Fase 3 Mengorganisasikan siswa
ke dalam kelompok- kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Fase 4 Membimbing kelompok
belajar dan bekerja Guru membimbing kelompok-kelompok
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing anggota kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 Memberkan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok
2. Pembelajaran Kooperatif Model Talking Chips
Talking adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa inggris yang
berarti berbicara, sedangkan Chips yang berarti kartu. Jadi arti Talking Chips adalah kartu untuk berbicara. Sedangkan Talking Chips dalam pembelajaran
kooperatif yaitu pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang, masing-masing anggota kelompok membawa
sejumlah kartu yang berfungsi untuk menandai apabila mereka telah berpendapat dengan memasukkan kartu tersebut ke atas meja.
Model pembelajaran Talking Chips merupakan salah satu model pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok
yang terdiri atas 4-5 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen
.
Heterogen dalam hal ini, perolehan nilai sebelumnya, jenis kelamin, agama, etnissuku, dan sebagainya. Sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa
yang nilainya tinggi, sedang, dan rendah, baik laki-laki, maupun perempuan. Talking Chips
merupakan salah satu dari 200 struktur yang dikembangkan Kagan dengan tujuan untuk mengembangkan partisipasi
dalam suatu kelompok
15
. Di dalam Talking Chips siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil sekitar 4-6 orang perkelompok. Dalam
kelompoknya para siswa diminta untuk mendiskusikan suatu masalah atau materi pelajaran. Setiap kelompok diberi 4-5 kartu yang digunakan untuk
siswa berbicara. Setelah siswa mengemukakan pendapatnya, maka kartu disimpan di atas meja kelompoknya. Proses dilanjutkan sampai seluruh
siswa dapat menggunakan kartunya untuk berbicara. Cara ini membuat tidak ada siswa yang mendominasi dan tidak ada siswa yang tidak aktif, semua
siswa harus mengungkapkan pendapatnya. Disamping itu, penerapan model pembelajaran kooperatif teknik Talking Chips merupakan suatu model
pembelajaran yang berpusat pada siswa student oriented, dimana model pembelajaran ini sesuai menempati posisi sentral sebagai subyek belajar
melalui aktivitas mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri. Menurut Wina Sanjaya dalam Supri Wahyudi Utomo, yang menyatakan bahwa
dengan beraktivitas siswa bukan hanya dituntut menguasai sejumlah informasi dengan cara menghafal, akan tetapi bagaimana memperoleh
informasi secara mandiri dan kreatif melalui aktivitas mencari dan menemukan. Dengan demikian apa yang dipelajari menjadi lebih bermakna,
sebab didapatkan melalui proses pengalaman belajar, bukan hasil pemberitahuan orang lain.
16
Talking Chips mempunyai dua proses yang penting, yaitu;
17
proses sosial dan proses dalam penguasaan materi. Proses sosial berperan penting
dalam Talking Chips yang menuntut siswa untuk dapat bekerjasama dalam kelompoknya, sehingga para siswa dapat membangun pengetahuan mereka
di dalam suatu bingkai sosial yaitu pada kelompoknya. Para siswa belajar
15
Chris-hunt dan Alison Miyake, “Is Your Classoom Under Control? Dicipline In The Non- Teacher’s Classroom”
, google: www. Davidenglishhouse.comsnakes pdfswinter 2003featureswinter 2003 hunt-miyake.pdf.
16
Supri Wahyudi utomo, Penerapan Metode Talking Chips Dalam Pembelajaran Kooperatif Guna meningkatkan Prestasi Belajar Kewirausahaan di SMKN 1 Madiun
, Madiun: IKIP PGRI Madiun, 2007.hal. 49
17
Sonia Casal, “Talking Chips A Book of Multiple Intelligence Exercise From Spain, google: www.Hlmtmag.co.ukjul
02teach.htm