Metode Helgeson dan Birnie

3.4.2. Metode Kilbridge dan Wester Region Approach

7 1 Bagi jaringan kerja ke dalam wilayah dari kiri ke kanan. Dalam metode ini, diagram precedence dengan elemen-elemennya dikelompokkan dalam sejumlah kolom. Semua elemen tergabung dalam sebuah kolom independen, karenanya dapat dipermutasikan di antara mereka dalam berbagai cara tanpa melanggar kaidah precedence. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 2 Dalam tiap wilayah, urutkan pekerjaan mulai dari operasi terbesar hingga operasi terkecil. 3 Bebankan pekerjaan dengan daerah kiri terlebih dahulu didistribusikan ke dalam stasiun kerja dan waktu operasi terbesar pertama kali tetapi memiliki aturan tidak boleh melebihi waktu siklus yang ditetapkan. 4 Pada akhir pembebanan stasiun kerja, tentukan apakah utilisasi waktu tersebut dapat diterima.

3.4.3. Metode Moodie Young

8 Metode ini terdiri dari 2 fase. Fase pertama adalah membuat pengelompokkan stasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun kerja dengan aturan, bila terdapat dua elemen kerja yang bisa dipilih maka elemen kerja yang mempunyai waktu yang lebih besar ditempatkan yang pertama. Pada fase ini pula, precedence diagram dibuat matriks P dan F, yang menggambarkan elemen 7 Ginting, Rosnani. Ibid. Hal. 218-219 8 Purnomo, Hari.Ibid. Hal. 126-127 kerja pendahulu P dan elemen kerja yang mengikuti F untuk semua elemen kerja yang ada. Pada fase kedua dilakukan redistribusi elemen kerja ke setiap stasiun kerja hasil dari fase 1. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada fase 2 ini adalah sebagai berikut : 1 Identifikasi waktu stasiun kerja terbesar dan waktu stasiun kerja terkecil. 2 Tentukan GOAL, dengan rumus : GOAL = 2 min max siklus waktu siklus waktu − 3 Identifikasi sebuah elemen kerja yang terdapat dalam stasiun kerja dengan waktu paling maksimum, yang mempunyai waktu yang lebih kecil daripada GOAL, yang elemen kerja tersebut bila dipindah ke stasiun kerja yang paling minimum tidak melanggar precedence diagram. 4 Pindahkan elemen kerja tersebut. 5 Ulangi evaluasi sampai tidak ada lagi elemen kerja yang dapat dipindah.

3.5. Perbandingan Algoritma Kilbridge Wester, Helgeson Birnie, dan Moodie Young

9 Sebuah penelitian dilakukan oleh Teguh Baroto di Laboratorium Simulasi dan Optimasi Sistem Produksi Universitas Muhammadiyah Malang tentang ketiga metode di atas. 9 Teguh Baroto. Simulasi Perbandingan Algoritma Region Approach, Positional Weight dan Moodie Young dalam Efisiensi dan Keseimbangan Lini Produksi. Malang: Universitas Muhammadiyah, 2004 h. 9-10. Peningkatan efisiensi merupakan alternatif penting untuk peningkatan daya saing. Meminimalkan idle adalah salah satu cara peningkatan efisiensi. Penyusunan atau pengaturan operasi-operasi produsi yang semula banyak menjadi beberapa stasiun kerja yang lebih sedikit akan dapat menurunkan total menganggur idle. Pengaturan operasi dapat dilakukan dengan aplikasi konsep line balancing. Dalam konsep line balancing, terdapat banyak alternatif proseduralgoritma. Sebagai hipotesa, tiap algoritma semestinya akan memberikan model pengaturan stasiun kerja pengelompokan operasi yang berbeda-beda. Perbedaan model pengaturan ini akan menyebabkan perbedaan jumlah idle. Perbedaan jumlah idle akan mempengaruhi tingkat efisiensi. Pertanyaannya adalah, pada kasus-kasus seperti apakah suatu algoritma line balancing akan memberikan efisiensi tertinggi? Penelitian ini diharapkan akan menemukan karakteristik kasus-kasus produksi yang memiliki efisiensi tinggi bila digunakan algoritma secara eksklusif. Bila eksklusifitas ini didapatkan, akan dapat dirumuskan suatu rekomendasi dalam pemilihan algoritma line balancing. Sebagai batasan, yang dimaksud kasus adalah bagan proses operasi atau Operation Process Chart OPC. Dalam prosedur line balancing, OPC ini akan disederhanakan menjadi suatu precedence diagram. Precedencece diagram adalah simbolisasi proses produksi menjadi tanda panah dan lingkaran. Pada penelitian ini dibandingkan kinerja antara tiga algoritma keseimbangan lintasan yaitu Algoritma Helgeson Birnie, Algoritma Moodie Young, dan Algoritma Kilbridge Wester dalam kaitannya dengan peningkatan produktifitas. Penelitian dilakukan secara simulatif numerik dengan memunculkan berbagai kasus lini produksi yang berbeda-beda. Berdasar kriteria tingkat efisiensi line efficiency dan tingkat keseimbangan smoothing index, dihasilkan empat kesimpulan. Pertama, algoritma Moodie Young cocok digunakan untuk precedence diagram yang berawal dari satu atau banyak operasi terpisah namun menyatu dalam suatu elemen operasi dan diakhiri pada satu elemen operasi. Kedua, algoritma Helgeson Birnie cocok digunakan untuk precedence diagram yang dimulai dari satu operasi dan selanjutnya bercabang menjadi dua atau lebih dan selanjutnya diakhiri pada lebih dari satu operasi. Ketiga, tidak ada suatu precedence diagram spesifik yang cocok untuk algoritma Kilbridge Wester. Keempat, tidak ada algoritma terbaik untuk precedence diagram berbentuk: satu jalur lurus; atau berawal dari satu atau banyak operasi mandiri, bertemu lalu bercabang dan berakhir pada banyak elemen operasi; precedence yang berawal dari satu operasi bercabang, bertemu lagi disatu elemen operasi, bercabang lagi, dan bersatu lagi serta berakhir pada satu elemen. Untuk membuat generalisasi, gambar precedence diagram harus disusun dan diringkas terlebih dahulu. Setelah itu, precedence diagram dalam tiap kelompok dinyatakan dalam suatu teori berdasar kemiripan karakteristiknya. Berikut ini generalisasi yang dapat dilakukan.