tetapi Dd 18 pada akhirnya kembali merasa malas setelah beberapa lama. Meski belum mendapatkan dukungan yang dinilainya efektif, Dd 18
melihat suasana hati turut menjadi salah satu penentu proses pengobatan. Dd 18 memaparkan bila ia merasa bahagia, ia akan minum obat. Selain
hadiah berupa barang yang ia sukai, perhatian dan kehadiran dari keluarga, sahabat maupun pacar menurutnya juga dapat mengatasi kebosanan dan
perasaan monoton dari setiap proses pengobatan yang harus ia jalani.
h. Batasan dan ketidaknyamanan diperlakukan seolah anak kecil
Tak ada seorangpun yang akan merasa nyaman bila diberi sebuah batasan. Perasaan yang sama pula dirasakan oleh Dd 18 sebagai seorang
remaja penderita thalassaemia, yang karena kondisi sakitnya, seringkali merasa dibatasi oleh keluarganya. Batasan hadir sebagai suatu peran yang
diberikan oleh keluarga dalam “menjaga” orang yang dikasihinya. Di mata Dd 18, batasan terkadang membuatnya merasa terbebani dan terganggu,
terutama perlakuan
dari kedua
orangtuanya yang
dianggap memperlakukannya seperti anak kecil. Hal ini tak lain tak bukan karena
adanya batasan tertentu yang orangtuanya berikan terkait hidupnya. Di usianya yang menginjak usia remaja, Dd 18 masih merasakan adanya
ketidakbebasan untuk bermain dengan teman sebayanya. Selain larangan untuk tidak boleh bergabung dengan tim sepak bola sekolah dan kegiatan
lain yang memungkinkan Dd 18 menjadi kelelahan seperti olahraga, ia juga merasa batasan yang diberikan terkadang menjadi halangan atas
pencapaian yang sesungguhnya ia inginkan dalam hidupnya. Ia
menggarisbawahi ketidakmungkinannya untuk pergi ke Jogja untuk mengambil jurusan musik
—sesuatu yang penting baginya. Hal ini dikarenakan orangtuanya yang tidak mengizinkan karena keterbatasan
fisik yang ia miliki. Menurut Dd 18, keluarganya khawatir bila ia jauh dari keluarga, maka ia tidak akan merawat dirinya sendiri. Padahal
menurutnya, ia bisa mengatasi hal tersebut secara mandiri. Dd 18 menyatakan kepercayaan dirinya bahwa ia bisa menjaga kesehatan
badannya sendiri paling tidak sebesar 80. Sebagai respon atas batasan yang diberikan, Dd 18 memberikan
sikap-sikap tertentu. Dd 18 cenderung menjadi seorang yang pembangkang dan tidak mau mendengarkan apa yang disampaikan oleh
orangtuanya terkait proses pengobatan. Hal ini lebih dikarenakan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Dd 18 atas perlakuan layaknya
anak usia 10 tahun. Sesungguhnya, Dd 18 menyadari bahwa batasan yang diberikan dari orangtua terkadang membantunya untuk menjaga
kondisi fisik. Ia juga bersyukur atas perhatian dari keluarga yang begitu menyayanginya. Hanya saja, Dd 18 merasa terganggu bila terus
diperlakukan seperti itu. Batasan dari kedua orangtua membuat dirinya tidak bisa bebas bermain dengan teman-teman di usianya yang sudah
remaja.
i. Pengabaian atas terapi dan rasa bersalah pada ibu