9. Mesin Snapper Mesin ini memiliki fungsi yang sama seperti mesin sand blasting, yaitu
memisahkan pasir yang melekat pada produk. Cara kerja mesin ini hampir sama dengan mengebor, hanya bentuk mesinnya menyerupai senapan.
10. Mesin Pengering Pasir Sand Dryer Mesin ini terdiri dari suatu ruangan tempat mengeringkan pasir yang
dimasukkan ke dalam mesin melalui bagian depan. Ruangan kemudian dilalui oleh pasir yang dimasukkan ke dalam mesin pengaduk yang terdiri dari sebuah
bak penampung yang didalamnya terdapat baling-baling yang berputar terus menerus, kemudian ditambahkan waterglass ke dalam adukan dan dilakukan
pengadukan sampai homogen. Jumlah, jenis dan spesifikasi masing-masing mesin secara rinci dapat
dilihat pada Lampiran 2.
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Definisi Line Balancing
1
1. Menyeimbangkan stasiun kerja
Dalam lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacture dengan produksi massal, peranan perencanaan produksi sangat penting, terutama dalam
penugasan kerja pada lintas perakitan assembly line. Pengaturan dan perencanaan yang tidak tepat akan mengakibatkan setiap stasiun kerja di lintas
perakitan mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Akibat selanjutnya adalah terjadi penumpukan material di antara stasiun kerja yang tidak berimbang
kecepatan produksinya. Lini perakitan dapat didefinisikan sebagai sekelompok orang dan atau
mesin yang melakukan tugas-tugas sekuensial dalam merakit suatu produk. Lini perakitan merupakan lini produksi di mana material melewati stasiun kerja yang
mengerjakan perakitan. Pada lini perakitan, secara garis besar, ada dua tujuan yang harus dicapai,
yaitu :
2. Menjaga lini perakitan secara kontinu
Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menyeimbangkan lintasan line balancing.
1
Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 118-119
3.1. Pengertian Keseimbangan Lintasan Produksi
Keseimbangan lintasan adalah upaya untuk meminimumkan ketidakseimbangan di antara mesin-mesin atau personil untuk mendapatkan waktu
yang sama di setiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan. Secara teknis keseimbangan lintasan dilakukan dengan jalan
mendistribusikan setiap elemen kerja ke stasiun kerja dengan acuan waktu siklus cycle time.
2
2
Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 205
Assembly line atau lini perakitan merupakan bagian dari lini produksi yang berupa perakitan material dimana materialnya bergerak kontinu dengan rata–
rata laju kedatangan material berdistribusi seragam melewati stasiun kerja dan bertujuan merakit material menjadi sub assembly untuk kemudian menjadi
sebuah produk jadi. Contohnya antara lain lini perakitan mobil, lini perakitan mesin cuci, lini perakitan komputer, lini perakitan produk mainan dan lain–lain.
Dalam lini perakitan terdapat dua masalah yang pokok yaitu penyeimbangan stasiun kerja dan penyeimbangan lini perakitan agar dapat beroperasi secara
kontinyu. Secara teknis, usaha untuk memecahkan dua masalah pokok di atas adalah dengan mendistribusikan elemen kerja ke setiap stasiun kerja dengan
acuan waktu siklusCycle Time CT. Apabila hal ini tercapai secara sempurna, maka lini perakitan akan menjadi seimbang untuk setiap beban stasiun kerjanya
yaitu selama CT dan beroperasi secara kontinyu dengan laju sebesar CT. Pada lini perakitan, salah satu tool yang digunakan untuk menangani material
material handling adalah konveyor. Terdapat 2 metode penyeimbangan yang berbeda yaitu secara analitik matematis dan heuristik.
3.2. Masalah Line Balancing
3
Dalam lintasan perakitan produksi satu unit produk, biasanya ada sejumlah k elemen kerja. Untuk masing-masing elemen kerja dibutuhkan waktu proses
Masalah pada lintasan produksi akan kelihatan pada proses perakitan jika dibandingkan dengan proses pabrikasi. Dalam pabrikasi, part-part biasanya
membutuhkan mesin-mesin berat dengan waktu siklus yang panjang. Bila beberapa operasi dengan peralatan yang berbeda dibutuhkan dalam seri-seri, maka
akan sangat sulit untuk menyeimbangkan panjangnya waktu siklus mesin, yang pada akhirnya akan menghasilkan rendahnya penggunaan kapasitas. Gerakan
kontinu lebih dapat dicapai dengan operasi yang dilakukan secara manual jika operasi tersebut dapat dibagi-bagi menjadi pekerjaan-pekerjaan kecil dengan
waktu yang sangat pendek. Semakin besar fleksibilitas dalam mengkombinasikan tugas-tugas tersebut, semakin tinggi pula derajat keseimbangan yang dapat
dicapai. Hal ini membolehkan aliran yang mulus dengan menggunakan tenaga kerja dan peralatan yang tinggi.
Pengelompokan tugas-tugas yang akan dihasilkan pada lintasan produksi yang seimbang membutuhkan informasi tentang waktu pelaksanaan tugas,
kebutuhan precedence tingkat ketergantungan yang menentukan urutan yang
feasible, dan tingkat output, job spesification dan waktu siklus yang diinginkan.
3
Ginting, Rosnani. Ibid. Hal. 209-211
selama t
k
k = 1, 2, 3, ……, k dan total waktu yang dibutuhkan untuk merakit satu unit produk adalah :
Total waktu =
∑
= k
k k
t
1
k elemen juga dibatasi oleh hubungan precedence yang biasa diberikan oleh diagram precedence. Gambar berikut menunjukkan salah satu bentuk diagram
precedence. Simbol di dalam lingkaran menyatakan elemen kerja dan nomor di luar lingkaran menyatakan waktu pengerjaan elemen. Elemen kerja I merupakan
predecessor dari elemen kerja j jika proses perakitan menghendaki elemen kerja I lebih dulu sebelum elemen j.
Gambar 3.1. Precedence Diagram 3.3.
Terminologi Lintasan
4
a. Elemen Kerja
Adalah pekerjaan yang harus dilakukan dalam suatu kegiatan perakitan. b.
Stasiun Kerja
4
Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 119-121
U
1
U
3
U
2
U
4
U
5
U
6
U
7
U
8
U
10
U
9
U
11