Pengelolaan Sumberdaya Perikanan TINJAUAN PUSTAKA

18 daerah ini sebesar 359 unit sedangkan yang ada sekarang 401 unit, sehingga diperlukan pengurangan 42 unit. Penelitian Siagian 2002 dan Lubis 1990 memiliki persamaan alat analisis berupa analisis bioekonomi dalam menentukan perikanan tangkap yang optimal dan memiliki persamaan wilayah penelitian yaitu Pantai Timur Sumatera Utara. Surbakti 2012 melakukan penelitian Analisis Musim dan Daerah Penangkapan Ikan Teri Stolephorus sp. Berdasarkan Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga, Sumatera Utara. Tujuan penelitian adalah menentukan pola musim penangkapan ikan teri di Perairan Sibolga. Hasil penelitian adalah puncak musim penangkapan ikan teri di Perairan Sibolga terdapat pada musim barat Desember-Februari dengan Indeks Musim Penangkapan IMP sebesar 134,56. Akbar 2010, melakukan penelitian mengenai Kajian Ekonomi Sumberdaya Perikanan Tangkap di Kabupaten Pemalang. Tujuan penelitian adalah mengkaji alokasi optimum pemanfaatan sumberdaya ikan teri dengan menggunakan model bioekonomi. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hasil perhitungan optimum menghasilkan kondisi optimal nilai biomassa x 159.221 tontahun, hasil tangkapan lestari h 75.110 tontahun, dan effort E nelayan sebesar 3.657 triptahun. 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan mulai dari ikan pelagis besar dan kecil, ikan demersal, ikan karang konsumsi, udang, lobster dan cumi- cumi di sebelas wilayah pengelolaan perikanan telah banyak yang mengalami fenomena overfishing. Selat Malaka WPP-NRI 571 merupakan salah satu wilayah penangkapan ikan yang diduga telah mengalami overfishing. Jenis perikanan yang dapat dimanfaatkan di Selat Malaka beraneka ragam. Salah satu jenis ikan yang paling banyak dimanfaatkan adalah ikan pelagis kecil. Ikan teri termasuk golongan ikan pelagis kecil banyak dimanfaatkan dan produksi tiap tahunnya terus meningkat. Kabupaten Asahan merupakan kabupaten yang daerah pemanfaatan ikan tangkapnya berada di Selat Malaka. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Asahan memproduksi ikan teri dalam jumlah besar hingga ratusan ton. Potensi ekonomi ini memberikan dampak positif dan negatif bagi sumberdaya ikan teri. Keberadaan ikan teri memberikan pengaruh positif bagi pendapatan nelayan Kabupaten Asahan tetapi dorongan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar memicu terjadinya overfishing sehingga memberikan dampak negatif bagi keberadaan ikan teri di masa datang. Operasi penangkapan merupakan salah satu wujud dari proses produksi perikanan. Produksi perikanan sangat tergantung dari sumberdaya perikanan dan faktor-faktor ekonomi yang digunakan oleh nelayan dalam melakukan usaha penangkapan ikan. Input yang digunakan dalam usaha produksi penangkapan ikan adalah alat tangkap dan upaya penangkapan, biaya per trip, harga jual hasil tangkapan. Nelayan umumnya tidak memperhatikan tingkat pemanfaatan yang telah dilakukan sudah melebihi batas lestari atau belum sehingga nelayan akan merugi ketika jumlah tangkapan semakin sedikit. Selama ini aspek biologi secara parsial telah mendapatkan perhatian yang cukup besar, sementara aspek ekonomi serta interaksi bioekonomi belum begitu diperhatikan. Penelitian ini menggunakan analisis bioekonomi dengan metode Gordon-Schaefer untuk menghitung MSY dan MEY ikan teri di Kabupaten Asahan.