14 memperbesar daya tahan penyakit dalam masa awal. Berikut ini adalah beberapa
nama jenis bibit ayam dan kemampuannya produksinya.
Tabel 5. Prestasi Beberapa Jenis Bibit Ayam Petelur
Nama Bibit Warna Bulu
Tipe Produksi Telur
Hen House Konversi
Ransum kgdosin telur
Babcock Putih
Ringan 270
1,82 Dekalb XI-Link
Putih Ringan
255-280 1,8-2,0
Hixes White Putih
Ringan 288
1,89 H W nick
Putih Ringan
272 ,7-1,9
Hubbarb Leghorn Putih
Ringan 260
1,8-1,86 Sumber : Banks 1979, diolah
2.4.4. Hama dan Penyakit
Ayam petelur sebagai hewan ternak memiliki berbagai kemungkinan penyakit. Pada prinsipnya penyakit ayam ras disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1
Penyakit yang disebabkan oleh defisiensikekurangan zat-zat makanan. Penyebab utama penyakit ini adalah sistem pemeliharaan yang intensif sehingga bila
kualitas makanan yang diberikan tidak baik atau kekurangan unsur makanan, maka ayam tersebut tidak dapat mencari penggantinya dari alam; 2 Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, virus, parasit, dan jamur. Penyakit- penyakit tersebut menular; dan 3 Penyakit yang disebabkan oleh hal-hal lainnya.
Beberapa penyakit yang sering terjadi di peternakaan ayam petelur adalah Coccidiocis, Pullorum, dan Newcastle Desease ND. Penyakit Coccidiocis
sering disebut penyakit berak darah dan biasanya menimbulkan kematian yang tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus Eimeria. Gejala anak ayam
yang terserang penyakit ini seperti terlihat lesu, sayap terlihat tergantung ke bawah, bulu agak berdiri dan tidak mengkilat, pucat dan angka kematian sangat
tinggi pada ayam umur 6-10 hari. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit ini dengan menjaga sanitasi kandang selama masa
pemeliharaan anak ayam. Untuk mengobati atau meminimalisasi dampak dari penyakit ini adalah dengan memberikan coccidiostat dari umur satu dari sampai
umur tiga bulan. Penyakit Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang
menyerang ayam pada berbagai umur. Penyakit ini sering disebut berak kapur.
15 Gejala-gejala penyakit ayam yang terjangkit penyakit ini seperti anak ayam mati
pada umur satu hari sampai tiga minggu, puncak kematian terjadi pada hari ke-10 setelah menetas. Selain itu, anak ayam menunduk di bawah alat pemanas dan
mata agak tertutup dan sayap terkulai serta mencret berwarna putih berbusa yang melekat di sekitar anus. Untuk mencegah penyakit tersebut, maka induk perlu
diperiksa darahnya dan tidak membeli anak yang induknya terkena penyakit ini. Pengobatan yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sulfaquinoxaline,
nitrofurazolidone, dan sebagainya. Penyakit ND disebabkan oleh virus paramyxo, dan menyerang ayam pada
berbagai umur. Penyakit ini sering disebut tetelo, cekak, dan toun. Penyakit ND tidak bisa diobati, hanya bisa dicegah melalui vaksinasi. Gejala-gejala yang
tampak pada ayam yang terserang penyakit ini adalah kehilangan nafsu makan, sesak nafas, ngorok, bersin, produksi telur turun, jika penyakit sudah akut ditandai
dengan tortikolis leher berputar, dan angka kematian bisa mencapai 60-80.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang supply chain management pernah dilakukan oleh Noviyanty 2005. Penelitian ini menghasilkan asumsi bahwa untuk
mengefisienkan supply chain management harus dilakukan kerjasama mulai dari perusahaan hulu ke hilir dengan memperhatikan ukuran-ukuran pelaksanaan
performance metric pada elemen yang kritikal. Elemen yang kritikal diantaranya adalah proses pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan di PT. Hyang Sri Persero.
Metode yang digunakan adalah analysis hierarki proses AHP. Selain itu, topik supply chain management juga telah diteliti oleh Aini
2005. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif mengenai hubungan kelembagaan dan margin tataniaga. Hasil penelitian ini adalah bahwa alokasi
penggunaan biaya distribusi dan pengadaaan barang adalah dalam pembelian bahan baku yang dilakukan secara kredit dan tunai serta biaya transportasi.
Ardiansyah 2005 melakukan penelitian mengenai bagian dari supply chain management yaitu manajemen penyediaan barang pada bagian susu
pasteurisasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan penyediaan susu segar yang prosesnya dimulai dari peternak sebagai mitra dan