Kebijakan dan Peraturan Pemerintah

19

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan mulai dari ikan pelagis besar dan kecil, ikan demersal, ikan karang konsumsi, udang, lobster dan cumi- cumi di sebelas wilayah pengelolaan perikanan telah banyak yang mengalami fenomena overfishing. Selat Malaka WPP-NRI 571 merupakan salah satu wilayah penangkapan ikan yang diduga telah mengalami overfishing. Jenis perikanan yang dapat dimanfaatkan di Selat Malaka beraneka ragam. Salah satu jenis ikan yang paling banyak dimanfaatkan adalah ikan pelagis kecil. Ikan teri termasuk golongan ikan pelagis kecil banyak dimanfaatkan dan produksi tiap tahunnya terus meningkat. Kabupaten Asahan merupakan kabupaten yang daerah pemanfaatan ikan tangkapnya berada di Selat Malaka. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Asahan memproduksi ikan teri dalam jumlah besar hingga ratusan ton. Potensi ekonomi ini memberikan dampak positif dan negatif bagi sumberdaya ikan teri. Keberadaan ikan teri memberikan pengaruh positif bagi pendapatan nelayan Kabupaten Asahan tetapi dorongan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar memicu terjadinya overfishing sehingga memberikan dampak negatif bagi keberadaan ikan teri di masa datang. Operasi penangkapan merupakan salah satu wujud dari proses produksi perikanan. Produksi perikanan sangat tergantung dari sumberdaya perikanan dan faktor-faktor ekonomi yang digunakan oleh nelayan dalam melakukan usaha penangkapan ikan. Input yang digunakan dalam usaha produksi penangkapan ikan adalah alat tangkap dan upaya penangkapan, biaya per trip, harga jual hasil tangkapan. Nelayan umumnya tidak memperhatikan tingkat pemanfaatan yang telah dilakukan sudah melebihi batas lestari atau belum sehingga nelayan akan merugi ketika jumlah tangkapan semakin sedikit. Selama ini aspek biologi secara parsial telah mendapatkan perhatian yang cukup besar, sementara aspek ekonomi serta interaksi bioekonomi belum begitu diperhatikan. Penelitian ini menggunakan analisis bioekonomi dengan metode Gordon-Schaefer untuk menghitung MSY dan MEY ikan teri di Kabupaten Asahan. 20 Analisis bioekonomi terhadap ketersediaan stok ikan perlu dilakukan sebagai pertimbangan dalam kebijakan pengelolaan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan guna menyelaraskan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Kabupaten Asahan dengan pengelolaan yang dilakukan pemerintah. Umumnya kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan adalah sulitnya mengetahui jumlah stok ikan dan jumlah upaya optimal yang seharusnya dilakukan. Hal ini terkait dengan sifat alamiah sumberdaya ikan yang dinamis dalam ruang tiga dimensi serta tidak adanya property right yang jelas bersifat open access property sehingga menyebabkan nelayan bebas keluar masuk dalam pemanfaatan sumberdaya ikan. Analisis terhadap laju degradasi dan depresiasi di perairan Kabupaten Asahan juga dilakukan pada penelitian ini. Analisis laju degradasi dan depresiasi dapat dihitung dengan menggunakan data yang diperoleh dari hasil analisis bioekonomi. Analisis laju degradasi sumberdaya ikan teri dilakukan dengan membandingkan produksi aktual dan produksi lestari dari aktivitas perikanan. Sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Asahan akan diketahui apakah telah terdegradasi atau belum dengan analisis degradasi. Hasil analisis bioekonomi, degradasi, serta depresiasi akan menghasilkan kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan teri saat ini. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap persepsi nelayan terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Asahan. Setelah melakukan tahapan-tahapan tersebut maka kondisi pemanfaatan sumberdaya dan hasil analisis terhadap persepsi yang diperoleh untuk dijadikan sebagai justifikasi dalam menentukan pemanfaatan sumberdaya ikan teri selanjutnya. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.