E. Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Sumber Data
a. Kuantitatif
Sumber data pada pendekatan kuantitatif adalah data sekunder dan primer, data sekunder dari formulir TB.03, TB.01 dan rekam
medisregister PAL.01, sedangkan data primer berasal dari wawancara terstruktur dan plotting kasus.
b. Kualitatif
Pendekatan kualitatif pada penelitian ini bersumber dari data primer melalui wawancara mendalam.
2. Cara Pengumpulan Data
a. Kuantitatif
Pengumpulan data pada pendekatan kuantitatif dilakukan dengan cara telaah dokumen, wawancara terstruktur dan plotting.
Telaah dokumen pada formulir TB.03 untuk mengetahui usia dan jenis kelamin responden, TB.01 dan rekam medisregister PAL 01
untuk mengetahui status delay pada kasus TB BTA +. Sedangkan, wawancara terstruktur digunakan untuk mengetahui beberapa
karakteristik patient delay pada kasus TB BTA +, yaitu jenis pekerjaan, status ekonomi, jenjang pendidikan, tingkat pengetahuan
tentang TB, perilaku merokok dan dukungan kader TB. Selain itu, cara pengumpulan data dengan plotting dilakukan untuk mengetahui
jarak tempat tinggal patient delay dengan Puskesmas.
b. Kualitatif
Cara pengumpulan data pada pendekatan kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam untuk menggali informasi
tentang alasan delay dan juga mendalami informasi yang didapatkan dari hasil pendekatan kuantitatif pada variabel pengetahuan tentang
TB dan juga peran kader TB.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari:
a. Kuantitatif
1 TB.03 dan TB.01 digunakan untuk megetahui nama, jenis
kelamin, umur, alamat, No. HP, kategori OAT yang diberikan, klasifikasi, tipe pasien dan hasil pemeriksaan dahak sebelum
pengobatan. 2
Rekam medisregister PAL.01 digunakan untuk mengetahui informasi onset batuk saat kunjungan pertama kali untuk
memeriksakan gejala batuknya ke Puskesmas. 3
GPS Etrex 30 digunakan untuk plotting titik koordinat tempat tinggal patient delay dan Puskesmas.
4 Kuesioner digunakan saat wawancara terstruktur pada variabel
jenis pekerjaan, status ekonomi, jenjang pendidikan, tingkat pengetahuan tentang TB, perilaku merokok dan dukungan kader
TB. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan sudah terbukti validitas dan
reliabilitasnya berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas secara statistik. Uji tersebut dilakukan pada 30 pasien TB PKC
Kramat Jati tahun 2015. Pada tingkat kemaknaan 5 dengan R tabel 0,3610 menunjukkan bahwa hasil uji validitas dan
reliabilitas pada kuesioner tersebut valid R hasilR tabel dan reliabel R alpha 0,881R tabel.
b. Kualitatif
1 Panduan wawancara digunakan saat wawancara mendalam pada
informasi mengenai alasan delay, pengetahuan tentang TB dan juga dukungan kader TB.
2 Peneliti sebagai instrumen untuk mengembangkan pertanyaan
saat dilakukan wawancara mendalam. 3
Perekam suara digunakan untuk merekam suara saat dilakukan wawancara mendalam agar memudahkan saat pengolahan data.
F. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan peneliti sebagai berikut:
1. Kuantitatif
Pengolahan data pendekatan kuantitatif pada data sekunder didahului dengan pembuatan baseline data dengan mencatat nama, jenis kelamin,
umur, alamat, No. HP, kategori OAT yang diberikan, klasifikasi, tipe pasien dan hasil pemeriksaan dahak sebelum pengobatan pasien TB yang
menjalani pengobatan di PKL Kampung Tengah, PKL Batu Ampar, PKL Balekambang dan PKC Kramat Jati Jakarta Timur tahun 2014 melalui
TB.03 dan TB.01.
Setelah baseline data selesai, dilakukan telaah rekam medisPAL.01 pasien sesuai baseline data. Telaah dilakukan dengan mencatat tanggal
pertama kali pasien memeriksakan gejala batuknya ke Puskesmas sebelum didiagnosis TB. Pada tanggal tersebut, kemudian peneliti
mencatat hasil anamnesis dokter yang menunjukkan lama keluhan batuk pasien saat dilakukan anamnesis informasi onset batuk. Setelah itu,
dilakukan analisis dengan mengkategorikan pasien terlambat patient delay
dan tidak terlambat no delay datang ke Puskesmas setelah onset. Dengan demikian, didapatkan patient delay yang merupakan sampel pada
penelitian ini. Pengolahan data pada kuesioner dilakukan dengan:
a. Memberikan kode pada kuesioner yang digunakan saat pengumpulan
data. Pengkodean berupa penomoran identitas responden dan penomoran jawaban setiap pertanyaan pada kuesioner.
b. Memeriksa kuesioner setelah pengisian di lapangan, baik
kelengkapan maupun kebenarannya. Jika masih terdapat jawaban yang belum lengkap dan atau belum benar, peneliti melakukan
perbaikan dan pendataan ulang kepada responden terkait. c.
Mengkode ulang pada kuesioner sebelum dimasukkan ke dalam software
pengolah data, sehingga mengurangi kesalahan akibat human error.
d. Memasukkan data kuesioner ke dalam komputer dengan
menggunakan software pengolah data.
e. Membersihkan data yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua
data sudah lengkap, tepat dan siap untuk dilakukan analisis. f.
Mengolah data dengan software pengolah data. Sedangkan, pengolahan data titik koordinat menggunakan software
Easy GPS dan Quantum GIS versi 1.6.0 seperti di bawah ini:
a. Input titik koordinat hasil plotting menggunakan GPS etrex 30 ke
dalam software Easy GPS. b.
Memisahkan file berdasarkan kelurahan dan juga Puskesmas, sehingga terdiri dari 6 file.
c. Menyimpan file tersebut dengan ekstensi gpx.
d. Menyimpan file yang berekstensi gpx tersebut ke esktensi shp
dengan menggunakan Quantum GIS versi 1.6.0. e.
Merubah pada masing-masing shapefile tersebut dari satuan derajat menjadi satuan meter dengan menggunakan Quantum GIS versi
1.6.0.
2. Kualitatif
Pengolahan data pada hasil wawancara mendalam adalah:
a. Mencatat kembali dan memilah hasil wawancara pada informasi
yang terlupakan atau belum tercatat dalam notulensi. Selain itu, peneliti mencatat semua situasi ketika wawancara dilakukan baik
kondisi lingkungan, orang disekitarnya ataupun waktu ketika wawancara dilakukan sehingga dapat terdeskripsi dengan jelas saat
wawancara mendalam dilakukan.
b. Membuat transkrip verbatim setiap kata yang diucapkan oleh
informan. Setelah itu, peneliti membuat matriks berdasarkan pertanyaan dan informan sehingga mudah dalam melakukan analisis
data. c.
Menyimpan berkas dengan baik, sehingga memudahkan peneliti ketika suatu saat membutuhkan data-data tersebut.
G. Triangulasi Data
Pada penelitian dengan pendekatan kualitatif ini dilakukan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan untuk menggali informasi yang sama
pada informan yang berbeda. Informasi yang digali yaitu, alasan delay, pengetahuan tentang TB dan peran kader TB agar dapat mendukung
turunnya angka patient delay. Triangulasi sumber yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 4.2 Triangulasi Sumber
No. Istilah Informan
Utama
Pendukung
1. Pengetahuan tentang
TB Patient delay
Patient delay lainnya
Kader TB 2.
Dukungan kader TB Kader TB setempat
Petugas TB PKC Petugas PKPU
3. Alasan delay
Patient delay Dokter
Selain itu, ketiga informasi di atas peneliti melakukan uji reliabilitas dengan cara stability, yaitu melakukan wawancara mendalam kepada orang
yang sama dalam waktu yang berbeda dan juga equivalen, yaitu melakukan probing
bertanya dengan redaksi pertanyaan yang berbeda, tetapi tujuannya sama.
H. Analisa Data
1. Kuantitatif
Analisis data yang digunakan pada pendekatan kuantitatif adalah analisis univariat dengan menggunakan software pengolah data dan juga
analisis spasial dengan analisis distance matrix menggunakan Quantum GIS versi 1.6.0. Analisis univariat dilakukan pada variabel usia, jenis
kelamin, jenis pekerjaan, status ekonomi, jenjang pendidikan, tingkat pengetahuan tentang TB, perilaku merokok, dukungan kader TB dan
rata-rata lama delay. Sedangkan analisis distance matrix dilakukan pada variabel jarak tempat tinggal patient delay dengan Puskesmas.
2. Kualitatif
Analisis data pada pendekatan kualitatif ini menggunakan content analysis
pada informasi mengenai pengetahuan tentang TB, peran kader TB dan juga alasan delay.
63
BAB V HASIL PENELITIAN
Sebanyak 17 patient delay pada kasus TB BTA + di wilayah kerja PKC Kramat Jati tahun 2014 merupakan responden dengan pendekatan kuantitatif
pada penelitian ini. 11 64,7 diantaranya bertempat tinggal di Kelurahan Kampung Tengah, 4 23,5 diantaranya di Kelurahan Batu Ampar dan 2
11,8 diantaranya di Kelurahan Balekambang. Kemudian, 9 diantara seluruh responden tersebut merupakan informan pada pendekatan kualitatif ditambah
dengan 5 informan pendukung lainnya yang bukan berasal dari responden patient delay, yaitu kader TB, penanggungjawab Program Pengendalian TB PKC
Kramat Jati, dokter umum PKC Kramat Jati dan penanggung jawab kader TB PKPU puntuk memberikan informasi lebih mendalam terkait dengan pengetahuan
tentang TB, dukungan kader TB dan alasan delay. Berikut hasil penelitian yang ditemukan baik pendekatan kuantitatif maupun kualitatif:
A. Sebaran Patient Delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Usia di
Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur Tahun 2014
Peneliti menemukan bahwa sebaran patient delay pada kasus TB BTA + berdasarkan usia di wilayah kerja PKC Kramat Jati Tahun 2014 terlihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.1 Sebaran
Patient Delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur Tahun 2014
Usia tahun Jumlah Orang
Persentase 15-24
1 5,9
25-34 5
29,4 35-44
7 41,2
45-54 2
11,8 54
2 11,8
Total 17
100,0
Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa hampir setengah 41,2 dari patient delay tersebar pada kelompok usia 35-44 tahun
kemudian diikuti dengan kelompok usia 25-34 tahun sebesar 29,4.
B. Sebaran Patient Delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Jenis
Kelamin di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur Tahun 2014
Pada penelitian ini, sebaran patient delay pada kasus TB BTA +
berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja PKC Kramat Jati tahun 2014 terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Sebaran
Patient Delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur
Tahun 2014
Jenis Kelamin Jumlah Orang
Persentase Laki-Laki
12 70,6
Perempuan 5
29,4 Total
17 100,0
Tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar patient delay di wilayah kerja PKC Kramat Jati tahun 2014 berjenis kelamin laki-laki.
C. Sebaran Patient Delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Jenis
Pekerjaan di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur Tahun 2014
Sebaran patient delay pada kasus TB BTA + berdasarkan jenis pekerjaan di wilayah kerja PKC Kramat Jati tahun 2014 dapat diketahui dari
grafik di bawah ini:
Grafik 5.1 Sebaran
Patient Delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur
Tahun 2014
Berdasarkan grafik 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa hampir semua patient delay
bekerja sebagai wiraswasta. D.
Sebaran Patient Delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Status Ekonomi di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur Tahun
2014
Tabel di bawah ini menunjukkan sebaran patient delay pada kasus TB BTA + berdasarkan status ekonomi di wilayah kerja PKC Kramat Jati tahun
2014:
Tabel 5.3 Sebaran
Patient Delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Status Ekonomi di Wilayah Kerja PKC Kramat Jati Jakarta Timur
Tahun 2014
Status Ekonomi Jumlah Orang
Persentase Miskin
5 29,4
Kaya 12
70,6 Total
17 100,0
Berdasarkan tabel di atas, penelitian ini menemukan bahwa hampir semua 70,6 patient delay memiliki status ekonomi kaya.
17,6 47,1
23,5 11,8
20 40
60 80
100
P er
set a
se
Jenis Pekerjaan