Kepercayaan dan Komitmen Hubungan Pemasaran Relationship Marketing dalam Supply Chain Management

28 kepada mitra bisnisnya. Hubungan yang lebih dari kooperatif yaitu hubungan yang bersifat koordinatif dimana dalam hubungan ini aliran informasi yang ada dalam rantai semakin berkembang dan terbuka. Selain hubungan kooperatif dan koordinatif, hubungan yang paling ideal dan puncak dari hubungan yang ada adalah hubungan yang bersifat kolaboratif. Dalam hubungan ini mitra-mitra bisnis bersama-sama merencakan visi dan misi ke depan, informasi yang sangat terbuka dan mengikutsertakan semua partner dalam perencanaan bisnis ke depan.

3.3.2. Kepercayaan dan Komitmen

Strategi distribusi merupakan salah satu bidang dalam strategi pemasaran yang ditujukan untuk meningkatkan penjualan dan pangsa pasar. Strategi distribusi ini dilakukan untuk menunjang laju perusahaan yang berkelanjutan. Untuk memperkuat kemampuan bersaing competitive advantage, kebijakan tentang saluran distribusi dapat dijadikan langkah sebagai salah satu bagian dari pemasaran. Morgan dan Hunt 1994 mengemukakan teorinya tentang hubungan pemasaran relationship marketing. Hubungan pemasaran merupakan suatu konsep yang menekankan tentang pentingnyan memelihara hubungan berkelanjutan dengan para pelanggan. Morgan dan Hunt 1994 mendefinisikan hubungan pemasaran sebagai segala bentuk aktivitas pemasaran yang diarahkan untuk mendukung, membangun dan memelihara kesuksesan hubungan pertukaran. Untuk membangun suatu hubungan yang erat dalam relationship marketing maka dibutuhkan sebuah kepercayaan dan juga komitmen masing- masing pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut. Morgan dan Hunt 1994 menyatakan bahwa kepercayaan merupakan kemauan untuk mengandalkan pihak lain. Dalam konteks hubungan antara perusahaan dengan para retailer, kepercayaan para retailer seharusnya menimbulkan kemauan mereka untuk mengandalkan perusahaan tersebut. Tanpa adanya kemauan untuk mengandalkan perusahaan, maka membuktikan bahwa kepercayaan para retailer tersebut masih bersifat terbatas. Kemauan untuk mengandalkan perusahaan menunjukkan bahwa jalinan kerjasama yang selama ini telah ada akan tetap dilakukan di masa datang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Morgan dan Hunt 1994 yang 29 membuktikan bahwa kepercayaan akan mengurangi keinginan untuk menghentikan kerjasama yang telah terjalin. Morgan dan Hunt 1994 mengemukakan bahwa terdapat tiga hal utama yang sangat penting dalam mengembangkan komitmen dan kepercayaan dalam relationship marketing. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Economics Content. Pihak-pihak yang terlibat dalam relationship bersedia untuk membina hubungan karena memperoleh keuntungan ekonomi superior. Manfaat ekonomi ini merupakan economics content dalam hubungan pemasaran. Meskipun faktor ekonomi merupakan faktor yang penting, tetapi hal ini tidak cukup untuk menjamin terciptanya kerjasama yang efektif. 2. Resource content. Pihak-pihak yang terlibat bersedia membangun relationship karena ingin mendapatkan sumber daya yang tidak mereka dapatkan dari pihak lain. 3. Social content. Relationship marketing harus terus dibangun dalam lingkungan sosial yang mendorong kerjasama yang efektif social content. Masing-masing pihak harus memandang bahwa tindakan mitra relationship pada masa yang akan datang akan konstruktif. Mereka harus yakin bahwa mereka akan jadi mitra yang baik. Dalam model relationship marketing, Morgan dan Hunt 1994 menyatakan bahwa kepercayaan dan komitmen diantara anggota supply chain merupakan kunci kesuksesan dalam pelaksanaan supply chain tersebut. Kepercayaan dan komitmen merupakan pondasi penting dalam relationship tersebut. Morgan dan Hunt 1994 mengidentifikasi lima hal utama dalam relationship marketing yang dibutuhkan untuk membentuk kepercayaan dan komitmen. Gambar 3 menunjukkan bahwa Morgan dan Hunt 1994 mengemukakan lima hal utama yang mempengaruhi kepercayaan dan komitmen serta hasil yang timbul ketika kepercayaan dan komitmen tersebut ada dalam sebuah hubungan pemasaran. Lima hal utama tersebut adalah sebagai berikut: 1. Termination Cost atau biaya perpindahan Biaya atau pengorbanan yang didapatkan oleh suatu perusahaan jika perusahaannya tersebut kehilangan atau memindahkan kegiatan jual belinya dari 30 satu perusahaan yang sudah lama bekerjasama beralih ke perusahaan yang lainnya. Termination cost ini memiliki hubungan yang positif terhadap relationship Commitment. Burnham 2003 10 menyatakan bahwa termination cost adalah biaya-biaya yang dihubungkan dari perpindahan supplier ke supplier lainnya. Menurut Burnham 2003 terdapat tiga tipe termination cost, yaitu: a. Procedural Termination Cost yang meliputi resiko ekonomi dan biaya evaluasi serta melibatkan penggunaan waktu dan usaha. b. Financial Termination Cost yang melibatkan hilangnya benefit dan sumber daya keuangan. c. Relational Termination Cost yang berhubungan dengan hilangnya hubungan personal dan hubungan dengan merk, yang mengakibatkan ketidaknyamanan psikologikal dan emosional karena hilangnya identitas dan putusnya hubungan. Gambar 3. Model Relationship Marketing Morgan Hunt Sumber : Morgan dan Hunt 1994 10 Burnham.2003. Morgan and Hunt. www.info.perbanasinstitute.ac.id . [15 Februari 2009 ] 31 2. Relationship Benefits Relationship Benefit berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk mengurangi kekhawatiran dan memberikan kenyamanan karena pelanggan mengetahui apa yang diharapkan oleh mitranya Gwinner et al. 1998 11 . Retationship benefit dalam teori ini merupakan benefit yang didapatkan oleh mitra berupa keuntungan finansial atau keuntungan yang berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan seperti misalnya keuntungan materi yang tinggi, adanya pengurangan harga beli dan lain sebagainya. Relationship benefit berhubungan positif dengan komitmen dalam sebuah relationship sehingga akan berhubungan positif juga dengan level dari relationship marketing. Semakin tinggi relationship benefit maka akan semakin tinggi komitmen hubungan mitranya dan akan semakin erat. 3. Shared Value Nilai-nilai merupakan hal mendasar untuk mengembangkan kepercayaan. Shared value dan kepercayaan memiliki hubungan yang positif. Pihak-pihak dalam relationship marketing yang memiliki perilaku, tujuan dan kebijakan yang sama akan mempengaruhi kemampuan mengembangkan kepercayaan. Pihak- pihak yang terlibat akan sulit untuk saling percaya apabila ide dari masing-masing pihak tidak konsisten Peppers dan Rogers 2004 12 . Shared value merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi kepercayaan dan komitmen dalam sebuah hubungan kemitraan. Shared value yang tinggi menunjukkan adanya kesamaan visi, tujuan dan target yang sama diantara perusahaan dengan para mitra bisnisnya sehingga tercapai kepuasan konsumen. 4. Communication Komunikasi yang terbuka dan teratur baik formal maupun informal akan meluruskan harapan, memecahkan persoalan, dan mengurangi tingkat ketidakpastian dalam pertukaran informasi. Komunikasi yang dilakukan untuk manghasilkan kepercayaan harus dilakukan dengan baik dan berkualitas tinggi, relevan, tepat waktu dan reliable. Komunikasi masa lalu yang positif akan menimbulkan kepercayaan yang kemudian akan menjadi komunikasi yang baik 11 Ibid, halaman 29 12 Ibid, halaman 29 32 Morgan dan Hunt 1994. Variabel komunikasi berpengaruh positif pada kepercayaan sebuah hubungan kemitraan. Semakin besar kepercayaan pada sebuah hubungan maka keeratan hubungan tersebut akan semakin kuat. 5. Non Opportunistic Behaviour Menurut Petters dan Rogers 2004 perilaku yang opprotunis adalah dasar bagi terbatasnya pertukaran. Hubungan pemasaran jangka panjang yang didasarkan pada kepercayaan membutuhkan partisipasi dari semua pihak dan tindakan yang meningkatkan keinginan untuk berbagi benefit dalam jangka panjang. Morgan dan Hunt 1994 berpendapat bahwa kepercayaan dan komitmen adalah pokok utama yang diperlukan dalam relationships antara pihak-pihak dalam supply chain. Kekuatan yang dibangun dengan kepercayaan dan komitmen setiap perusahaan sangat dibutuhkan untuk membagi nilai atau visi. Lebih dari itu, mereka berpendapat bahwa komunikasi yang baik akan meningkatkan kepercayaan sedangkan opportunistic behavior akan mengurangi tingkat kepercayaan. Morgan dan Hunt 1994 berpendapat bahwa level dalam kepercayaan dan komitmen akan mempengaruhi hasil atau outcomes yang ada seperti acquinscence, cooperation, functional conflict, propensity to leave dan uncertainty. Acquinscence adalah kesepakatan yang disetujui karena adanya keuntungan yang adil yang dipengaruhi oleh variabel termination cost. Propensity to leave adalah kecenderungan untuk berpindah dari mitranya yang disebabkan oleh ketidakpuasan. Variabel propensity to leave ini dipengaruhi oleh besarnya benefit relationship yang dirasakan oleh mitra. Semakin besar benefit relationship yang dirasakan semakin kecil keinginan berpindah mengakhiri hubungan dari dengan mitranya. Cooperation adalah kerjasama yang erat diantara mitra yang dipengaruhi oleh shared value yang tinggi yaitu dengan adanya kesamaan nilai dan tujuan. Semakin tinggi shared value maka semakin tinggi pula tingkat kooperasinya. Functional conflict adalah perselisihan yang akan semakin berkurang dengan adanya komunikasi yang tinggi diantara mitra. Uncertainty adalah ketidakpercayaan dan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh mitra. Semakin tinggi sikap opportunistic behaviour suatu hubungan maka ketidakpastian hubungan yang dirasakan akan semakin tinggi. Sikap opportunistic 33 behaviour ini berpengaruh negarif terhadap kepercayaan dan komitmen suatu hubungan. Gannesan 1994 mengatakan bahwa dalam hubungan supplier dan pelanggan kepercayaan akan mengurangi persepsi akan adanya opportunistic behavior. Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan partner dalam supply chain dalam berpendapat bahwa persetujuan jangka pendek yang tidak adil akan memutuskan over time kerja dan mengurangi biaya transaksi. Cann 1998 mengatakan bahwa komitmen akan berpengaruh juga terhadap derajat hubungan sosial diantara partner yang ada. Kekuatan hubungan sosial antara pelanggan dan supplier akan membuat kemungkinan besar terjadinya hubungan kerjasama yang berkelanjutan. 3.3.3. Manajemen Hubungan Supplier dan Pelanggan 3.3.3.1. Manajemen Hubungan dengan Supplier