12 Sehingga diperoleh CPUE :
................................................................................................ 2.11 Dengan:
............................................................................................................. 2.12 ...................................................................................................... 2.13
Gordon 1954 dalam Fauzi 2010, mengembangkan aspek ekonomi pengelolaan perikanan berbasis model biologi Schafer. Asumsi yang digunakan
dalam pengembangan model Gordon Schaefer ini antara lain: 1.
Harga per satuan output Rpkg diasumsikan konstan atau kurva permintaan diasumsikan elastis sempurna.
2. Biaya per satuan upaya c dianggap konstan
3. Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal
4. Struktur pasar bersifat kompetitif
5. Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan tidak memasukkan faktor
pasca panen.
2.3 Laju Degradasi Sumberdaya
Degradasi mengacu pada penurunan kuantitas sumberdaya alam yang dapat terbarukan renewable resources. Artinya kemampuan alami sumberdaya
alam dapat terbarukan untuk beregenerasi sesuai kapasitas produksinya berkurang. Kondisi ini terjadi baik secara alami maupun pengaruh dari aktivitas
manusia. Degradasi sering terjadi akibat aktivitas yang dilakukan manusia. Aktivitas tersebut berupa aktivitas produksi seperti penangkapan ikan berlebihan
maupun non-produksi seperti pencemaran limbah Fauzi dan Anna, 2005. Pentingnya analisis perhitungan kerusakan lingkungan yang berkaitan
dengan degradasi sumberdaya alam adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan komperehensif mengenai kondisi sumberdaya. Hal ini dapat dijadikan
dasar dalam penentuan kebijakan yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya untuk mencapai pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
Fauzi dan Anna, 2005.
13
2.4 Laju Depresiasi Sumberdaya
Menurut Fauzi dan Anna 2005, depresiasi merupakan pengukuran deplesi dan degradasi yang dirupiahkan. Degradasi mengacu pada indikator
besaran fisik dimana depresiasi sumberdaya ditujukan untuk mengukur perubahan nilai moneter dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Nilai depresiasi ini mengacu
pada nilai riil bukan nilai nominal yang merupakan indikator perubahan harga seperti inflasi dan Indeks Harga Konsumen yang berlaku untuk setiap komoditi
sumberdaya alam. Perikanan termasuk ke dalam sumberdaya alam yang dapat diperbaharui renewable resources sehingga depresiasi pada sumberdaya
perikanan mengacu pada pengukuran nilai moneter dari degradasi perikanan Fauzi dan Anna, 2005.
2.5 Persepsi Nelayan dalam Pemanfaatan Perikanan
2.5.1 Persepsi Nelayan
Persepsi merupakan konsep dan kajian psikologi. Langevelt 1996 dalam Harianto 2001 mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap
suatu obyek stimulus. Individu akan memberikan reaksi respon berupa penerimaan dan penolakan akibat adanya stimulus. Konteks persepsi terhadap
kelestarian sumberdaya ikan teri adalah respon nelayan terhadap penurunan jumlah populasi ikan teri.
Menurut Saarinen 1996, persepsi sosial social perception berkaitan dengan pengaruh faktor-faktor sosial dan budaya. Persepsi dibutuhkan dalam
pembentukan sikap dan perilaku individu. Asngari 1984 menyatakan bahwa persepsi individu terhadap lingkungan merupakan faktor penting dalam
menentukan sikap dan tindakan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, persepsi tidak bersifat statis. Persepsi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor
internal adalah nilai-nilai dalam diri yang dipadukan dengan hal-hal yang mencakup panca indera. Faktor ini kemudian dipadukan dengan faktor eksternal
seperti keadaan lingkungan fisik dan sosial yang direspon melalui tindakan. Menurut Effendy 1984, persepsi individu dipengaruhi oleh tiga faktor: 1 diri
orang yang bersangkutan sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman, dan
14 harapan; 2 sasaran persepsi orang, benda atau peristiwa; 3 situasi keadaan
lingkungan.
2.5.2 Peranan Persepsi Nelayan dalam Pemanfaatan Perikanan
Persepsi nelayan tidak hanya mempengaruhi rencana pengelolaan sumberdaya perikanan tetapi juga menjadi tujuan dalam pengelolaan perikanan.
Menurut Fauzi 2010, pengelolaan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan diperlukan karena regulasi diperlukan untuk mendorong terjadinya efisiensi dalam
pengelolaan perikanan yang bersifat barang publik. Teori Gordon- Schaefer telah membuktikan bahwa perikanan yang tidak diatur open access cenderung
menimbulkan inefisiensi karena terlalu banyak input yang digunakan. Pemanfaatan sumberdaya memerlukan regulasi untuk meningkatkan
kualitas serta bobot dan ukuran ikan yang ditangkap dan untuk menghindari konflik antar pengguna sumberdaya, serta mencegah pemborosan tenaga kerja dan
modal serta untuk mendorong alokasi sumberdaya yang efisien. Pengelolaan terhadap sumberdaya ikan diperlukan dalam bentuk pengendalian jumlah, ukuran,
atau jenis ikan yang ditangkap dan pengendalian upaya tangkapan serta bentuk pengelolaan lainnya untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Pengelolaan ini
bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap stok ikan sehingga sumberdaya berada pada kondisi Maximum Economic Yield sehingga rente yang diterima
masyarakat berada pada tingkat maksimum Fauzi, 2010.
2.6 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Indonesia menempatkan manajemen sumberdaya perikanan pada visi pembangunan perikanan dan kelautannya. Visi pembangunan perikanan Indonesia
adalah mewujudkan usaha perikanan produktif dan efisien berdasarkan pengelolaan manajemen sumberdaya perikanan secara bertanggung jawab
DKP, 2001 dalam Nikijuluw, 2005. Upaya pengelolaan sumberdaya harus dilaksanakan secara terpadu dan terarah dengan melestarikan sumberdaya itu
sendiri beserta lingkungannya. Pengelolaan perikanan bersifat kompleks mencakup aspek biologi, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan politik. Tujuan
dikelolanya perikanan antara lain tercapainya optimalisasi ekonomi pemanfaatan
15 sumberdaya ikan sekaligus terjaga kelestariannya. Menurut Cochrane 2002
dalam Mulyana 2007, tujuan goal umum dalam pengelolaan perikanan meliputi 4 empat aspek yaitu biologi, ekologi, ekonomi, dan sosial. Tujuan
sosial meliputi tujuan-tujuan politis dan budaya. Contoh masing-masing tujuan tersebut yaitu:
a. tujuan biologi, menjaga sumberdaya ikan pada kondisi atau diatas tingkat
yang diperlukan bagi keberlanjutan produktivitas b.
tujuan ekologi, meminimalkan dampak penangkapan ikan bagi lingkungan fisik serta sumberdaya non-target by-catch, serta sumberdaya lainnya yang
terkait c.
tujuan ekonomi, memaksimalkan pendapatan nelayan d.
tujuan sosial, memaksimalkan peluang kerjamata pencaharian nelayan atau masyarakat yang terlibat
Lebih lengkap, tujuan pengelolaan perikanan ini tercantum pada pasal 3UU No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Definisi ”pengelolaan sumberdaya
perikanan”, mengacu kepada UU No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,
analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di
sektor perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati
perairan dan tujuan yang telah disepakati. Nabunome 2007 merekomendasikan supaya ada pengaturan ukuran mata
jaring, kontrol terhadap musim dan daerah penangkapan, pengurangan jumlahupaya tangkap, dan pengaturan waktu penangkapan untuk menghindari
konflik antar nelayan sebagai hasil penelitiannya tentang pengelolaan sumberdaya ikan demersal studi empiris di Kota Tegal, Jawa Tengah.
2.7 Kebijakan dan Peraturan Pemerintah
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar, tetapi potensi tersebut jika tidak dikelola secara baik maka
sumberdaya tersebut akan punah. Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan
16 dan peraturan sejak tahun 1973 sampai tahun 2007 untuk mengatur tentang
pemanfaatan, pemasaran dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Ada 16 perundang-undangan perikanan nasional yang berlaku di Indonesia. Perundang-
undangan ini meliputi semua aspek dari sektor perikanan mulai dari kegiatan penangkapan ikan, pengelolaan sampai dengan pemasarannya.
Peraturan yang secara langsung berkaitan dengan penelitian ini adalah Undang-Undang No.45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Dalam Undang-Undang ini juga mengatur pengelolaan perikanan di Indonesia. Sesuai pasal 7 ayat 4 dijelaskan
bahwa menteri mengatur jumlah tangkapan yang diperbolehkan, jenis, jumlah, ukuran, daerah, jalur, waktu, musim penangkapan ikan disesuaikan dengan
potensi dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Komisi Nasional yang mengkaji sumberdaya ikan.
2.8 Instrumen Kebijakan Sumberdaya Perikanan
Menurut Widodo dan Suadi 2006, sumberdaya perikanan perlu dikelola untuk menjamin pemanfaatan sumberdaya yang berkesinambungan, bertanggung
jawab, dan efisien secara ekonomi. Pembuatan kebijakan pengelolaan perikanan membutuhkan pertimbangan terhadap aspek biologi, ekologi, sosial, dan ekonomi.
Pertimbangan tersebut antara lain: 1.
Pertimbangan biologi Tugas utama dari pemanfaatan perikanan adalah menjamin bahwa
mortalitas penangkapan tidak melampaui kemampuan populasi untuk bertahan dan tidak mengancam atau merusak kelestarian serta produktivitas
dari populasi ikan yang dimanfaatkan. 2.
Pertimbangan ekologi dan lingkungan Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi dinamika dari populasi ikan,
pertumbuhan, rekruitmen, mortalitas alami, atau kombinasi itu semua sehingga perlu dipertimbangkan.
3. Pertimbangan sosial, budaya, dan kelembagaan
Populasi manusia bersifat dinamis dan perubahan sosial selalu terjadi karena dipengaruhi oleh perubahan kondisi politik dan faktor lainnya. Perubahan-