Margin Tataniaga Efisiensi Tataniaga

30 Adanya perbedaan dari banyak lembaga tataniaga yang terlibat mengakibatkan biaya tataniaga meningkat akan diikuti peningkatan pengambilan keuntungan oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat. Pada dasarnya besar kecilnya margin tataniaga sering digunakan sebagai kriteria untuk penilaian apakah pasar tersebut sudah efisien atau belum. Namun tinggi-rendahnya margin tataniaga tidak selamanya dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi kegiatan tataniaga. Secara umum suatu sistem tataniaga dapat dikatakan efisiensi, apabila dalam memasarkan suatu komoditi yang sama terdapat penyebaran margin yang merata dan masing-masing memiliki keuntungan kesejahteraan di semua pelaku pemasaran. Penjelasan mengenai margin tataniaga yang telah disebutkan diatas dapat dikatakan bahwa margin tataniaga adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen, atau dapat juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen sampai ke titik konsumen akhir. Tingginya margin tataniaga belum mencerminkan efisiennya jasa yang diberikan oleh sistem tataniaga tersebut. Salah satu indikator yang cukup berguna adalah memperbandingkan bagian yang diterima farmer’s share oleh petani Limbong dan Sitorus, 1987. 31

2.8.2. Farmer’s Share

Salah satu indikator yang menentukan efisiensi pemasaran ialah farm er’s share selama komoditas tidak berubah bentuk hinga sampai di tangan konsumen akhir. Bagian yang diterima petani farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar konsumen. Bagian yang diterima lembaga pemasaran ini dinyatakan dalam persentase Limbong dan Sitorus, 1987. Farmer’s Share mempunyai hubungan yang negatif dengan margin tataniaga, karena apabila margin tataniaganya semakin tinggi umumnya akanmengakibatkan farmer’s share akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Sehingga, farmer’s share mempunyai nilai yang relatif lebih rendah jika harga di tingkat konsumen akhir relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga yang diterima oleh petani. Sebaliknya juga jika farmer’s share mempunyai nilai yang relatif lebih tinggi jika harga di tingkat konsumen akhir tidak terpaut jauh jika dibandingkan dengan harga yang diterima oleh petani.

2.8.3. Rasio Keuntungan dan Biaya RC

Kriteria lain yang biasanya digunakan dalam menetukan efisiensi tataniaga dari suatu komoditas ialah rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Hal ini dikarenakan pembanding opportunity cost dari biaya adalah keuntungan. Sistem tataniaga secara teknis dikatakan efisien apabila rasio terhadap biaya semakin besar dan nilainya bernilai positif atau lebih besar dari nol 0. Menurut Limbong dan Sitorus 1987, tingkat efisiensi suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya dengan 32 demikian, meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya dan margin tataniaga terhadap biaya tataniaga, maka secara teknis sistem tataniaga tersebut semakin efisien.

2.9. Ubi Jalar

Ubi jalar atau ketela rambat Ipomoea batatas L. adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi karbohidrat yang tinggi. Di Afrika, umbi ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok yang penting. Di Asia, selain dimanfaatkan umbinya, daun muda ubi jalar juga dibuat sayuran. Terdapat pula ubi jalar yang dijadikan tanaman hias karena keindahan daunnya. Umbi-umbian merupakan tanaman lokal yang telah lama dikenal dan dikonsumsi masyarakat Indonesia. Dalam bentuk segar kandungan protein ubi jalar masih sedikit. Masalah ini dapat diatasi dengan mengolahnya menjadi bentuk kering Astanto Kasno: 2006. Salah satu bentuk kering tersebut adalah beras ubi. Ubi jalar atau ketela rambat Ipomoea batatas L. adalah sejenis tanaman budidaya. Bagian yang dimanfaatkan adalah akarnya yang membentuk umbi dengan kadar gizi karbohidrat yang tinggi. Varietas atau kultivar ubi jalar yang ditanam di berbagai daerah jumlahnya cukup banyak, antara lain: lampeneng, sawo, cilembu, Rambo, SQ-27, mendut dan kalasan. 33 Varietas yang digolongkan sebagai varietas unggul harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a Berdaya hasil tinggi, diatas 30 tonhektar b Berumur pendek antara 3 – 4 bulan c Rasa ubi enak dan manis d Tahan terhadap hama penggerek ubi cylas sp.dan penyakit kudis oleh cendawan elsinoe sp. e Kadar karotin tinggi diatas 10 mg100 gram f Keadaan serat ubi relatif rendah Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun.

2.9.1. Kandungan Gizi Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan komoditas sumber karbohidrat utama, setelah padi, jagung, dan ubi kayu, dan mempunyai peranan penting dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak. ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai pengganti makanan pokok karena merupakan sumber kalori yang efisien. Selain itu, ubi jalar juga mengandung vitamin A dalam jumlah yang cukup, asam askorbat, tianin, riboflavin, niasin, fosfor, besi, dan kalsium. Di samping sumbangan vitamin dan mineral, kadar karotin pada ubi jalar sebagai bahan utama pembentukan vitamin A setaraf dengan karotin pada wortel Daucus carota.