Persoalan Dalam Doa Yang Dihadapi Oleh Para Suster Fransiskan
60
1. Perayaan Ekaristi
Perayaan Ekaristi adalah pusat hidup religius. Dalam konstitusi dituliskan bahwa: Perayaan Ekaristi merupakan ungkapan terdalam pertemuan hati dengan hati
Kristus karena Perayaan Ekaristi menjadi pusat hidup religius. Konst, Pasal 35 Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa melalui ekaristi seorang fransiskan
bersatu dengan Kristus yang senantiasa mempersembahkan diri-Nya dalam perjamuan yang suci. Ekaristi menjadi sumber dan pusat hidup religius yang sejati.
Dalam konstitusi pasal 36:” sedapat mungkin para suster ambil bagian dalam Perayaan Ekaristi setiap hari atau Ibadat sabda dan ibadat harian”. Diharapkan bahwa
para susuter selalu dapat mengikuti Perayaan Ekaristi yang merupakan sumber kehidupan religius. Berjiwa ekaristis sehingga juga berdampak bagi sesama yang
dijumpai. Bersikap baik dan penuh kasih kepada sesama. Hidup dijiwai oleh Kristus, mampu berbagi, sabar dan mau bersaudara dengan siapa saja.
2. Ofisi Harian
Ibadat harian atau ofisi sebagai doa resmi Gereja merupakan perhatian penting bagi tarekat Fransiskan. Menyadari pentingnya doa harian tersebut maka dengan
penuh kedisiplinan Fransiskus mendoakan dengan kesungguhan hati, menghadirkan seluruh keberadaan dirinya. Dengan jelas dalam konstitusi dituliskan bahwa:
Perayaan Ekaristi dihubungkan dengan doa bersama dan doa pribadi. Setiap hari hendaknya para suster merayakan Ibadat harian bersama-sama yaitu ibadat pagi,
sore dan malam, sesuai liturgi Gereja. Konst Pasal 37 Berdasarkan pernyataan ini, maka jelas dikatakan bahwa setiap pribadi
hendaknya merayakan Ibadat harian bersama-sama maksudnya bersama komunitas setiap pagi,sore dan malam. Kebersamaan dalam doa ini yang ingin dihidupi oleh
61
tarekat Fransiskan. Dengan mendaraskan mazmur-mazmur dalam ofisi, ia mengikut sertakan Gereja dunia. Bukan berdoa atas nama pribadi tetapi atas nama gereja.
Doa ofisi merupakan doa resmi gereja sehingga hubungan kita dengan gereja semakin dipersatukan erat dengan Yesus, tidak hanya sebagai tubuh Kristus bahkan
menjadi mempelainya. Bersama seluruh gereja dan alam semesta kita memuji dan memuliakan Allah sehingga kita semakin kuat. Seorang peniten sejati maka akan
selalu menyediakan waktu untuk dapat berdoa bagi orang lain. Dengan berdoa berarti orang juga diajak untuk peduli dan memahami teman-temannya. Doa Ofisi ini
membantu untuk mereka yang sangat membutuhkan doa-doa dari kita, selalu siap sedia, berkorban, dan mau mendokan orang lain, memiliki jiwa yang kedamaian.
3. Doa Rosario
Keutaman yang ditinggalkan Bapa Fransiskus sebagai teladan yang menarik kepada anak-anaknya yaitu kebaktian kepada Santa Bunda Allah. Sejak awal Santa
Bunda Perawan diakui dan dihormati pelindung ordo serafik. Devosi kepada bunda maria sebagai perawan suci merupakan suatu kebiasaan
tarekat SFS. Melalui Rosario setiap anggota mempunyai kesempatan untuk merenungkan sejarah keselamatan yang terlaksana lewat pribadi Bunda Maria. St.
Fransiskus memiliki kecintaan kepada Bunda Maria. Fransiskanes sangat menghormati Maria sebagai bunda Yesus. Bahkan setiap anggota tarekat SFS
memakai nama Maria Konstitusi, 1898, hal:59. Seorang peniten menpunyai ciri sebagai yang berdefosinya kepada Bunda
Maria, sehingga hidup Bunda Maria menjadi teladan hidup kita. Sikap Maria menjadi inspirasi bagi kita untuk selalu siap sedia, setia, dan percaya kepada penyelenggaraan
Ilahi.
62
4. Jalan Salib
Doa jalan salib untuk menghormati Sengsara Kristus. Untuk kembali mengenang sengsara Tuhan kongregasi SFS setiap jumat sore melakukan jalan salib
bersama. Dalam pelaksanaan jalan salib dilaksanakan dengan rendah hati, gembira, silensium dimulai hari kamis jam 21.00 s.d. jumat jam 16.00. sikap ini mau
menunjukkan bahwa para suster SFS menghidupi semangat peniten rekolek. Hidup dalam kesederhanaan dan dengan mati raga. ArdasPend SFS pasal:3, hal. 5-6.
Jalan Salib sebagai symbol bahwa untuk menjadi pengikutnya maka perlu banyak perjuangan yang akhirnya membawa sukacita. Belajar untuk bermatiraga,
ugahari, tekun setia dalam tugas. 5.
Defosi Kepada Sakramen Mahakudus Setiap hari semua suster akan mengunjungi Sakramen Mahakudus, sambil
berlutut di depan Yesus dalam keheningan mereka akan mengatakan kepadaNya apa yang diilhamkan kasihnya kepadanya. Kunjungan Sakramen Mahakudus tidak lebih
dari 10 menit. Kunjungan sakramen Mahakudus adalah tempat untuk menimba ketenangan, penghiburan dan kekuatan. Maka kitapun akan dikuatkan kalau kita
menghadap Yesus dengan iman yang hidup dalam sakramen cinta kasih-Nya Konstitusi, 1898 hal: 66. Dalam keheningan menimba sumber kehidupan. Setiap hari
menyediakan waktu khusus untuk mengadakan Defosi kepada Sakramen Mahakudus. 6.
Silensium Silensium adalah tanda keheningan biara yang merupakan tanda pengenal dari
suatu komunitas yang baik dan teratur. Dalam keheningan di sana Allah hadir dan berkarya, disana berdiam semangat yang baik, disana sembayanag dan latihan-latihan
rohani dihormati.
63
Mengusahakan silensium sebagai usaha untuk memusatkan hati dan budi kepada kehendak Allah. Silensium ini dilakukan pada hari jumat di mulai dari kamis
malam setelah makan malam dan diakhiri pada sore hari setelah ibadat sore bersama, hal ini untuk melatih para suster dalam mengendalikan diri serta menata kembali
hidupnya Konstitusi, 1898 hal:49. 7.
Meditasi Meditasi adalah merenungkan dengan serius salah satu kebenaran agama kita,
supaya kehendak digerakkan untuk sesuai dengan kebenaran itu demi membangkitkan pernyataan iman, sesal dan terimakasih dan untuk membuat niat-niat yang baik.
Latihan ini adalah latihan yang penting untuk hidup rohani. Dalam keheningan meditasi jiwa belajar mengenal Allah, dan kesempurnaan-kesempurnaan yang tak
terbatas Kontitusi, 1898 hal:52. 8.
Pemeriksaan Batin Pemeriksaan batin perlu dilakukan untuk dapat maju dalam keutamaan, tanpa
pemeriksaan batin seorang tidak akan sampai untuk mengenal dirinya sendiri yaitu kecenderungan yang jahat dan semua dosa untuk dapat menyembuhkan penyakit-
penyakit jiwa dan merawat luka Konstitusi, 1898 hal:54. 9.
Bacaan Rohani Bantuan dalam hidup rohani, khususnya untuk belajar bermeditasi dengan baik
dan memperoleh pengetahuan tentang dirinya sendiri. Bertekun dalam membaca dan mendengarkan bacaan rohani yang sesuai dengan ketentuan pemimpin. Para suster
harus banyak membaca dan merenungkannya supaya mereka dapat mengarahkan seluruh cita-cita dan perbuatannya Konstitusi 1898, hal:57.