011:64. 2. Aku sendiri bukan apa-apa Pelepas-bebasan atau pemurnian yang aktif dilangsungkan oleh jiwa sendiri dengan bantuan rakmat Allah. Tujuan dari pelepas adalah memurnikan daya-daya yang indrawi dan rohani dari segala ketidak teraturan dan kelekatan sehingga oleh karenanya seluruh hidup dipimpin oleh kehendak Allah Nico Syukur Dister 2011: 66 Menyadari bahwa manusia bukan apa-apa ini akan mengajak kita untuk menyadari bahwa peran Allah dalam hidup kita memberi sesuatu yang mampu menggerakkan dan menghidupi kita. Pelepas-bebasan disebut juga kemiskinan rohani merupakan pekerjaan Allah yang harus ditanggung atau diderita oleh jiwa dengan sabar dan tenang. 3. Jalan Cinta kasih “Jangan bertindak karena takut atau demi kepentingan dirimu sendiri, betapa pun rohani dan luhurnya, tetapi lakukanlah segala sesuatu demi cinta kasih murni Allah, untuk berkenan kepada-Nya dan untuk memenuhi kehendakNya dalam segala sesuatu”. Nico Syukur Dister 2011: 72 24 Ajaran cinta kasih inilah yang mendasari penghayatan Yohana bahwa Allah adalah segala-galanya dan Si aku bukan apa-apa. Kasih kepada Allah sebagai intensi semua perbuatan kita. Hal ini memiliki arti bahwa setiap hal yang kita lakukan adalah hanya untuk kemuliaan Allah. Bukan untuk kepentingan diri pribadi. Tetapi demi kemuliaan Allah. 4. Jalan Salib Yohana hanya mengajarkan jalan yang dikemukakan Tuhan kita Yesus Kristus dalam injil karangan St. Matius, bab 16: “Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya memikul salibnya dan mengikuti Aku.” Dalam hal ini diajarkan empat tingkat: keingingan untuk mendatangi Tuhan kita dengan meninggalkan semuanya, menyangkal dirinya dan meninggalkan semuanya yang dapat merayu atau menarik perhatian kita, memikul salib yaitu dengan menderita dan mati dalam Yesus Kristus dan mengikuti Yesus Kristus dengan menjadikan Dia pemimpin, serta teladan dalam perkataan dan perbuatan. ......Menyadari keangkuhan sebagai musuh yang paling licik dan berbahaya, ia berdoa dengan memohon agar Tuhan sudi mengambil darinya pengetahuan yang luhur dan ekstase yang mempesonakan itu, lagi pula spaya Allah hanya menyatakan dua hal yaitu: kebinaannya sendiri, kebukan apa-apaannya dan kelemahannya, dan kebaikan yang tiada habisnya dari Yesus Kristus yang tersalib. Nico Syukur Dister, 2011: 80 Sangat jelas dalam kutipan diatas bahwa Devosi kepada Yesus yang tersalib menjadi ciri khas dari kongregasi ini. Salib menjadi satu dalam kehidupan harian, Rosario sengsara Tuhan didaraskan setiap hari dan alat-alat sengsara Kristus tersalib sebagai lambang dan tanda pengenal kongregasi Nico Syukur Dister 2011: 80.