10 kampung mampu bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul. Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur dwiguna tersebut
berbeda. Kemampuan genetis tersebut yang membedakan produksi kedua ayam ini Rasyaf 2008.
2.2. Sentra Peternakan
Menurut Johari 2005, sentra peternakan ayam ras petelur di Indonesia saat ini telah berkembang dan tersebar di beberapa daerah terutama di daerah
Pulau Jawa dan Sumatera. Selain itu, peternakan ayam telah banyak berkembang di negara-negara lain.
2.3. Jenis Ayam Ras Petelur
Menurut Rasyaf 2008 ayam petelur terdiri dari dua jenis, yaitu ayam petelur tipe ringan dan ayam petelur tipe medium. Ayam petelur tipe ringan
sering disebut dengan ayam petelur putih. Ayam tipe ini memiliki bentuk badan yang ramping atau cenderung kurus dan mungil. Ayam ini memiliki warna bulu
putih bersih dan berjengger merah. Ayam tipe ini sebenarnya berasal dari galur murni White Leghorn. Ayam dengan galur murni ini sulit dicari, tetapi ayam
petelur ringan komersial banyak dijual di Indonesia dengan berbagai macam nama. Setiap pembibit ayam petelur di Indonesia hampir dipastikan memiliki dan
menjual ayam petelur ringan komersial ini. Ayam ini mampu bertelur lebih dari 260 telur per tahun hen house. Ayam tipe ini memang khusus diciptakan untuk
bertelur saja sehingga semua kemampuan dirinya diarahkan pada kemampuan bertelur. Oleh karena itu, kemampuan produksi dagingnya sedikit. Ayam petelur
ini sangat sensitif terhadap cuaca panas dan keributan, dan ayam ini sangat mudah terkejut sehingga akan mengganggu produksi telur.
Ayam petelur tipe medium disebut juga sebagai tipe ayam petelur medium. Tubuh ayam ini tidak kurus, tetapi juga tidak terlihat gemuk. Beratnya masih
berada diantara berat ayam petelur ringan dan ayam broiler. Telur yang dihasilkannya cukup banyak dan juga dapat menghasilkan daging yang banyak.
Oleh Karena itu, tipe ini disebut pula ayam tipe dwiguna. Ayam ini disebut sebagai ayam tipe cokelat karena warnanya yang cokelat. Di pasaran, telur cokelat
11 lebih disukai daripada telur putih. Warna telur cokelat lebih menarik walaupun
kandungan gizi dan rasanya relatif sama dengan telua warna putih.
2.4. Management Budi Daya Ayam Ras Petelur Untuk memulai sebuah usaha peternakan ayam ras petelur, terlebih dahulu
pelaku usaha harus memahami beberapa hal utama mengenai manajemen budi daya ayam ras petelur komersial ini sehingga menghasilkan produksi yang tinggi
dan keuntungan yang maksimal. Menurut Rasyaf 2008, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam manajemen budi daya ayam ras petelur, seperti
sistem perkandangan, peralatan, hama penyakit dan lain sebagainya.
2.4.1. Sistem Perkandangan
Kandang atau perkandangan merupakan salah satu persiapan yang harus benar-benar diperhatikan. Sebab, kandang merupakan tempat ayam berdiam dan
berproduksi. Oleh karena itu, pembangunan kandang harus dilakukan dengan sangat baik dan sesuai dengan ternak yang akan dikembangkan.
2.4.1.1. Mencari Lokasi yang Ideal
Lokasi yang dipilih harus merupakan perpaduan antara tempat yang cocok untuk kehidupan ayam petelur, harga tanah relatif murah, serta mudah dijangkau
alat transportasi dan komunikasi Johari 2005. Memelihara ayam petelur sebaiknya dilakukan di tempat yang mempunyai ketinggian antara 400-1000
meter dari permukaan laut dpl. Kurang dari ketinggian 400 meter dpl menyebabkan ayam mudah stress karena pengaruh panas. Sementara itu,
ketinggian tempat di atas 1.000 meter dpl akan berpengaruh buruk terhadap ayam karena jumlah oksigen yang tersedia semakin rendah. Kasus-kasus yang sering
terjadi di daerah dataran rendah adalah ayam mudah mengalami panting ayam bernapas dengan mulut karena panas yang berlebihan, bobot telur lebih ringan,
kanibal, dan tingkat kematian tinggi. Kasus-kasus yang muncul di dataran tinggi adalah ayam yang mengalami kematian karena ascites perut kembung dan
penyakit pencernaan lainnya yang disebabkan bakteri gram negatif. Di samping itu, syarat mutlak lainnya adalah tersedia sumber air yang
cukup. Jenis tanah yang dipilih adalah mudah menyerap air seperti tanah berpasir.
12 Jika jenis kandang mudah menyerap air, sumber air yang tersedia relatif bersih
dan tidak tercemar kuman penyakit. Oleh karen itu, ayam tidak mudah terserang penyakit. Tanah yang sulit menyerap air seperti tanah lempung sebaiknya
dihindari untuk lokasi kandang. Hal lain yang harus diperhatikan adalah kelembapan ideal untuk ayam
sekitar 50-70 persen. Kelembapan ini penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap perkembangan bulu ayam. Lingkungan dengan kelembapan
rendah akan menyebabkan perkembangan dan mutu bulu ayam petelur menjadi jelek. Sebaliknya, kelembapan tinggi akan menyebabkan masalah seperti kasus
ammonia tinggi yang diikuti dengan gangguan fungsi pernapasan.
2.4.1.2. Tipe Kandang yang Dipilih
Lahan seluas 1 Hektar atau 10.000 m
2
, idealnya bisa digunakan untuk populasi ayam sebanyak 20.000-25.000 ekor. Kandang pembesaran yang ideal
berukuran panjang 40 meter dan lebar lima meter. Kandang yang tidak terlalu lebar sangat berguna untuk kebutuhan ayam, terutama untuk kenyamanannya.
Kandang tipe postal seluas 200 m
2
40x5meter cukup optimal untuk memelihara pullet sebanyak 1.600 ekor hingga berumur 112 hari. Sementara itu, kandang
baterai yang berukuran sama dapat digunakan untuk populasi pullet sekitar 2.500 ekor lebih hemat tempat 15 Johari 2005.
2.4.1.3. Posisi Kandang
Kandang untuk beternak ayam ras petelur diusahakan di setiap sisinya mendapatkan intensitas cahaya sesuai dengan yang dibutuhkan untuk
pertumbuhannya yaitu antara 80-240 foot candle. Kandang tersebut sebaiknya menghadap ke timur. Jarak yang digunakan antar kandang minimal selebar
kandang itu sendiri. Tujuannya adalah untuk menjaga sirkulasi udara yang berhubungan dengan kenyamanan kandang Johari 2005.
2.4.2. Peralatan Beberapa peralatan yang harus dipersiapkan dalam budi daya ayam ras
petelur diantaranya adalah litter alas lantai, tempat bertelur, tempat bertengger, dan tempat makan, minum serta tempat grit.
13 Litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air
hujan tidak ada yang masuk meskipun angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter berasal dari campuran kulit padisekam dengan sedikit kapur dan
pasir secukupnya, atau hasil serutan kayu dengan panjang antara 3-5 cm untuk pengganti kulit padisekam.
Penyediaan tempat bertelur berfungsi agar mudah mengambil telur dan kulit telur tidak kotor. Tempat ini dapat dibuat dari kotak berukuran 30 x 35 x 45
cm yang cukup untuk 4-5 ekor ayam. Dasar tempat bertelur dibuat miring dari kawat hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat ukuran
yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang. Tempat bertengger berguna untuk tempat istirahattidur, dibuat dekat
dinding dan diusahakan kotoran jatuh ke lantai yang mudah dibersihkan dari luar. Tempat bertengger dibuat tertutup agar terhindar dari angin dan letaknya lebih
rendah dari tempat tidur. Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,
alumunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat. Tempat grit dibuat dari kotak khusus Johari 2005.
2.4.3. Pembibitan
Pembibitan merupakan hal penting sebagai awal pemeliharaan. Bibit ayam petelur yang dipilih akan sangat menentukan tingkat produksi, kualitas dan
kuantitas telur. Ayam petelur ini memiliki beberapa tipe dasar yaitu tipe ringan telur putih dan tipe medium telur cokelat. Oleh karena itu, tahapan pembibitan
ini harus dilakukan dengan sangat teliti dan sesuai dengan prosedur yang ada untuk menghasilkan produksi yang diharapkan dari ayam petelur yang dipilih
Kartasudjana 2002. Setiap bibit diarahkan dan disesuaikan dengan tujuan tertentu. Jenis bibit
yang produksi telurnya tidak terlalu tinggi, tetapi relatif tahan terhadap penyakit selama masa bertelur. Selain itu, terdapat pula bibit yang produksi telurnya
memang tinggi, tetapi tidak tahan terhadap ancaman dan penyakit sehingga banyak yang mati dalam masa bertelur. Kemudian, ada bibit yang diarahkan untuk
memperoleh konversi ransum yang tinggi dan ada pula yang diarahkan untuk
14 memperbesar daya tahan penyakit dalam masa awal. Berikut ini adalah beberapa
nama jenis bibit ayam dan kemampuannya produksinya.
Tabel 5. Prestasi Beberapa Jenis Bibit Ayam Petelur
Nama Bibit Warna Bulu
Tipe Produksi Telur
Hen House Konversi
Ransum kgdosin telur
Babcock Putih
Ringan 270
1,82 Dekalb XI-Link
Putih Ringan
255-280 1,8-2,0
Hixes White Putih
Ringan 288
1,89 H W nick
Putih Ringan
272 ,7-1,9
Hubbarb Leghorn Putih
Ringan 260
1,8-1,86 Sumber : Banks 1979, diolah
2.4.4. Hama dan Penyakit
Ayam petelur sebagai hewan ternak memiliki berbagai kemungkinan penyakit. Pada prinsipnya penyakit ayam ras disebabkan oleh tiga hal, yaitu: 1
Penyakit yang disebabkan oleh defisiensikekurangan zat-zat makanan. Penyebab utama penyakit ini adalah sistem pemeliharaan yang intensif sehingga bila
kualitas makanan yang diberikan tidak baik atau kekurangan unsur makanan, maka ayam tersebut tidak dapat mencari penggantinya dari alam; 2 Penyakit
yang disebabkan oleh bakteri, protozoa, virus, parasit, dan jamur. Penyakit- penyakit tersebut menular; dan 3 Penyakit yang disebabkan oleh hal-hal lainnya.
Beberapa penyakit yang sering terjadi di peternakaan ayam petelur adalah Coccidiocis, Pullorum, dan Newcastle Desease ND. Penyakit Coccidiocis
sering disebut penyakit berak darah dan biasanya menimbulkan kematian yang tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus Eimeria. Gejala anak ayam
yang terserang penyakit ini seperti terlihat lesu, sayap terlihat tergantung ke bawah, bulu agak berdiri dan tidak mengkilat, pucat dan angka kematian sangat
tinggi pada ayam umur 6-10 hari. Pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyakit ini dengan menjaga sanitasi kandang selama masa
pemeliharaan anak ayam. Untuk mengobati atau meminimalisasi dampak dari penyakit ini adalah dengan memberikan coccidiostat dari umur satu dari sampai
umur tiga bulan. Penyakit Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum yang
menyerang ayam pada berbagai umur. Penyakit ini sering disebut berak kapur.
15 Gejala-gejala penyakit ayam yang terjangkit penyakit ini seperti anak ayam mati
pada umur satu hari sampai tiga minggu, puncak kematian terjadi pada hari ke-10 setelah menetas. Selain itu, anak ayam menunduk di bawah alat pemanas dan
mata agak tertutup dan sayap terkulai serta mencret berwarna putih berbusa yang melekat di sekitar anus. Untuk mencegah penyakit tersebut, maka induk perlu
diperiksa darahnya dan tidak membeli anak yang induknya terkena penyakit ini. Pengobatan yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sulfaquinoxaline,
nitrofurazolidone, dan sebagainya. Penyakit ND disebabkan oleh virus paramyxo, dan menyerang ayam pada
berbagai umur. Penyakit ini sering disebut tetelo, cekak, dan toun. Penyakit ND tidak bisa diobati, hanya bisa dicegah melalui vaksinasi. Gejala-gejala yang
tampak pada ayam yang terserang penyakit ini adalah kehilangan nafsu makan, sesak nafas, ngorok, bersin, produksi telur turun, jika penyakit sudah akut ditandai
dengan tortikolis leher berputar, dan angka kematian bisa mencapai 60-80.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang supply chain management pernah dilakukan oleh Noviyanty 2005. Penelitian ini menghasilkan asumsi bahwa untuk
mengefisienkan supply chain management harus dilakukan kerjasama mulai dari perusahaan hulu ke hilir dengan memperhatikan ukuran-ukuran pelaksanaan
performance metric pada elemen yang kritikal. Elemen yang kritikal diantaranya adalah proses pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan di PT. Hyang Sri Persero.
Metode yang digunakan adalah analysis hierarki proses AHP. Selain itu, topik supply chain management juga telah diteliti oleh Aini
2005. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif mengenai hubungan kelembagaan dan margin tataniaga. Hasil penelitian ini adalah bahwa alokasi
penggunaan biaya distribusi dan pengadaaan barang adalah dalam pembelian bahan baku yang dilakukan secara kredit dan tunai serta biaya transportasi.
Ardiansyah 2005 melakukan penelitian mengenai bagian dari supply chain management yaitu manajemen penyediaan barang pada bagian susu
pasteurisasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan penyediaan susu segar yang prosesnya dimulai dari peternak sebagai mitra dan
16 aktivitas penanganan susu segar yang dilakukan oleh koperasi sebelum di jual ke
pasar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan kuantitatif yang disajikan dalam tabulasi.
Usman 2007 melakukan penelitian mengenai analisis supply chain management yang dimulai dari pemasok dan aktivitas pabrik. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif yang menggambarkan seluruh jaringan supply chain management yang ada di perusahaan terkait.
Tabel 6. Penelitian Terdahulu Mengenai Supply Chain Management
Peneliti Terdahulu Topik Penelitian
Metode Analisis Hasil penelitian
Aini 2005 Analisis sistem Pasokan
sayuran Analisis deskriptif dan
analisis Margin Pemasaran
Alokasi biaya terbesar dalam
pengadaan barang dan distribusi adalah
pembelian bahan baku yang dilakukan
secara kredit dan tunai serta
transportasi.
Noviyanty 2005 Analisis efisiensi Supply
Chain Management Analytic Hierarky
Process AHP Efisiensi SCM dapat
tercapai melalui kerjasama dengan
perusahaan hilir dan hulu yang lebih
terkendali dan terstruktur
Ardiansyah 2005 Supply Chain
Management bagi hulu susu pasteurisasi
Analisis Deskriptif Manajemen rantai
persediaan barang bagian hulu meliputi
siklus yang berjalan dalam sistem jaringan
organisasi
Usman 2007 Supply chain
management di PT. Industri Milk Industri
and Trading pengadaan bahan baku,putaran
inventory,jaringan Analisis Deskriptif
Mengkaji jaringan supply chain bagian
hulu, manufaktur, dan distributor.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah kesamaan topik yang diambil yaitu supply chain management. Penelitian-penelitian tersebut
dilakukan untuk mengembangkan manajemen perusahaan yang lebih terpadu dan terkontrol dari mulai aktivitas primer hingga aktivitas sekunder, sehingga dapat
menghasilkan tingkat produktivitas yang baik, kualitas dan kuantitas yang memuaskan, distribusi produk yang tepat, harga yang sesuai dan ketersediaan
produk yang tepat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah
17 objek dan metode. Penelitian ini tidak menganalisis kinerja supply chain
management secara keseluruhan tetapi difokuskan pada analisis mengenai hubungan perusahaan dengan supplier dan pelanggannya serta bagaimana
pengaruh hubungan tersebut terhadap penerapan supply chain management di perusahaan tersebut. Resume mengenai penelitian terdahulu disajikan di dalam
Tabel 6.
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis