Informan Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Informan Penelitian

1. Demografi Informan No

Keterangan Informan 1 Informan 2 Informan 3 1. Inisial Dd Nn Fa 2. Usia 18 tahun 19 tahun 19 tahun 3. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Perempuan 4. Urutan Kelahiran Anak ke-3 dari tiga bersaudara Anak pertama dari dua bersaudara Anak pertama dari empat bersaudara 5. Pendidikan Terakhir SMP SMA SMA 6. Pekerjaan Siswa Kasir Mahasiswa 7. Suku Tionghua-Jawa Tionghua Melayu 8. Agama Islam Kristen Islam 9. Usia Orangtua Ayah : 48 th Ayah : 49 th Ayah : 46 th Ibu : 44 th Ibu : 43 th Ibu : 43 th 10. Tingkat Pendidikan Ayah: SMA Ayah : SD Ayah : SMA Ibu: SPG Ibu : SD Ibu : Pascasarjana 11. Pekerjaan Ayah: Wiraswasta Ayah: Wiraswasta Ayah : Wiraswasta Ibu : Ibu rumah tangga Ibu : Ibu rumah tangga Ibu : Pegawai Negeri

2. Latar Belakang Informan

Berikut ini adalah tabel yang berisi latar belakang informan mengenai riwayat penyakit thalassaemia beserta cerita singkat mengenai kondisi informan dalam menjalani pengobatan a Informan 1 Dd Dd 18 mulai mendapat diagnosis sebagai penderita thalassaemia sejak usia sembilan bulan. Sejak saat itu, ia mulai menjalani pengobatan sebagai pasien thalassaemia mayor hingga kini. Adapun pengobatan yang dijalani olehnya yaitu tranfusi darah setiap tiga minggu hingga satu bulan sekali, penyuntikan desferal, dan konsumsi obat ferriprox, asam folat, Vitamin C, dan Vitamin E. Dalam sebulan, ia membutuhkan tiga hingga empat kantong darah. Pada mulanya, Dd 18 menilai dirinya cukup rajin dalam menjalani rutinitas pengobatan. Hanya saja, sejak dua tahun yang lalu, ia mulai merasakan keengganan dalam menjalani pengobatan tersebut. Penyuntikan desferal yang seharusnya rutin dilakukan setiap 5 kali seminggu juga jarang dilakukan. Dalam sebulan terakhir, Dd 18 hanya melakukan penyuntikan desferal sebanyak empat kali. Begitu pula dengan konsumsi obat yang juga seringkali tidak dilakukan. Menurut orangtua informan, hal ini dikarenakan sewaktu masih kanak-kanak 6-11 tahun, Dd 18 masih penurut. Selain itu aktivitas terapi yang dilakukan Dd 18 juga masih dipandu oleh orangtua. Sejauh ini, kondisi terburuk yang dialami subjek berupa panas tinggi, badan terasa lemah dan lesu. Keluhan khusus yang dirasakan bila Dd 18 tidak menjalani pengobatan yaitu meningginya kadar ferritin dalam tubuh. Sedangkan menurut orangtua, keluhan yang sering dialami selama membimbing anak dalam menjalani pengobatan yaitu adanya ketidakmauan untuk melakukan penyuntikan tranfusi, adanya penundaan jadwal tranfusi bila Dd 18 sakit, serta emosi anak yang sulit dikontrol. Pengontrolan terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua terkait pengobatan yang harus dijalani berupa perhatian yang lebih terkait kondisi fisik, jenis aktivitas yang dilakukan oleh anak serta keteraturan dalam mengonsumsi obat dan konsultasi dokter. b Informan 2 Nn Nn 20 mulai mendapat diagnosis sebagai penderita thalassaemia sejak usia kurang dari setahun. Sejak saat itu, ia mulai menjalani pengobatan sebagai pasien thalassaemia mayor hingga kini. Adapun pengobatan yang dijalani oleh Nn 20 yaitu tranfusi darah setiap tiga minggu hingga sebulan sekali, penyuntikan desferal, dan konsumsi obat ferriprox, asam folat, Vitamin C, dan Vitamin E. Dalam sebulan, ia membutuhkan empat hingga lima kantong darah. Pada mulanya, Nn 20 menilai dirinya cukup sering dalam menjalani rutinitas pengobatan. Hanya saja, sejak lima tahun yang lalu, ia mulai merasakan keengganan dalam menjalani pengobatan tersebut. Penyuntikan desferal yang seharusnya rutin dilakukan setiap 5 kali seminggu juga jarang dilakukan. Begitu pula dengan konsumsi obat yang juga seringkali tidak dilakukan karena malas dan lupa. Menurut orangtua, hal ini dikarenakan sewaktu masih kanak-kanak 6-11 tahun, Nn 20 masih penurut. Selain itu aktivitas pengobatan yang dilakukan Nn 20 juga masih dipandu oleh orangtua. Sejauh ini, kondisi terburuk yang dialami subjek berupa panas tinggi. Keluhan khusus yang dirasakan bila Nn 20 tidak menjalani pengobatan yaitu meningginya kadar ferritin dalam tubuh. Sedangkan menurut orangtua, keluhan yang sering dialami selama membimbing anak dalam menjalani pengobatan yaitu adanya ketidakmauan untuk melakukan penyuntikan tranfusi, adanya penundaan jadwal tranfusi dan terapi kelasi, serta emosi anak yang sulit dikontrol. Pengontrolan terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua terkait pengobatan yang harus dijalani berupa perhatian yang lebih terkait kondisi fisik, pembatasan jenis aktivitas yang dilakukan oleh anak serta keteraturan dalam mengonsumsi obat dan konsultasi dokter. c Informan 3 Fa Fa 19 mulai mendapat diagnosis sebagai penderita thalassaemia sejak usia dibawah setahun. Sejak saat itu, Fa 19 mulai menjalani pengobatan sebagai pasien thalassaemia mayor hingga kini. Adapun pengobatan yang dijalani oleh Fa 19 yaitu tranfusi darah setiap dua minggu hingga sebulan sekali, penyuntikan desferal, dan konsumsi obat exjade, asam folat, Vitamin C, dan Vitamin E. Dalam sebulan, ia membutuhkan empat hingga lima kantong darah. Pada awalnya, menurut penilaian diri sendiri dan juga orangtuanya, Fa 19 melihat dirinya sering dalam menjalani rutinitas pengobatan. Hanya saja, sejak empat tahun yang lalu, ia mulai merasakan keengganan dalam menjalani pengobatan tersebut. Penyuntikan desferal yang seharusnya rutin dilakukan setiap 5 kali seminggu juga jarang dilakukan. Dalam sebulan terakhir, Fa 19 sama sekali tidak melakukan penyuntikan desferal. Begitu pula dengan konsumsi obat yang meskipun cukup rutin dilakukan, Fa 19 masih seringkali perlu diingatkan terus menerus oleh orangtua. Menurut orangtua, hal ini dikarenakan padatnya aktivitas dan kebosanan yang dialami Fa 19 dalam proses pengobatan. Sejauh ini, kondisi terburuk yang dialami reponden berupa demam tinggi yang mempercepat penurunan haemoglobin HB dan juga kadar ferritin yang tinggi dan tentunya memperburuk kondisi tubuh. Menurut orangtua, keluhan yang sering dialami selama membimbing anak dalam menjalani pengobatan yaitu adanya keengganan dari anak untuk menjalani pengobatan atas dasar perasaan bosan serta kesibukan anak yang seringkali terbentur dengan jadwal pengobatan. Pengontrolan terhadap anak yang dilakukan oleh orangtua terkait pengobatan yang harus dijalani berupa konsultasi dokter dan juga pengecekan laboratorium secara rutin mengenai kondisi tubuh anak.

C. Hasil Penelitian