71
di Kecamatan Jiken. Sehingga didapat upah bagi tenaga kerja
satu manfaat ekonomi yang timbul dari kegiatan erja sehingga mengurangi tingkat
Tunggak Jati di Kecamatan Jiken 2011.
orang. Sehingga pendapatan rata-rata setiap tenaga kerjanya setiap bulan adalah sebesar 1,34 juta.
Pendapatan bagi tenaga kerja secara agregat dapat dihitung dengan pendekatan upah bagi tenaga kerja secara agregat. Pendapatan secara agregat
tersebut adalah jumlah seluruh pendapatan bagi tenaga kerja pengrajin limbah tunggak pohon jati
secara agregat adalah sebesar Rp 370,69 juta. Artinya kegiatan usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati menghasilkan manfaat ekonomi di Kecamatan Jiken
dalam bentuk pendapatan bagi tenaga kerja sebesar Rp 370,69 juta. Maka, pendapatan agregat bagi tenaga kerja yag dihasilkan dalam waktu satu tahun
adalah sebesar Rp 4,44 milyar.
7.3. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja
Kegiatan pengolahan limbah tunggak jati menjadi kerajinan berupa meja akar, meja ukir, lemari display hingga patung ukir pada akhirnya menghasilkan
manfaat-manfaat ekonomi. Salah usaha tersebut adalah terserapnya tenaga k
pengangguran. Jumlah penyerapan tenaga kerja sebagai pengrajin dari kegiatan pengolahan limbah tunggak jati terdapat pada Tabel 18:
Tabel 18. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja Sebagai Pengrajin Limbah
No. Tahun
Jumlah
1 2011 278
2 2002 38
Total Penyerapan Tenaga Kerja 240
Sumber : Dinas Perindagkop UMKM Kab. Blora 2003 dan Data Primer
Pen tingkat penyerapan dan
pertumbuhan tenaga kerja sebelum adanya kebijakan dari Perum Perhutani dalam
Diolah 2011.
yerapan tenaga kerja yang dianalisis adalah
72
b tuk ker
n sesudah adanya kerjasama dengan LMDH. isis pada
hun 2002 dan pada tahun 2011 dengan menggunakan rumus pertumbuhan, sehingga dapat diketahui presentase pertumbuhan tenaga kerjanya. Jumlah tenaga
kerja sebagai pengolah limbah tunggak jati pada tahun 2002 hanya sebanyak 38 orang. Namun setelah didirikannya LMDH pada tahun 2003 oleh pihak Perum
Perhutani, sebagai salah satu program dari PHBM Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat maka banyak masyarakat yang mulai bermata pencaharian sebagai
pengolah limbah tunggak pohon jati. Pada maret 2011, jumlah tenaga kerja sebagai pengolah limbah tunggak jati ada 278 orang. Sehingga kegiatan usaha
tersebut dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 240 orang. Pertumbuhan tenaga kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
presentase jumlah tenaga kerja sebagai pengolah limbah tunggak jati pada saat ini maret 2011 terhadap jumlah tenaga kerja kegiatan usaha tersebut pada tahun
2002. Maka presentase pertumbuhannya:
38
Sumber : Dinas Perindagkop UMKM 2003 dan Data Primer Diolah 2011 bahwa dari jumlah tenaga kerja pada
lah tenaga kerja pada tahun 2011 sebanyak 78 or ng seh
an tenaga kerja
jumlah tenaga kerja pada tahun 2002 sebelum adanya LMDH. en
jasama dengan LMDH da LMDH terbentuk pada tahun 2003, sehingga pertumbuhan yang dianal
ta
ΔTK = 278 - 38 x 100 = 631,58
Pada gambar diatas dapat dilihat tahun 2002 sebanyak 38 orang dan jum
2 a
ingg ap
a menghasilkan pertumbuhan penyer sebanyak 631,58. Artinya, jumlah tenaga kerja pada tahun 2011 sebesar 6,3 kali
73
tersebut adalah syar
lomp
diserap dari kegiatan Selain tenaga kerja sebagai pengrajin limbah tunggak pohon jati,
penyerapan tenaga kerja yang tercipta adalah pada tenaga kerja sebagai pemasok bahan baku limbah tunggak pohon jati. Pemasok bahan baku
ma akat yang berasal dari tiga desa sekitar hutan di Kecamatan Jiken, yaitu
Desa Jiken, Desa Nglebur dan Desa Cabak. Para pelaku usaha telah memiliki masing-masing langganan dalam
memasok bahan baku yang mereka butuhkan. Para pemasok tersebut terbentuk dalam satu kelompok dengan jumlah anggotanya rata-rata 6 orang setiap
ke oknya. Sehingga untuk seluruh kegiatan usaha pengolahan limbah tunggak
pohon jati yang berjumlah 23 pelaku usaha, jumlah pemasok bahan baku di Kecamatan Jiken adalah sebanyak 138 orang lampiran 6.
Kegiatan usaha pengolahan limbah pohon jati di Kecamatan Jiken menyerap tenaga kerja baik sebagai pengrajin limbah atau pemasok limbah
tersebut. bila dijumlahkan, total tenaga kerja yang dapat usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati adalah sebesar 416 orang lampiran
6.
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1 Kesimpulan
1. Karakteristik usaha dari usaha pengolahan limbah tunggak pohon jati ini
termasuk kedalam skala usaha mikro, dengan SDM tradisional, lembaga kelompok usaha dalam bentuk paguyuban yang kurang aktif dan akses
terhadap pasarnya yang cenderung sulit karena kegiatan pengolahan limbah tunggak jati memang belum umum. Rantai pemasaran dari
kegiatan ini adalah dimulai dari pemasok bahan baku, pengrajin limbah tunggak, reseller atau pedagang perantara dan yang terakhir adalah
konsumen akhir. Fungsi dari rantai pemasaran optimal pada pemasok bahan baku hingga pengolahan. Namun, masih tergantung dengan pembeli
tetap dan produk yang dibuat hanya berdasarkan order sehingga pemilik usaha tidak dapat menentukan produk yang dijual.
2. Nilai tambah yang dihasilkan pada masing-masing produk adalah pada
produk meja akar sebesar 56,48 dari nilai produknya, produk meja ukir 75,97 dari nilai produknya, produk lemari display sebesar 67,99 dan
produk patung ukir sebesar 73,05 dari nilai produknya. Pendapatan rata- rata bagi usaha yang dihasilkan adalah sebesar Rp 35,40 juta sehingga
pendapatan usaha secara agregat adalah sebesar Rp 9,77 milyar. Pendapatan bagi tenaga kerja dalam bentuk biaya upah tenaga kerja yang
harus dikeluarkan bagi setiap pelaku usaha adalah sebesar Rp 16,11 juta, sehingga pendapatan bagi tenaga kerja secara agregat adalah sebesar Rp
4,44 milyar.