sekaligus menangkap gambaran proses mereka dalam menghadapi kondisi tersebut. Hal ini berkenaan pula dengan upaya peneliti dalam memahami alasan
utama yang mempengaruhi munculnya keengganan yang dirasakan oleh remaja thalassaemia mayor
dalam menjalani proses pengobatan. Berikutnya, melalui aktivitas interpretatif yang dilakukan oleh peneliti, peneliti akan mendorong
pengalaman tersebut untuk dimengerti dengan melakukan penerjemahan atasnya dengan suatu bentuk penyampaian yang baru. Peneliti percaya analisis
interpretatif fenomenologis dapat memberi suatu sumbangan yang berarti dalam memperkaya cara psikologi memahami pengalaman individu dalam menghadapi
suatu penyakit kronis, khususnya thalassaemia dalam studi ini.
C. Refleksivitas Peneliti
Saya ialah seorang caregiver thalassaemia mayor. Saya telah menemani adik kandung saya yang sedang berjuang dengan thalassaemia mayor setidaknya
selama 18 tahun. Memiliki seorang adik dengan thalassaemia mayor membuat saya berjumpa dan membangun relasi dengan penderita thalassaemia mayor serta
caregiver lainnya dalam POPTI Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassaemia
Indonesia di Kalimantan Barat. Perjumpaan dan interaksi yang intens membuat saya memiliki kedekatan emosional dengan mereka. Adanya kedekatan tersebut
membuat saya seringkali mendengar kisah dan keluh mereka yang akhirnya menggerakkan saya untuk memahami mereka lebih jauh. Atas dasar alasan
personal tersebut, penelitian ini menjadi bentuk empati dan dukungan saya untuk mereka.
Dalam penelitian ini, saya menyadari ada beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang saya dan turut menjadi bahan pertimbangan selama melakukan
penelitian. Saya menyadari latar belakang saya sebagai salah seorang caregiver thalassaemia mayor
membuat saya cenderung menempatkan diri pada posisi mereka dan melihat berbagai persoalan dari sudut pandang para penderita. Hal ini
mengandung kelemahan, mengingat dengan mengambil sikap tersebut, saya menjadi terfokus mengutamakan cara pandang mereka baik selama proses
pengambilan data maupun proses analis data. Dengan demikian, terdapat kemungkinan adanya beberapa hal yang kurang tergali dalam proses pengambilan
data karena saya terkadang secara langsung mengafirmasi apa yang mereka ungkapkan. Padahal, bila seorang peneliti lain yang tidak memiliki kedekatan
khusus, mungkin saja peneliti akan melihat dengan cara pandang yang berbeda serta berupaya mengeksplorasi detail yang berbeda. Oleh karena itu, melalui cara
pandang yang sama, peneliti mencoba dengan penuh kesadaran untuk memanfaatkan afirmasi secara tepat. Dengan demikian, peneliti dapat
menggunakan kesempatan itu untuk mengeksplorasi hal-hal yang lebih esensial untuk digali tanpa bertanya kembali mengenai hal-hal teknis berupa informasi
yang telah peneliti ketahui secara mendalam. Selain itu, adanya kedekatan emosional peneliti dengan ketiga informan membuat peneliti sangat berhati-hati
dalam melakukan proses analisis data. Peneliti berusaha untuk mawas diri dalam melakukan interpretasi agar hasil penelitian yang diperoleh bukanlah suatu bentuk
penilaian pada mereka judgement yang seolah melupakan perjuangan yang telah mereka lakukan dan menyakiti perasaan mereka.
D. Fokus Penelitian