Algoritma Helgeson Birnie memberikan hasil yang lebih baik dibanding algoritma Moodie Young dan Kilbridge Wester pada precedence diagram seperti
seperti Gambar 3.4.
1
3 4
5 6
7
8 9
10 6
4 3
5 5
5 2
4 4
2 2
1
3 4
5 6
7
8 9
10 6
3 5
4
5 5
2
2 4
4 2
1
3 4
5 6
7 8
9 10
6 3
5 5
4 5
2 4
4 2
2 1
3 4
5 6
7 8
9 10
6 3
5 4
5 2
4 5
2 4
2
1
3 5
4 6
7 8
9 10
6 5
5 2
4 3
4 5
2 4
2
1
3 4
7 8
5 6
9 10
6 3
5 4
5 5
2 2
4 4
2
Gambar 3.3. Precedence Diagram yang sesuai untuk Metode Moodie Young
2 2
5 5
6 3
4 4
4 5
4 4
2 2
5 5
6 3
4
5
Gambar 3.4. Precedence Diagram yang sesuai untuk Metode Helgeson Birnie
3.6. Pengukuran Waktu
Teknik pengukuran kerja dimaksudkan untuk menunjukkan isi kerja dari suatu pekerjaan. Isi kerja biasanya diukur dalam satuan waktu. Waktu yang
diambil sebagai dasar pertimbangan adalah waktu yang secara normal diperlukan oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan dengan metode
kerja terbaik. Waktu ini biasanya disebut dengan waktu baku. Secara garis besar, pengukuran waktu dibagi dalam dua bagian, yaitu :
1. Teknik pengukuran waktu kerja secara langsung Pengukuran dilakukan secara langsung di tempat dimana pekerjaan yang
bersangkutan dijalankan. Ada dua cara yang termasuk kedalam teknik ini, yaitu jam henti stop watch time study dan sampling kerja work sampling
2. Teknik pengukuran waktu kerja secara tidak langsung Pengukuran waktu kerja dilakukan tanpa si pengamat harus berada di tempat
dimana pekerjaan dilaksanakan, yaitu dengan cara membaca tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen
gerakan; yang termasuk teknik ini data waktu baku dan data waku gerakan.
3.6.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu
Aturan pengukuran yang perlu dijalankan untuk mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut akan dijelaskan dalam langkah-langkah berikut :
1. Penetapan tujuan pengukuran Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal yang penting yang harus
diketahui dan ditetapkan untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. Misalkan jika waktu standard yang akan diperoleh dimaksudkan
untuk dipakai sbagai dasar upah perangsang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan
pendapatan buruh disamping keuntungan bagi perusahaan itu sendiri. 2. Melakukan penelitian pendahuluan
Dalam penelitian pendahuluan dilakukan pengumpulan dan pencatatan semua keterangan yang dapat diperoleh mengenai kondisi pekerjaan, pekerja dan
keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi keadaan pekerjaan. Dari hasil pengukuran waktu akan diperoleh waktu yang pantas diberikan
kepada pekerja untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu kerja yang pantas merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik.
Untuk itu perlu ditetapkan kondisi kerja dan metode kerja yang baik. 3. Memilih operator
Operator yang akan diukur waktu penyelesaian pekerjaannya adalah operator yang memiliki kemampuan skill normal atau rata-rata dan dapat diajak
bekerja sama dalam kegiatan pengukuran kerja nantinya. 4. Melatih Operator
Melatih operator perlu dilakukan agar operator dapat bekerja secara konsisten. Dalam keadaan ini operator harus dilatih terlebih dahulu karena sebelum
diukur operator harus sudah terbiasa dengan kondisi dan cara yang telah ditetapkan.
5. Mengurai pekerjaan atau elemen-elemen pekerjaan
Semua pekerjaan sebelum diukur harus ditetapkan dahulu siklus kerjanya. Pekerjaan dapat dibagi kedalam elemen-elemen gerakan yang lebih kecil dan
lebih sederhana, dan selanjutnya elemen-elemen gerakan tersebutlah yang diamati.
6. Mempersiapkan alat-alat pengukuran Alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran adalah :
a. Jam henti stopwatch
b. Lembar pengamatan
c. Alat-alat tulis, seperti pensil, pena
d. Alat-alat lain yang mendukung pengukuran
3.6.2. Tahapan Penentuan Waktu Normal
Dalam menentukan waktu normal, harus diperhitungkan rating performance. Jika pekerjaoperator bekerja secara wajar rating factor rf = 1,
artinya waktu siklus rata-rata sudah normal. Jika operator bekerja terlampau lambat bekerja dibawah normal, maka rating factor rf 1, dan sebaliknya
apabila operator bekerja terlalu cepat bekerja diatas normal, maka rating factor rf 1.
Untuk menentukan apakah operator bekerja secara wajar atau tidak, maka selama melakukan pengamatan dan pengukuran waktu kerja, pengukur harus
benar-benar memperhatikan kewajaran kerja yang ditunjukkan oleh operator. Kewajaran kerja seorang operator dapat dinilai oleh pengukur dengan suatu
standar nilai yang dibuat berdasarkan konsep tentang bekerja wajar. Untuk
memudahkan pemilihan konsep wajar, seorang pengukur dapat mempelajari bagaimana seorang operator dianggap berpengalaman bekerja tanpa usaha-usaha
yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Konsep kewajaran
ini dikemukakan oleh ILO International Labour Organization. Selain konsep diatas, terdapat juga konsep lain yang lebih terperinci, yaitu
cara Westinghouse. Pada metode ini, terdapat empat faktor yang menyebabkan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi
kerja dan konsistensi. Cara-cara untuk menentukan rating performance adalah sebagai berikut :
a. Cara persentase Rating performance sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui
pengamatannya. Disini dilihat bahwa rating performance diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa cara ini merupakan
cara yang paling mudah, namun segera tampak adanya kekurangan dalam ketelitian, sebagai akibat kasarnya penilaian.
b. Cara Shumard Rating performance ditentukan berdasarkan penilaian oleh pengukur melalui
kelas-kelas performansi kerja, dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri- sendiri. Dalam hal ini pengukur diberi patokan untuk menilai performansi
kerja dari operator menurut kelas-kelas tertentu. Adapun kelas-kelas tersebut beserta dengan nilai-nilainnya pada Tabel 3.3.