D. Fokus Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pengalaman yang dialami oleh remaja dengan thalassaemia mayor selama menjalani proses terapi, seperti pikiran dan perasaan
informan selama proses terapi, pandangan akan hal-hal yang mampu mendorong informan berobat, alasan utama yang memunculkan keengganan dalam menjalani
proses terapi serta makna terapi dan pemaknaan pengalaman hidup itu sendiri dari sudut pandang informan.
E. Informan Penelitian
Informan dalam penelitian ini merupakan remaja dengan thalassaemia mayor.
Peneliti memilih menggunakan batasan usia remaja telah disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, yaitu individu yang berusia 11-24 tahun.
F. Saturasi Data
Saturasi dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk melihat sejauh mana data yang diperoleh telah mencapai titik jenuh. Dengan kata lain, bila peneliti
berusaha mendapatkan data baru, hasil yang akan didapatkan cenderung menunjukkan pengulangan atas data yang telah diperoleh sebelumnya Grady,
1998 dalam Fusch Ness, 2015. Jumlah informan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang. Hal ini didasarkan pada keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh
peneliti. Namun demikian, saturasi tidak selalu mengandalkan jumlah informan sebagai acuan dasar Morse, Lowery, Steury, 2014 dalam Fusch Ness, 2015.
Saturasi dalam penelitian kualititatif dapat dilihat dari segi kepadatan thick dan kekayaan rich data. Kepadatan data mengacu pada banyaknya informasi yang
diperoleh dari segi kuantitas berdasarkan pada jumlah informan dan kuantitas wawancara. Sedangkan kekayaan data mengacu pada kualitas data, yakni data
yang berlapis, rumit, detail, dan bernuansa. Berdasarkan kategori tersebut, saturasi dalam penelitian ini menyandarkan diri pada kekayaan data yang ada pada tiap-
tiap informan Dibley, 2011 dalam Fusch Ness, 2015.
G. Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan oleh peneliti untuk menggali informasi adalah metode wawancara. Penelitian ini dilakukan dengan menggali pengalaman serta
perasaan remaja dengan thalassaemia mayor dalam menjalani terapi. Informasi mengenai hal tersebut hanya dapat tergali melalui pernyataan yang diberikan oleh
informan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti memilih wawancara sebagai metode dalam pengumpulan data. Menurut Patton 2002 melalui wawancara peneliti
dapat menggali pernyataan langsung dari individu mengenai pengalaman, pendapat, perasaan, serta pengetahuan yang mereka miliki. Hal senada
diungkapkan Poerwandari 1998, bahwa wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna-makna
informantif yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal yang tidak dapat
dilakukan melalui pendekatan lain. Wawancara terbuka juga memungkinkan munculnya data yang barangkali tidak dibayangkan sebelumnya, serta
memungkinkan responden memberikan jawaban bebas yang bermakna baginya Poerwandari, 1998.
Jenis wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pedoman yang bersifat semi terstruktur. Menurut Smith
2015, teknik wawancara semi terstruktur memungkinkan peneliti untuk mengubah urutan pertanyaan sesuai dengan respon responden. Selain itu, peneliti
juga dapat memberikan probing sesuai dengan hal penting yang muncul atau ketertarikan responden. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan peneliti akan
berupa pertanyaan terbuka, bersifat mengembangkan menjabarkan dan tidak mengarahkan. Patton 2002 mengatakan bahwa pedoman wawancara
memudahkan pewawancara untuk melakukan eksplorasi, probing, dan menanyakan pertanyaan yang akan menjelaskan suatu topik yang ingin diteliti.
H. Prosedur Pengumpulan Data