Hal yang Mendorong Proses Terapi a. Ikatan emosional dengan ibu

2. Hal yang Mendorong Proses Terapi a. Ikatan emosional dengan ibu

Dalam berbagai aspek kehidupan, ibu memiliki andil yang besar. Hal serupa juga didapati pada pengalaman para informan selama menjalani proses terapi. Bagi para informan, ibu memiliki peran yang besar dalam mendukung dan menemani mereka selama proses terapi. Untuk itulah, sosok ibu menjadi sosok yang sangat penting dan berarti bagi para informan, terutama atas adanya ikatan emosional yang mendorong untuk menjalani proses terapi. Bentuk ikatan emosional yang terjalin dengan sosok ibu memiliki karakteristik yang berbeda-beda di setiap informan. Pada informan Dd 18, ikatan emosional hadir dalam bentuk rasa bersalahnya pada ibu. Perasaan bersalah ini kerap kali muncul karena Dd 18 menyadari telah menyia-nyiakan usaha yang dilakukan oleh ibunya dalam menjaga kesehatan dirinya dengan sikapnya yang malas berobat. Selain itu adakalanya perasaan tersebut timbul karena penyesalan setelah bertengkar dengan sang ibu terkait permintaan proses pengobatan yang seharusnya Dd 18 jalani. Dd 18 menggarisbawahi bahwa ingatan atas usaha ibunya dalam merawat dirinya hingga kini memegang peranan besar dalam mendorongnya untuk berobat. “Biasanya juga mulai rajin kalau habis berantem sama mama. Misalnya mama marah-marah. Suruh desferal atau apa, ujung- ujungnya aku ngelawan mama, terus berantem kan, lalu mama nangis. Terus ujung-ujungnya aku merasa bersalah, dan mau berubah. Tiap kali merasa bersalah, pasti berubah rajin.” Dd, 275-28 “ … sama mama tuh nurut karena selalu keingat, gimana dulu mama sering bawa aku ke Jakarta untuk berobat, biar kondisi tubuh aku tuh bagus sampai sekarang.” Dd, 308-312 “..terus karena mama juga udah merawat aku dari kecil, terus aku malah udah besar gini gak mau minum obat, biasanya merasa bersalah juga. Merasa bersalah karena, mama udah merawat aku kan, tapi malah pas besar nih aku hancurin. Aku merasa bersalah.” Dd, 422-430 Pada informan Nn 20, ikatan emosional hadir sebagai rasa sayang yang begitu besar pada ibu. Ibu adalah orang yang selalu merawat dirinya, menjaganya dan selalu mengingatkannya untuk berobat sedari kecil. Nn 20 menyatakan bahwa ia akan rajin berobat jika diminta oleh sang ibu. Setiap kali dirinya malas untuk berobat, ia akan ingat akan pesan ibunya untuk minum obat dan desferal. Nn 20 menegaskan ibu yang membuat ia menurut dan selalu mau berobat, meskipun dalam kondisi malas sekalipun. “..tapi biasanya kalau lagi malas ya pasti ingat kata mama lah.. ingat kata mama yang nyuruh kayak gini loh, nyuruh aku minum obat, desferal. Terus kalau di suruh mama ya minum, ya nurut kalau desferal kadang-kadang. ” Nn, 144-150 “Nini akan lebih rajin berobat c uma kalau disuruh mama.. Selain itu ya cuma disuruh mama baru rajin” Nn, 542-545 “ Nini paling sayang sama mama. menangis Mungkin bawaan Nini dari kecil, dari satu tahun empat bulan itu, mama selalu ngurusin Nini, jagain Nini, dari situ pasti mama sering kesusahan, kayak kemarin Nini jatuh, mama yang ngerawat, pokoknya lebih ke mama. Jadi mama yg buat Ni nurut dan sll mau berobat, biarpun malas” Nn, 762-768 Tak hanya itu, Nn 20 juga menggambarkan kekhawatirannya untuk meninggalkan sang ibu bila memang pada akhirnya ia harus meninggalkan sang ibu terlebih dulu. Ia juga khawatir dirinya yang tak akan lagi bisa melihat sang ibu bila suatu saat ia pergi. “Nini sebenarnya pernah membayangkan diri sendiri dalam posisi itu.. hanya sekedar membayangkan. Yang Nini khawatirin pasti mama, menangis takut jg ga bisa lihat mama lagi besok” Nn, 851-856 Pada Fa 19, ibu adalah seseorang yang sangat ia sayangi dan selalu mendukungnya dalam kondisi apapun. Di saat Fa 19 merasa sangat lelah untuk sekolah, dan seringkali diolok karena kondisi fisiknya yang kecil dan pucat, ibu adalah orang yang selalu hadir menguatkannya. “Nida tuh sayang banget sama mamak, soalnya dulu tuh waktu Nida pucat, capek, ga mau sekolah, cuma Mamak yang support, tiap Nida diiejek orang karena Nida pucat, mirip mayat, kan ada tuh orang yang ngejek fisik Nida waktu Nida mau kuliah, kayak anak SD. Nida kan kuat kata Mamak, mamak yang nguatin. “ Fa, 649-652 Pada informan Fa 19, ikatan emosional hadir dalam bentuk ketidakinginan informan melihat ibunya sedih. Ibu menjadi pendorong Fa 19 untuk rajin berobat, terutama bila dirinya dimarahi oleh sang ibu. Bila dimarahi oleh ibu, Fa 19 akan teratur minum obat dan desferal selama seminggu penuh. Hal ini terlebih karena Fa 19 tidak ingin melihat ibunya sedih bila sesuatu yang buruk sungguh terjadi padanya. Selain itu, Fa 19 juga menghindari kemungkinan munculnya konflik antara dirinya dan sang ibu. “ Usaha yang Nida lakukan ya.. apa ya kak. Gini kak.. Nida sendiri bakal rajin kalau habis diomel Mamak, kalau udah diomel, langsung seminggu full, mau minum obat, mau desferal. Nida tuh takut dimarahi mamak. Takut mamak sedih juga. Nanti malah berantem kan Nida gak suka sebenernya.” Fa, 359-367 “Sebenarnya suara bergetar dan menangis, Nida berobat cuma karena Nida gak pengen jak lihat mamak Nida sedih kalau Nida kenapa- kenapa.” Fa, 492-496 “geleng kepala. Nida kan cengeng, kalau ngomong pasti Nida nangis. Kalau Nida nangis, dan ngomong sakitnya perasaan Nida, gimana tertekannya Nida buat berjuang pasti Mamak ikut nangis, jadi Nida gak mau ngomong sama mamak. Nida gak mau lihat mamak sedih. Nida gak pernah bilang apa-apa jadinya ke mamak kalau Nida tahu itu bakal buat mamak sedih, biarpun Nida yang sakit kak.” Fa, 531-542 Adanya ikatan emosional yang sangat dekat dengan sang ibu inilah yang akan membuat Fa 19 merasa sangat sedih bila ia mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari sang ibu. Menurutnya, bila sang ibu, orang yang selalu menguatkannya, mampu melakukan hal itu, orang lain akan lebih memungkinkan untuk melakukan hal yang sama. “Jadi makanya Nida sedih kalau mamak ngomongnya agak pedes, Nida bakal mikir, mamak jak gitu ke Nida, apalgi orang lain. Mamak orang yang biasa n guatkan Nida dalam kondisi apapun.” Fa, 658-663 Mengacu pada setiap pengalaman informan, dapat dilihat bahwa ikatan emosional dengan ibu memainkan peran dalam mendukung berjalanan proses terapi. Hal ini terekspresikan dalam berbagai bentuk ikatan emosional seperti rasa bersalah, rasa sayang yang besar, dan ketidakinginan untuk melihat ibu bersedih yang disampaikan oleh setiap informan.

b. Kehadiran akan pasangan relasi romantis