Sebaran Patient delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Status

semua kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan meningkat. Tentu saja, status ekonomi tidak menjadi masalah baik pada kategori miskin maupun kaya dikarenakan pada status ekonomi kayapun sebenarnya tidak cukup, artinya masih sangat banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk kebutuhan dasar makanan maupun bukan makanan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar patient delay memiliki status ekonomi kaya, namun faktor ekonomi ini tidak menjadi masalah bagi patient delay karena tidak ada biaya yang perlu dikeluarkan oleh pasien TB dan mereka sudah terdaftar sebagai peserta BPJS, hanya saja beberapa patient delay belum mengetahui bahwa biaya pengobatan TB sudah difasilitasi oleh pemerintah. Selain itu, standar status ekonomi yang digunakan oleh BPS tidak relevan dengan kondisi ekonomi saat ini. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi oleh petugas kesehatan dari Puskesmas yang lebih menyeluruh mengenai BPJS dan juga tidak adanya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien untuk pengobatan TB serta evaluasi standar status ekonomi yang digunakan di Indonesia. F. Sebaran Patient delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Jenjang Pendidikan di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur Tahun 2014 Jenjang pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku sakit, khususnya dalam pencarian pengobatan. Seseorang yang memiliki jenjang pendidikan rendah bahkan tidak sekolah lebih sedikit memiliki kesempatan untuk mendapatkan informasi mengenai TB dibandingkan dengan seseorang yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi Makwakwa, 2014. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar 47,1 patient delay memiliki jenjang pendidikan dasar, yaitu jenjang Sekolah Dasar SD sederajat atau Sekolah Menengah Pertama SMP sederajat. Artinya mereka menempuh pendidikan selama 6-9 tahun. Sedangkan, menurut Christoher dan Bosede 2010 seseorang yang menempuh pendidikan selama 10 tahun sudah cukup untuk memicu perilaku kesehatan yang diinginkan termasuk pencarian pengobatan, namun tetap dibutuhkan kondisi lain yang mendukung perilaku kesehatan, seperti budaya kesehatan dan sistem kesehatan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya jenjang pendidikan yang ditempuh oleh sebagian besar patient delay masih kurang untuk memicu perilaku kesehatan, terlebih kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Oleh karena itu, untuk memicu perilaku kesehatan kepada masyarakat dibutuhkan pemberian informasi tambahan selain informasi yang didapat dari pendidikan formal. Pemberian informasi tersebut dapat diberikan sejak dini kepada anak-anak melalui kegiatan Posyandu oleh petugas kesehatan Puskemas dan juga kader kesehatan karena anak-anak juga memiliki peluang untuk terinfeksi TB dari penderita TB. Selain itu, meskipun jenjang pendidikannya rendah, namun informasi tentang TB dapat diperoleh dari kegiatan non formal seperti penyuluhan aktif dan berkala oleh tenaga kesehatan agar sedikit demi sedikit masyarakat terpapar dengan informasi TB, sehingga diharapkan mereka lebih waspada dengan gejala-gejala TB dan segera memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan jika mengalami gejala batuk. Hal ini disebabkan masyarakat di Kecamatan Kramat jati merupakan penduduk dengan risiko tinggi terhadap TB karena terdapat sumber penularan terbukti dengan angka prevalensi TB yang tinggi 144 per 100.000 penduduk. G. Sebaran Patient delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang TB di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur Tahun 2014 Pengetahuan yang baik tentang TB baik penyebab, gejala, cara penularan, pengobatan dan juga peran petugas kesehatan atau kader TB dapat mempengaruhi perilaku pencarian pengobatan patient delay. Pada penelitian ini menemukan bahwa ternyata seluruh patient delay memiliki pengetahuan rendah tentang TB, yaitu menjawab pertanyaan dengan benar hanya 60 dari semua pertanyaan yang ditanyakan oleh peneliti. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan baik mengenai TB 0,45 kali dapat menurunkan risiko patient delay dibandingkan dengan yang tingkat pengetahuannya buruk Konda, 2014. Semua patient delay pada kasus TB BTA + di wilayah kerja PKC Kramat Jati tahun 2014 masih berada pada tahap tahu, yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan informasi mengenai TB yang pernah didapat sebelumnya. Meskipun sudah pada tahap tahu, namun terdapat beberapa patient delay yang sama sekali tidak mengetahui apapun tentang TB. Dengan demikian, tentu saja seluruh patient delay belum mencapai pada tahap paham, penerapan, analisis, sintesis bahkan evaluasi. Sehingga, memang benar mereka tidak segera mememeriksakan diri ke pelayanan kesehatan dikarenakan memang belum pada tahap penerapan dari informasi yang mereka dapatkan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa patient delay pada kasus TB BTA + di wilayah kerja PKC Kramat Jati tahun 2014 100 memiliki tingkat pengetahuan rendah dan masih pada tahap tahu, sehingga wajar mereka tidak segera memeriksakan diri ke Puskesmas saat mengalami gejala batuk 2-3 minggu. Walaupun begitu, tentu saja tidak dapat dibiarkan, mereka perlu mendapatkan pemahaman dari petugas kesehatan Puskesmas ataupun kader TB mengenai TB. Pada kegiatan penyuluhan tersebut petugas kesehatan perlu memberikan pre test dan post test kepada peserta agar dapat mengevaluasi pengetahuan yang sudah didapatkannya. Pengetahuan tentang TB merupakan salah satu faktor yang menjadi karakteristik pada diri patient delay. Dengan bekal pengetahuan tentang TB yang baik, maka mempengaruhi perilaku untuk segera memeriksakan diri ke Puskesmas. Hal ini dikarenakan pengetahuan merupakan salah satu faktor pendorong dalam pencarian pengobatan, seseorang yang sudah pada tahap tahu, maka dapat paham, menerapkan bahkan menganalisis dan mengevaluasi informasi yang telah didapatkannya. Sunaryo, 2004. Pada penelitian ini menemukan bahwa seluruh patient delay memiliki pengetahuan rendah mengenai TB. Setelah dilakukan wawancara mendalam, ternyata mereka benar-benar tidak mengetahui gejala TB yang sebenarnya, seperti kutipan wawancara di bawah ini: MU :”Gejala TB ya batuk aja batuk berdarah, dikasih taunya lewat omongan aja. Gak paham, soalnya saya gak mikirin sih. Soalnya saya langsung ke dokter aja gak mikirin dulu orang pernah bilang ada batuk TBC” ER: ”Batuk yang berdarah, taunya gak ada obatnya sampe kurus banget bisa sampe meninggal taunya gitu aja. Lewat cerita orang, denger-denger aja. Gak ngeh, gak paham saya. Gak ada manfaatnya

Dokumen yang terkait

Karakteristik Anak dan Ibu, Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2014

4 89 208

Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 di Kelurahan Tg. Jati Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2004

1 23 74

Hubungan Karakteristik Individu, Sanitasi Lingkungan Rumah dan Perilaku terhadap Kejadian TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

2 70 160

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang Kota Serang Tahun 2014. 2014

0 10 86

Analisis Kinerja Posyandu Dalam Pelaksanaan Pembinaan Gizi Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat Tahun 2014

7 49 159

Pengaruh bimbingan akhlak terhadap akhlak santri di Madrasah Diniyah Awwaliyah Baitussalam Yayasan Baitussalam Kramat Jati Jakarta Timur

1 13 61

Karakteristik dan Alasan Patient Delay pada Kasus TB BTA (+) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur Tahun 2014

1 7 191

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Tuberkulosis Paru BTA Positif Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang Kota Serang Tahun 2014. 2014

1 8 86

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kelelahan Kerja pada Pembuat Tahu di Wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun 2014

7 40 196

B. Karakteristik Balita - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Gizi Kurang pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur Tahun 2016

0 0 27