e. Sikap membohongi diri sebagai alasan enggan terapi
Penilaian atas semangat diri untuk menjalani proses terapi diletakkan pada level lima dari sepuluh sebagai level maksimal. Menurut Dd 18,
penilaian ini menggambarkan bahwa dirinya tidak memiliki kesadaran untuk harus tetap minum obat dan menjalani penyuntikan desferal.
Sebagai alasan utama Dd 18 mengungkapkan usaha membohongi diri sendiri adalah hal yang mendasari keengganan yang ia rasakan. Hal
sederhana seperti selalu membawa obat ketika berpergian menurutnya adalah hal yang mudah dilakukan, namun usaha membohongi diri selalu
membuatnya tidak melakukan hal tersebut. Menurut Dd 18, pembohongan diri adalah faktor utama dari
pengabaiannya menjalani pengobatan. Berkenaan dengan pembohongan diri yang ia lakukan, hal ini mengarah pada keinginan dirinya untuk
merasakan apa yang orang lain rasakan. Ia mengungkapkan bahwa ia ingin beraktivitas sebagaimana orang lain tetapi merasa tak bisa melakukannya
karena harus tetap berobat. Dengan membohongi diri sendiri, ia ingin menganggap dirinya sehat dan tidak memiliki sakit, sama seperti orang
pada umumnya sehingga ia tidak perlu menjalani proses pengobatan seperti minum obat, tranfusi, desferal dan sebagainya. Pembohongan diri
ini terutama dikarenakan perasaan bahwa ia tidak mengalami perubahan apapun atas pengobatan yang ia jalani selama ini. Perasaan tidak
mengalami perubahan apapun atas kondisi diri inilah yang menurut Dd 18 membuatnya akhirnya ingin membohongi dirinya sendiri. Ia sendiri
menggarisbawahi bukan pandangan orang lain yang menjadi alasan
pembohongan dirinya melainkan dirinya sendiri yang ingin merasa sebagaimana yang orang sehat rasakan. Ia merasa dengan membohongi
dirinya sendiri, yakni pandangan bahwa dengan tidak berobat ia seperti orang yang tidak sakit, membuatnya seperti orang sehat. Ia
menggarisbawahi pula hal ini muncul karena ia sendiri berpikiran bahwa dirinya sendiri tak bisa melakukan apapun untuk mengubah kondisi
sakitnya yang tak akan bisa sembuh.
f. Ketidakberdayaan atas situasi