Kekecewaan terhadap ayah hingga merasa tidak berarti Thalassaemia serta keoptimisan tetap hidup

berhenti kuliah. Hal yang membuatnya bertahan hingga saat ini yakni janji Fa 19 dengan sang ibu bahwa apapun yang terjadi, ia tidak boleh berhenti kuliah di tengah jalan. Sesakit apapun dirinya, Fa 19 hingga saat ini belum pernah menyampaikan keluh kesah dan kesulitan yang ia lalui di proses perkuliahannya kepada sang ibu. Ia khawatir bahwa hal ini akan membuat ibunya sedih dan ia tidak ingin melihat hal itu terjadi. Ikatan emosional yang sangat dekat dengan sang ibu inilah yang akan membuat Fa 19 merasa sangat sedih bila ia mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari sang ibu. Menurutnya, bila sang ibu, orang yang selalu menguatkannya, mampu melakukan hal itu, orang lain akan lebih memungkinkan untuk melakukan hal yang sama.

m. Kekecewaan terhadap ayah hingga merasa tidak berarti

Sosok ayah di sisi lain menjadi sosok yang tidak disukai Fa 19. Ia memandang ayahnya sendiri bermuka dua. Di hadapan orang lain, ayahnya tampak menyayangi dirinya. Namun, bila tidak ada orang lain bersama keluarga, hal sebaliknya terjadi, yaitu tidak peduli dan sering menyakiti perasaannya. Fa 19 merasa tidak diperhatikan dan tidak didukung oleh sang ayah. Pertengkaran dengan sang ayah juga seringkali terjadi. Bagi Fa 19, sikap ayahnya membuat Fa 19 merasa dirinya tidak berarti dan selalu menyusahkan orang lain. Menurutnya, sang ayah lebih memperhatikan sang adik daripada dirinya. Meski sering merasa kecewa dengan sikap sang ayah, Fa 19 menginginkan sang ayah bisa memberikan perhatian yang serupa seperti perhatian yang diberikan kepada sang adik.

n. Thalassaemia serta keoptimisan tetap hidup

Fa 19 memaknai thalassaemia dalam hidupnya sebagai rencana dari Tuhan yang akan menuntunnya ke sebuah rencana lain yang lebih indah. Fa 19 percaya bahwa rencana Tuhan baik dan indah sehingga ia memandang bahwa keinginannya untuk menjadi orang sehat pada umumnya pun tak perlu dihiraukan lagi dan mencoba terus menjalani hidupnya saat ini. Fa 19 juga memandang dirinya sebenarnya memiliki semangat tinggi atas apapun yang bisa dilakukan tetapi juga lemah karena sakit yang ia derita. Berkenaan dengan kondisi sakit yang dialami, Fa 19 sendiri merasa pasrah atas kondisi yang ia miliki karena tak lagi bisa melakukan apapun untuk mengubahnya. Ia menerima bahwa hal tersebut mungkin sebagai rencana yang indah dari Tuhan untuknya. Isu tentang kematian memang selalu membayangi individu dengan penyakit kronis. Pengalaman Fa 19 juga tak lepas dari hal tersebut. Fa 19 menyatakan pernah menemui teman atau sahabat dekatnya yang juga mengidap penyakit yang sama telah pergi meninggalkannya. Berdasar pengalamannya ia menemukan justru temannya yang berusia lebih muda yang meninggal terlebih dahulu. Menurut Fa 19 temannya ini memiliki kondisi yang berbeda dengannya, terutama berkenaan dengan usia yang telah menginjak remaja saat sang teman tahu bahwa dirinya mengidap thalassaemia. Hal ini membuat Fa 19 beranggapan bahwa mungkin saja ia meninggal karena ada gangguan lain atau bukan karena thalassaemia atau memang merupakan takdirnya. Ada kalanya saat Fa 19 mengetahui ada orang dekatnya meninggal, muncul pandangan dalam dirinya yang melihat bahwa orang yang tidak terkena thalassaemia juga bisa meninggal, apalagi orang dengan thalassaemia. Namun demikian, ia tetap berpandangan optimis atas hidupnya karena menemukan fakta ada orang lain yang juga bisa tetap bertahan seperti peneliti Pipit Senja —yang mencapai usia lanjut —ataupun artis Ussy Sulistyowati—yang telah memiliki anak. Infoman sendiri menyadari bahwa ia memiliki kekhawatiran atas dirinya sendiri sehingga kekhawatiran tersebut mendorongnya untuk menjaga kondisi diri. Hal ini terutama karena ia memandang dirinya masih seringkali bandel dalam menjalani pengobatan meski selalu diingatkan oleh sang ibu agar tidak muncul efek yang buruk terhadap kondisi dirinya. Ia sendiri belum bisa membayangkan bila dirinya sendiri yang pergi menghadap Tuhan. Fa 19 menekankan bahwa ia begitu menyayangi ibunya dan hal tersebut juga adalah yang paling dikhawatirkan oleh ibunya. Ibu dan nenek ialah dua orang yang paling tidak bisa melihat ia pergi meninggalkan keduanya. Fa 19 mengatakan bahwa ibunya tidak ingin melihat anaknya pergi mendahului dirinya. Sedangkan nenek Fa 19 memiliki harapan ingin melihat dirinya sembuh terlebih dahulu sebelum dirinya sendiri meninggal. Fa 19 sendiri merasa sedih akan hal itu dan memiliki ketakutan atas hal tersebut.

o. Dilema: kuliah vs terapi dan perasaan tidak dipahami ahli medis