53 Nilai-nilai tersebut didistribusikan ke persamaan 6.1 sehingga diperoleh:
Y =2,876616969-0,001722615X ....................................................................... 6.2 Berdasarkan persamaan OLS diatas diperoleh nilai parameter α dan β sebesar
2,876616969 dan -0,001722615 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan effort sebesar satu satuan trip, maka jumlah produksi per unit upaya akan menurun
sebesar 0,001722615 ton per trip. Parameter alpha dan beta digunakan dalam menentukkan tingkat produksi pada pengelolaan MSY, MEY dan open access.
6.7 Pendugaan Parameter Ekonomi
6.7.1 Pendugaan Biaya
Parameter biaya yang dikaji hanya terkait pada biaya variabel per hari operasi dengan nilai diasumsikan konstan. Data parameter biaya diperoleh dari
data primer melalui wawancara dengan nelayan. Rata-rata struktur biaya variabel ini merupakan biaya nominal yang diperoleh dari persamaan 4.5. Rata-rata
struktur biaya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Biaya Riil Ikan Teri di Kabupaten Asahan Tahun 2002-2010 Tahun
Biaya Nominal Rupiah
IHK 2007
Biaya Riil Rupiah
2002 1.443.054,22
64,88 2.224.216,35
2003 1.787.339,22
67,62 2.643.069,81
2004 1.675.679,22
72,22 2.320.178,04
2005 2.908.591,72
88,41 3.290.003,09
2006 2.908.591,72
93,81 3.100.558,78
2007 2.908.591,72
100,00 2.908.591,72
2008 3.466.891,72
110,72 3.131.224,46
2009 3.001.641,72
113,61 2.642.062,55
2010 3.001.641,72
112,70 2.663.424,61
Rata-rata 2.566.891,44
91,55 2.769.258,82
Sumber: Hasil Analisis Data, 2012
Berdasarkan Tabel 16 di atas diperoleh rata-rata biaya riil sebesar Rp 2.769.258,82 per unit biaya. Biaya variabel untuk alat tangkap pukat teri ini terdiri
dari pangan, tenaga kerja, solar, oli dan biaya perawatan.
54
6.7.2 Pendugaan harga
Pendugaan harga dalam sektor perikanan menggunakan harga riil yang diperoleh dari persamaan 4.6 untuk mengurangi pengaruh inflasi. Pengukuran
harga riil tersebut disesuaikan dengan IHK untuk komoditas perikanan yang berlaku di Kabupaten Asahan. Harga riil ikan teri dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Harga Riil Ikan Teri di Kabupaten Tahun 2002-2010 Tahun
Harga NominalTon Rupiah
IHK 2007 Harga RiilTon
Rupiah
2002 10.250.000,00
64,88 15.798.586,97
2003 13.500.000,00
67,62 19.963.441,76
2004 14.000.000,00
72,22 19.384.672,35
2005 12.383.000,00
88,41 14.006.815,75
2006 10.766.000,00
93,81 11.476.556,05
2007 20.812.500,00
100,00 20.812.500,00
2008 30.859.000,00
110,72 27.871.206,65
2009 37.539.000,00
113,61 33.042.046,82
2010 30.403.000,00
112,70 26.977.269,81
Rata-rata 17.682.954,55
91,55 21.037.010,68
Sumber: Hasil Analisis Data, 2012
Tabel 17 menunjukkan nilai IHK berfluktuasi setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh kodisi sosial, ekonomi dan politis yang terjadi di masyarakat.
Rata-rata harga riil sumberdaya ikan teri adalah Rp 21.037.010,68 per ton. Umumnya harga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa
komoditas ikan teri merupakan komoditas yang berperan penting dalam perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan.
6.8 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri
Analisis bioekonomi dilakukan untuk menentukan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal dan berkelanjutan. Pendekatan ini
menggunakan formula perhitungan pengelolaan ikan teri dengan pendekatan model Gordon- Schaefer. Selanjutnya diperoleh kondisi perikanan sumberdaya
ikan teri dari alat tangkap pukat teri yang digunakan di perairan Kabupaten Asahan yaitu pada kondisi Maximum Sustainable Yield MSY, kondisi Maximum