4. Pengujian Validitas
Menurut Slameto validitas merupakan syarat terpenting dalam suatu evaluasi. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat
pengukur tersebut menjalankan fungs ukur secara tepat atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Artimnya, hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan sesungguhnya dari apa yang
diukur
40
. Menurut Sofyan, dkk. Jika skor butir soal dis-kontinum soal obyektif
dengan skor 0 atau 1 maka pengujian validitasnya harus menggunakan korelasi biserial. Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien
korelasi biserial antara skor butir soal dengan skor total tes adalah.
Keterangan : r
bisi
= koefisien korelasi antara skor butir soal nomor i dengan skor total X
i
= rata-rata skor total responden menjawab benar butir soal nomor i X
t
= rata-rata skor total semua responden S
t
= standar deviasi skor total semua responden p
i
= proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i q
i
= proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i.
41
5. Pengujian Reliabilitas
Selain harus memenuhi syarat validitas, juga harus realibilitas. Uji realibilitas dilakukan untuk menguji apakah instrumen tes yang digunakan
pada penelitian ini tetap atau tidak. Sehingga instrumen tes tersebut dapat digunakan di berbagai tempat. Realibilitas instrumen tes pada penelitian ini
menggunakan rumus KR-20 yaitu :
40
Baso Intang Sappaile, Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan, Lampung:Jurnal Pendidikan dan Kebudayaa no.66, tahun XIII, Mei 2007 hal. 382
41
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006, hal. 109
Keterangan : r
ii
= koefisien reliabilitas tes k
= jumlah butir p
i
q
i
= varians skor butir p
i
= proporsi jawaban benar untuk butir nomor i q
i
= proporsi jawaban salah untuk butir nomor i S
t
= varians skor total
42
6. Pengujian Taraf Kesukaran
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui soal-soal yang sukar, sedang dan mudah. Taraf kesukaran ini menurut Suharsimi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
43
Soal dengan P = 0,10 – 0,30 adalah soal sukar Soal dengan P = 0,30 – 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P = 0,70 – 1,00 adalah soal mudah Rumusnya adalah sebagai berikut
P = BJS Keterangan : P = tingkat kesukaran soal
B = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar S = jumlah seluruh siswa peserta tes
7. Pengujian Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk dapat membedakan siswa yang pandai, dan siswa yang kurang pandai. Angka
yang menunjukan daya pembeda disebut indeks diskriminasi. Harga indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 – 1,00.
Rumus yang digunakan adalah :
42
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajran IPA Berbasis Kompetensi,Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006, hal. 113
43
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2007. hal.210
D= BA JA –BB JB= PA-PB Keterangan :
D = indeks diskriminasi BA = banyak kelompok peserta atas yang menjawab soal dengan benarBB
BB = banyak kelompok peserta bawah yang menjawab soal dengan benar JA = jumlah peserta kelompok atas
JB = jumlah peserta kelompok bawah PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut:
44
D = 0.00-0,20 jelek D = 0.20-0,40 cukup
D = 0,40-0,70 baik D = 0,70-1,00 baik sekali
E. Teknik Analisis Data
Pengujian untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t karena: sampel acak, data interval, populasi berdistribusi normal dan kesamaan
varians. Dengan demikian sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t perlu dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu.
Untuk prasyarat data interval telah terpenuhi, sebab hasil belajar merupakan data interval. Uji kecakapan pun tidak perlu dilakukan sebab
sampel telah diambil secara acak. Oleh karena itu, uji prasyarat yang perlu dilakukan adalah uji normalitas dan uji kesamaan varians uji homogenitas.
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah
uji liliefors.
45
Adapun langkah-langkah untuk mengadakan uji Liliefor adalah sebagai berikut :
44
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara, 2007.hal. 218
45
Sudjana, Metode Statistika, Bandung: Tarsito, 1996, h. 466.