41
6.2. Lembaga Usaha Pengolahan Limbah Tunggak Jati
Menurut Rahardjo 1999 lembaga secara umum sering diartikan sebagai wahana memenuhi kebutuhan yang ada dalam suatu masyarakat atau suatu
komunitas. Bentuk lembaga dalam suatu usahatani adalah terbentuknya kelompok tani.
Usaha pengolahan limbah tunggak jati di Kecamatan Jiken pernah memiliki lembaga dalam bentuk paguyuban pengolahan limbah tunggak pohon
jati. Pembentukan lembaga tersebut bertujuan untuk menciptakan pasar bagi hasil usaha. Maksud dari penciptaan pasar tersebut adalah dalam pembentukan harga
yang dikendalikan oleh para pelaku usaha. Namun fungsi dari lembaga tersebut tidak bertahan lama, saat ini lembaga paguyuban usaha pengolahan limbah
tunggak jati di Kecamatan Jiken tidak lagi aktif. Tidak aktifnya lembaga karena tidak adanya pengurus dan sulitnya koordinasi antar anggota satu dengan anggota
lainnya. Saat ini, lembaga yang lebih berperan dalam kegiatan usahatani
pengolahan limbah tunggak pohon jati adalah dari pihak pemerintah daerah Kabupaten Blora yaitu Dinas Perindagkop UMKM. Dinas tersebut berperan
dalam mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para pengrajin hingga pemberian alat-alat untuk menjalankan usaha. Informasi mengenai pengadaan pameran-
pameran kerajinan juga berusaha disampaikan oleh Dinas Perindagkop UMKM, namun terdapat beberapa hambatan dalam penyampaian informasi
mengenai keberadaan pameran tersebut. Kurangnya koordinasi antara Dinas Perindagkop UMKM dengan para pelaku usaha pengolah limbah tunggak jati
yang menyebabkan informasi sulit tersampaikan. Sehingga meskipun Dinas
42
Perindagkop telah berperan sebagai lembaga yang menaungi usaha pengolahan limbah tunggak jati dalam memberikan pelatihan dan informasi terkait pameran,
dirasakan oleh para pelaku usaha fungsinya sebagai lembaga yang berperan menaungi kegiatan usahatani pengolahan limbah tunggak jati masih kurang
efektif.
6.3. Sumber Daya Manusia Usaha Pengolahan Limbah Tunggak Jati
Sumberdaya manusia merupakan faktor yang penting dalam pembentukan kualitas hasil usaha pengolahan limbah tunggak jati. Sumberdaya yang baik dan
profesional akan menghasilkan produk yang baik juga. Kegiatan usaha ini merupakan usaha padat karya, dimana nilai tambah terdapat karena adanya suatu
karya pada kerajinan tersebut, seperti halnya dalam bentuk ukir-ukiran. Tipe sumberdaya manusiatenaga kerja kegiatan usaha pengolahan limbah
tunggak pohon jati di Kecamatan Jiken adalah tenaga kerja tradisional. Disebut demikian karena sebagian besar tenaga kerja tersebut memiliki keahlian secara
otodidak dan bukan merupakan tenaga kerja profesional. Rata-rata upah yang mereka dapat berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp. 65.000 setiap harinya.
Berbeda dengan usaha lainnya yang sejenis, seperti halnya usaha pengolahan kayu ukir-ukiran Jepara. Pada usaha tersebut telah menggunakan
tenaga kerja yang professional. Dapat dikatakan professional, karena tenaga kerja yang digunakan sebagian besar berasal dari sekolah ukir yang berada di Kota
Jepara tersebut. Maka dari itu, upah yang mereka dapatkan juga lebih besar dari upah tenaga kerja usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati.
Kelemahan sumberdaya manusiatenaga kerja kegiatan usaha pengolahan limbah tunggak jati adalah pada tingkat pendidikannya yang sebagian besar hanya
lulusan SMP. Menurut Siregar 2009 dimana tingkat pendidikan akan mempengaruhi pengorganisasian manajemen. Pengaruhnya adalah kepada
manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk berkembang dengan optimal. Maka dari itu, kegiatan usaha pengolahan limbah
tunggak jati di Kecamatan Jiken Kabupaten Blora sulit untuk berkembang. Sehingga perlu memperbaiki system manajemen pengelolaan usaha, bagaimana
usaha tetap dapat berjalan optimal dengan tenaga kerja berpendidikan rendah.
6.4. Rantai Pemasaran Usaha Pengolahan Limbah Tunggak Jati