80
5.2.2.3. Kerjasama Antar Lembaga Tataniaga
Kerjasama antar lembaga tataniaga ubi jalar di Desa Purwasari terjadi akibat adanya proses jual beli, sehingga memperlancar proses penyampaian ubi
jalar dari petani produsen ke konsumen. Pada umumnya kerjasama antar lembaga tataniaga terjalin karena sudah berlangganan atau karena adanya ikatan
kekeluargaan. Lembaga tataniaga yang sejenissetingkat juga melakukan kerjasama, biasanya kerjasama yang dilakukan adalah saling tukar informasi
mengenai perkembangan harga ubi jalar dan informasi-informasi lain yang berhubungan dengan ketersediaan ubi jalar di pasar.
5.3. Analisis Efisiensi Saluran Tataniaga Ubi Jalar Berdasarkan Margin
Tataniaga, Farmer’s Share, Rasio Keuntungan dan Biaya
5.3.1. Analisis Margin Tataniaga
Analisis margin tataniaga merupakan salah satu indikator untuk menentukan efisiensi operasional pemasaran suatu komoditas. Margin tataniaga
merupakan perbedaan antara harga yang diterima petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Margin tataniaga meliputi seluruh biaya tataniaga
yang dikeluarkan dan keuntungan yang diambil oleh lembaga tataniaga selama proses penyaluran komoditas dari satu lembaga tataniaga ke lembaga tataniaga
lainnya. Dalam penelitian ini, margin tataniaga dihitung berdasarkan ketiga skema saluran tataniaga ubi jalar. Penghitungan margin meliputi biaya tataniaga dan
81 keuntungan lembaga yang terlibat. Besarnya margin tataniaga pada ketiga skema
saluran tataniaga ubi jalar di Desa Purwasari dapat dilihat pada Tabel 16.
Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa harga jual ubi jalar di tingkat petani untuk setiap saluran tataniaga sama yaitu sebesar Rp.1.800Kg. Hal ini
dikarenakan petani menjual ubi jalar hanya ke pedagang pengumpul tingkat pertama pada ketiga saluran tataniaga yang ada. Sehingga tidak ada perbedaan
harga jual yang diterima oleh petani. Tabel 16. Analisis Margin Tataniaga Ubi Jalar pada ketiga Skema Saluran
Pemasaran di Desa Purwasari
Sumber: Lampiran 2 - 4
Lembaga Pemasaran
Uraian Saluran 1
Saluran 2 Saluran 3
Harga RpKg
Persentase Harga
RpKg Persentase
Harga RpKg
Persentase
Petani Harga Jual
1800 69.23
1800 34.29
1800 42.35
Pedagang Pengumpul
Tingkat Pertama
Harga Beli 1800
69.23 1800
34.29 1800
42.35 Biaya Tataniaga
250 9.62
235 4.48
235 5.53
Keuntungan 550
21.15 465
8.86 465
10.94 Harga Jual
2600 100
2500 47.62
2500 58.82
Margin Tataniaga 800
30.77 700
13.33 700
16.47 Pedagang
Pengumpul Tingkat
Kedua Harga Beli
- -
2500 47.62
2500 58.82
Biaya Tataniaga -
- 285
5.43 285
6.71 Keuntungan
- -
565 10.76
565 13.29
Harga Jual -
- 3350
63.81 3350
78.82 Margin Tataniaga
- -
850 16.19
850 20
Pedagang Grosir
Harga Beli -
- 3350
63.81 3350
78.82 Biaya Tataniaga
- -
271.5 5.17
271.5 6.39
Keuntungan -
- 628.5
11.97 628.5
14.79 Harga Jual
- -
4250 80.95
4250 100
Margin Tataniaga -
- 900
17.14 900
21.16 Pedagang
Pengecer Harga Beli
- -
4250 80.95
- -
Biaya Tataniaga -
- 317
6.04 -
- Keuntungan
- -
683 13.01
- -
Harga Jual -
- 5250
100 -
- Margin Tataniaga
- -
1000 19.05
- -
Total Biaya RpKg 250
9.62 1108.5
21.11 791.5
15.08 Total Keuntungan RpKg
550 21.15
2341.5 44.60
1658.5 31.59
Total Margin Tataniaga RpKg 800
30.77 3450
65.71 2450
46.67
82 Tabel 16 menunjukan bahwa besaran biaya tataniaga ubi jalar yang
dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga berbeda. Petani tidak mengeluarkan biaya tataniaga ketika proses penyaluran barang ke tingkat lembaga tataniaga
selanjutnya. Hal ini dikarenakan hasil panen dari petani diambil langsung oleh pedagang pengumpul tingkat pertama ke kebun petani tersebut. Biaya tataniaga
yang dikeluarkan oleh pedagang pegumpul tingkat pertama yaitu upah pikul dan upah timbang. Lembaga tataniaga selanjutnya adalah pedagang pengumpul tingkat
kedua, biaya yang dikeluarkan terdiri atas pembelian karung, biaya tenaga kerja, biaya transportasi, dan retribusi pasar. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh
pedagang grosir yaitu sewa kios, upah tenaga kerja, biaya bongkar muat, retribusi pasar, kebersihan dan keamanan, biaya listrik, iuran harian, serta cukai. Sementara
biaya tataniaga yang dikeluarkan pada tingkat pedagang pengecer antara lain sewa lapak, biaya transportasi, upah kuli angkut, dan retribusi pasar.
5.3.1.1. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 1
Margin tataniaga pada saluran tataniaga I merupakan margin tataniaga terkecil dari ketiga saluran tataniaga ubi jalar di Desa Purwasari, yaitu sebesar
Rp.800Kg. Hal ini dikarenakan saluran tataniaga 1 merupakan rantai tataniaga terpendek dari ketiga saluran yang ada.
Petani menjual ubi jalar ke pedagang pengumpul tingkat pertama dengan harga Rp.1.800Kg. Petani tidak mengeluarkan biaya tataniaga karena ubi jalar
yang dipanen langsung diambil oleh pedagang pengumpul tingkat pertama di petani jadi biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul tingkat
pertama sebesar Rp.250Kg. Biaya lebih yang dikeluarkan pedagang pengumpul