Persepsi mengenai Sistem Perizinan Kapal

73

3. Persepsi terhadap Program Pemerintah

Persepsi nelayan ikan teri mengenai adanya penyuluhan dari pemerintah berdasarkan umur bervariasi. Secara rinci persepsi terhadap program pemerintah berdasarkan umur disajikan pada Tabel 35. Tabel 35. Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Umur a. Persepsi Mengenai Adanya Penyuluhan dari Pemerintah terkait Pelestarian Sumberdaya Ikan Teri Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 5,0 2,5 7,5 0,0 31-40 5,0 17,5 7,5 12,5 0,0 41-50 0,0 17,5 5,0 5,0 0,0 50 2,5 5,0 2,5 5,0 0,0

b. Persepsi mengenai Adanya Bantuan dari Pemerintah

Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 12,5 2,5 0,0 0,0 31-40 10,0 17,5 5,0 5,0 5,0 41-50 2,5 7,5 2,5 2,5 12,5 50 5,0 0,0 2,5 7,5 0,0 Sumber: Hasil Analisis Data, 2012 Sebagian besar nelayan berumur 21-30 tahun menjawab lebih mengetahui sedangkan nelayan yang berumur 31-40 dan 41-50 menjawab kurang mengetahui mengenai penyuluhan pemerintah. Persepsi nelayan yang berumur 41-50 dan di atas 50 tahun memiliki persepsi yang lebih baik mengenai adanya bantuan dari pemerintah. Nelayan yang berumur kurang dari 40 tahun kurang mengetahui mengenai bantuan dari pemerintah.

4. Persepsi terhadap Lingkungan

Nelayan ikan teri yang berumur 50 tahun memiliki persepsi yang lebih baik dibanding yang lainnya. Sebagian besar nelayan yang berusia 50 tahun sangat mengetahui mengenai bahaya pencemaran di laut. Nelayan yang berusia ≤ 50 tahun hanya mengetahui mengenai bahaya pencemaran di laut. Rincian persepsi terhadap lingkungan dapat dilihat pada Tabel 36 sebagai berikut: Tabel 36. Persepsi terhadap Lingkungan Berdasarkan Umur Persepsi Mengenai Bahaya Pencemaran di Laut Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 5,0 5,0 2,5 2,5 31-40 10,0 2,5 15,0 7,5 7,5 41-50 7,5 5,0 10,0 0,0 5,0 50 2,5 5,0 2,5 0,0 5,0 Sumber: Hasil Analisis Data, 2012 74 Hasil pengujian dengan analisis ragam menunjukkan bahwa usia tidak berpengaruh nyata dalam membedakan persepsi nelayan terhadap keberlanjutan kegiatan perikanan teri. Faktor perbedaan usia pada nelayan di Kabupaten Asahan ini tidak begitu berpengaruh terhadap persepsi mereka. Perbedaan persepsi disebabkan karena perbedaan jenjang pendidikan atau perbedaan cara masing- masing responden dalam mendapatkan informasi terhadap hal-hal yang berkaitan dengan perikanan teri.

6.11 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri di Perairan

Kabupaten Asahan Berdasarkan hasil pengkajian stok stock assessment, saat ini kondisi aktual sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Asahan diduga telah mengalami overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. Kondisi overfishing ini disebabkan oleh jumlah penangkapan ikan teri yang melebihi kondisi maksimum yang sustainable secara biologi, tingkat effort yang lebih tinggi dari kondisi open access, serta rasio biaya yang lebih besar dibandingkan harga. Jika kondisi ini terus berlangsung maka dikhawatirkan stok ikan teri terus mengalami penurunan. Pengelolaan sumberdaya ikan teri dapat diarahkan pada kondisi MEY dan kondisi MSY. Jika pengelolaan diarahkan pada kondisi MEY maka effort harus ditekan sampai pada angka 776,60 unit pukat teri, artinya jumlah effort aktual harus dikurangi sebesar 170,62 unit pukat teri. Rente ekonomi yang diperoleh pada kondisi ini mencapai tingkat maksimum. Tenaga kerja yang dapat diserap lebih sedikit bila kebijakan ini diterapkan sehingga akan meningkatkan jumlah pengangguran. Menurut Widodo dan Suadi 2006, pada kenyataannya orang akan lebih mudah diajak untuk menangkap lebih banyak ikan daripada mengejar nilaiekonomi yang abstrak sehingga kebijakan ini sulit untuk dilakukan. Pengelolaan sumberdaya ikan teri membutuhkan pertimbangan ekonomi untuk menghindari terjadinya over exploitation dan pertimbangan biologis untuk menjaga mortalitas penangkapan agar tidak melampaui kemampuan populasi untuk bertahan serta untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan teri. Jika kebijakan pengelolaan diarahkan pada kondisi MSY dengan menekan effort