Sebaran Patient delay pada Kasus TB BTA + Berdasarkan Jenjang
Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa patient delay pada kasus TB BTA + di wilayah kerja PKC Kramat Jati tahun 2014 100 memiliki
tingkat pengetahuan rendah dan masih pada tahap tahu, sehingga wajar mereka tidak segera memeriksakan diri ke Puskesmas saat mengalami gejala
batuk 2-3 minggu. Walaupun begitu, tentu saja tidak dapat dibiarkan, mereka perlu mendapatkan pemahaman dari petugas kesehatan Puskesmas ataupun
kader TB mengenai TB. Pada kegiatan penyuluhan tersebut petugas kesehatan perlu memberikan pre test dan post test kepada peserta agar dapat
mengevaluasi pengetahuan yang sudah didapatkannya. Pengetahuan tentang TB merupakan salah satu faktor yang menjadi
karakteristik pada diri patient delay. Dengan bekal pengetahuan tentang TB yang baik, maka mempengaruhi perilaku untuk segera memeriksakan diri ke
Puskesmas. Hal ini dikarenakan pengetahuan merupakan salah satu faktor pendorong dalam pencarian pengobatan, seseorang yang sudah pada tahap
tahu, maka dapat paham, menerapkan bahkan menganalisis dan mengevaluasi informasi yang telah didapatkannya. Sunaryo, 2004.
Pada penelitian ini menemukan bahwa seluruh patient delay memiliki pengetahuan rendah mengenai TB. Setelah dilakukan wawancara mendalam,
ternyata mereka benar-benar tidak mengetahui gejala TB yang sebenarnya, seperti kutipan wawancara di bawah ini:
MU
:”Gejala TB ya batuk aja batuk berdarah, dikasih taunya lewat omongan aja. Gak paham, soalnya saya gak mikirin sih. Soalnya saya
langsung ke dokter aja gak mikirin dulu orang pernah bilang ada batuk TBC”
ER: ”Batuk yang berdarah, taunya gak ada obatnya sampe kurus
banget bisa sampe meninggal taunya gitu aja. Lewat cerita orang, denger-denger aja. Gak ngeh, gak paham saya. Gak ada manfaatnya
buat pencarian pengobatan saya, pokoknya jangan sampe batuk darah aja.”
MA:
”Orang-orang ya bilangnya batuk keluar darah, gak ngeh juga gak kepake juga”
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas, dapat diketahui bahwa patient delay
menerima informasi yang salah mengenai gejala TB yang didapatkan sebelumnya. Mereka mengira bahwa dirinya TB ketika dirinya
sudah mengalami batuk darah, namun saat batuk biasa sampai tiga minggu sekalipun ketika tidak ada dahak bercampur darah tidak akan menjadi
masalah bagi mereka, sehingga membuat mereka tidak segera memeriksakan diri ke Puskesmas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan bekal
pengetahuan yang rendah dan salah, maka mereka tidak dapat menganalisis bahkan mengevaluasi informasi tersebut untuk segera memeriksakan diri ke
Puskesmas ketika sudah mengalami batuk 2-3 minggu. Selain itu, menurut teori Health Belief Model perilaku pencarian
pengobatan adalah hasil dari persepsi keparahan. Persepsi keparahan yaitu tingkat kepercayaan seseorang bahwa akan adanya konsekuensi masalah
kesehatan yang semakin parah. Di samping itu, perilaku merupakan hasil dari petunjuk untuk bertindak, dimana ketika batuknya sudah mengeluarkan darah
merupakan petunjuk untuk bertindak memeriksakan diri ke Puskesmas. Sedangkan, jika tidak mengeluarkan darah maka tidak akan memeriksakan
diri ke Puskesmas Edberg, 2010. Sama dengan penelitian yang dilakukan di Nigeria dengan
menggunakan desain cross sectional menemukan bahwa 15 responden menggunakan sumber informasi hanya dari temankerabat. Dikhawatirkan
akan adanya pemberian informasi yang salah karena tidak semua temankerabat memiliki pengetahuan yang baik tentang TB, sehingga perlu
menyadarkan masyarakat bahwa sebaiknya tidak hanya mengandalkan informasi dari teman kerabat saja tetapi perlu informasi dari sumber lain
yang lebih terpercaya Biya, dkk, 2014. Dalam mencari informasi apapun termasuk informasi kesehatan,
patient delay terbiasa menggunakan televisi sebagai sumber informasinya
termasuk informasi tentang TB seperti pengertian, bahaya, gejala, cara penularan dan pengobatan ataupun permasalahan TB di masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam, peneliti menarik kesimpulan bahwa patient delay
akan menerima dan lebih yakinpercaya jika informasi tersebut bersumber dari televisi dan disampaikan dalam bentuk berita karena dirasa
informasi tersebut nyata dan terpercaya. Selain itu, patient delay juga akan lebih yakin jika informasi-informasi
tentang TB
disampaikan oleh
kader TB
yang diutus
oleh kelurahanPuskesmas ataupun lembaga-lembaga kesehatan karena mereka
yakin bahwa kader TB yang telah diutus tentunya memiliki pengetahuan yang lebih karena telah mendapatkan pelatihan di bandingkan dengan masyarakat
lain pada umumya. Seperti yang diutarakan oleh beberapa informan berikut ini:
RA
:”Ya percaya aja klo dari berita di TV, ya kan emang banyak terjadi. Ya percaya sih kan emang nyata klo dari kader
itu”
SM
:”Dari TV percaya, percaya kader yang udah di utus ya dia pasti udah di bina,
udah ada penataran gitu lah ibaratnya”
ER
:”Ya percaya klo dari berita. Berarti dia udah dikasih pendidikan, tambahan pengetahuan klo udah di utus”