51
, nilai tambah yang dianalisis adalah pada produk Meja produk meja akar dapat
lihat
pada Bulan Maret 2011
Nilai
7.1.1. Analisis Nilai Tambah Kerajinan Meja Akar. .
Pada analisis ini akar. Hasil analisis nilai tambah kerajinan tunggak jati
di di Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Analisis Nilai Tambah Kerajinan Meja Akar di Kecamatan Jiken
No Variabel
1 Harga Produk Rata-Rata RPUnit
580.000 2
Biaya input Rata-Rata 252.400
Biaya Upah Rata-Rata Tenag 3
a Kerja RpHOK 50.000
ah Rptunggak
3 ak
k 4
4 Nilai tamb
27.600 5
Pendapatan Tenaga Kerja Rptungg 72.368
6 Keuntungan Rptungga
255.231 7 Marjin
Rptunggak 34.000
Sumb : Dat
Pada analisis ini produksi rata-rata dari meja akar adalah sebesar 22 nversi untuk analisis ini dihitung berdasarkan
embag
14 orang tenaga kerja. Semua tenaga kerja rsebu
er a Primer Diolah 2011
8 meja akar lampiran 1. Nilai faktor ko
p ian antara nilai output yang dihasilkan dengan input yang digunakan.
Faktor konversi pada analisis tabel di atas nilainya adalah sebesar satu. Artinya untuk menghasilkan satu unit meja akar, dibutuhkan sebanyak satu tunggak
sebagai bahan bakunya lampiran 1. Tenaga kerja rata-rata yang dibutuhkan dalam pengolahan limbah tunggak
pohon jati menjadi meja akar adalah te
t adalah laki-laki. Upah rata-rata yang dibayarkan adalah sebesar Rp 50.000 per HOK. Nilai koefisien tenaga kerja didapatkan dari pembagian jumlah
total hari kerja HOK selama satu periode satu bulan. Nilai koefisien tenaga kerja sebesar 1,45 lampiran. Nilai tersebut menunjukkan jumlah hari orang kerja
HOK yang diperlukan untuk memproduksi satu unit meja akar dibutuhkan tenaga kerja sebesar 1,45 HOK.
52
ntuk meja akar ini sebesar Rp 146.000. Untuk empr
alah sebesar Rp 580.000.
ainnya per unit meja akar. Nilai mbah
asio 22,09 dari nilai produknya. Hal ini berarti bahwa 22,09 dari nilai tambah merupakan
Biaya input rata-rata terdiri dari biaya bahan baku dan biaya sumbangan input lain. Biaya bahan baku u
m oduksi satu unit meja akar ini, diperlukan input lainnya seperti flitur, lem
serta melamin. Biaya tersebut merupakan biaya finishing. Biaya finishing rata-rata untuk setiap unit meja akar adalah sebesar Rp 106.400.
Nilai produk diperoleh dari perkalian faktor konversi dengan harga produk. Harga produk rata-rata untuk satu unit meja ad
karena faktor konversi adalah sebesar satu, sehingga nilai produk untuk meja akar adalah tetap sebesar Rp 580.000 lampiran 1.
Nilai tambah merupakan hasil pengurangan nilai produk dengan harga bahan baku tunggak dan sumbangan input l
ta yang diperoleh dari pengolahan adalah sebesar Rp 327.600 dengan rasio
nilai tambah sebesar 56,48 dari nilai produknya. Artinya dari Rp 580.000 per unit nilai produk, maka 56,48 merupakan nilai tambah dari pengolahan produk.
Nilai tambah ini merupakan nilai tambah kotor bagi pengolah, karena belum dikurangi imbalan bagi tenaga kerja. Nilai tambah tercipta karena adanya proses
pengolahan dari bahan baku produk. Nilai tambah yang mencapai lebih dari setengah harga produk tersebut karena produk ini menggunakan bahan baku
limbah, sehingga harga bahan bakunya tidak mahal namun harga jualnya tetap tinggi. Sehingga nilai tambahnya yang tinggi, meskipun diantara produk yang lain
nilai tambah pada meja akar adalah nilai tambah yang paling rendah. Imbalan tenaga kerja didapatkan dari perkalian koefisien tenaga kerja
dengan upah rata-rata per HOK, yaitu sebesar Rp 72.368 dengan r
53
bala
Marjin ini kemudian didistribusikan menjadi imbalan tenaga
kar tersebut. Hal ini dikarenakan ermin
im n yang diterima bagi tenaga kerja. Setiap unit penjualan meja akar,
keuntungan yang didapatkan oleh pelaku usaha adalah sebesar Rp 255.231 dengan rasio 44,01 dari nilai produknya. Artinya bahwa sebesar 44,01 dari nilai
produk merupakan keuntungan yang diterima pelaku usaha. Keuntungan ini merupakan nilai tambah bersih karena telah dikurangi dengan imbalan tenaga
kerja. Sehingga keuntungan merupakan nilai tambah yang hanya dirasakan bagi para pelaku usaha.
Berdasarkan analisis nilai tambah ini diperoleh marjin dari pengolahan limbah tunggak pohon jati. Marjin ini merupakan selisih nilai produk dengan nilai
input bahan baku. kerja, sumbangan input lain dan keuntungan perusahaan. Marjin yang diperoleh
dari setiap unit penjualan meja akar adalah sebesar Rp 434.000. marjin yang didistribusikan untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp 72.368 atau sebesar 16,67
dari total marjin. Marjin untuk sumbangan input lain adalah sebesar Rp 106.400 atau sebesar 24,52 dari total marjin. Sedangkan marjin untuk keuntungan usaha
adalah Rp 255.231 atau sebesar 58,81 yang merupakan imbalan bagi pelaku usaha atas penggunaan modal dan manajemen.
Pada kerajinan meja akar ukir ini meskipun nilai tambah produk tersebut merupakan nilai tambah yang paling rendah dibandingkan dengan produk lainnya,
pengusaha tetap memproduksi produk meja a p
taan terhadap meja akar memang lebih banyak dibanding permintaan terhadap produk-produk lainnya. Selain itu, para pelaku usaha pengolahan limbah
tunggak jati memang masih bergantung pada pemesanan dari reseller dan belum dapat menciptakan pasarnya sendiri. Sehingga produksi setiap bulannya meja akar
54
roduk meja akar ukir dapat dilihat
pada Bulan Maret 2011
memang lebih banyak dari produk-produk lainnya meskipun nilai tambahnya paling rendah disbanding produk lainnya. Untuk imbalan bagi tenaga kerja yang
hanya 22,09 dari nilai tambahnya menandakan bahwa sebagian besar nilai tambah merupakan imbalan bagi pelaku atas modal yang digunakan. Selain itu,
karena kerajinan meja akar ini tanpa ukir sehingga imbalan bagi tenaga kerja hanya 22,09 dari nilai tambah atau hanya 16,67 dari total marjinnya. Karena
permintaan memang banyak, dan nilai tambahnya yang kurang dibanding dengan produk lainnya sehingga perlu pengembangan dalam pengolahan meja akar agar
nilai tambahnya menjadi lebih tinggi. Nilai tambah yang dihasilkan pada kegiatan usaha ini adalah pada proses pembentukan tunggak menjadi sebuah meja. Maka
untuk meningkatkan nilai tambahnya, proses pembentukannya perlu dikembangkan seperti pemberian aksen ukir.
7.1.2. Analisis Nilai Tambah Kerajinan Meja Akar Ukir