37 Sektor pertanian
Sektor Industri Konsumen
Gambar 2. Aneka Kegunaan Ubi Jalar dalam Skema Pohon Industri
Sumber : Penanganan Panen, Pascapanen dan Pengolahan Hasil Ditjentan dan - IPB, 1996
Saus Tape
Brem Kremes
Keripik Ubi Goreng
Getuk Kulit
Makanan Ternak
Daun Sayuran
Umbi
Ubi Jalar
Pilus Kroket
Gaplek
I N
D U
S T
R I
M A
K A
N A
N
Chip Pati
Tepung RebusKukus
Saus Tape
Brem Kremes
Keripik Ubi Goreng
Getuk Kulit
Makanan Ternak
Daun Sayuran
Umbi
Ubi Jalar
38
2.10. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Rachma 2008 melakukan penelitian tentang Efisiensi Tataniaga Cabai Merah, Studi kasus Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis,
Propinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima jenis saluran tataniaga cabai merah di Desa Cibeureum. Saluran tataniaga 1 pedagang
pengumpul – pedagang grosir – pedagang pengecer ke 2, saluran tataniaga II
pedagang pengumpul – pedagang grosir – pedagang pengecer 1 – pedagang
pengecer 2, saluran tataniaga III pedagang pengumpul – pedagang grosir –
pedagang pengecer 2, saluran tataniaga IV pedagang pengumpul – pedagang
pengecer 1 – pedagang pengecer 2, dan saluran tataniaga V pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer 1. Berdasarkan kelima saluran tataniaga tersebut, terlihat bahwa 100 persen
cabai merah dijual petani ke pedagang pengumpul. Hasil analisis marjin tataniaga menunjukkan bahwa marjin terbesar terdapat pada saluran II, III, dan IV,
sedangkan marjin terkecil terdapat pada saluran I dan V. Struktur pasar yang terbentuk dalam tataniaga cabai merah adalah bersaing tidak sempurna, maka
setelah dianalisis tidak ada keterpaduan. Persaingan yang tidak sempurna dalam tataniaga cabai merah ini menunjukkan bahwa sistem tataniaga cabai merah di
lokasi penelitian belum efisien. Penelitian mengenai Analisis Usahatani dan Tataniaga Kedelai di
Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilakukan oleh Maryani 2008 dengan tujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan usahatani kedelai,
mengkaji saluran tataniaga, struktur pasar dan permasalahan yang ada di setiap
39 pelaku pasar, dan menganalisis tingkat efisiensi tataniaga kedelai di Kecamatan
Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Untuk tataniaga digunakan penelusuran saluran tataniaga, analisis margin pemasaran, analisis struktur pasar,
dan analisis efisiensi tataniaga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat dua saluran tataniaga kedelai di Kecamatan Ciranjang, Kecamatan Cianjur, Jawa
Barat. Dua saluran tataniaga tersebut yakni saluran tataniaga kedelai polong tua
dan saluran tataniaga polong muda. Saluran tataniaga kedelai polong muda yaitu, kedelai yang dihasilkan oleh petani kemudian didistribusikan kepada pedagang
pengumpul dan didistribusikan kembali ke pedagang Pasar Induk di Parung. Sedangkan untuk saluran tataniaga kedelai polong tua terdapat delapan saluran
saluran tataniaga yang digunakan oleh petani hingga sampai produk sampai kepada konsumen akhir. Struktur yang dihadapi antara petani dan pedagang
pengumpul, petani dan pedagang Kecamatan, serta antara petani dan pedagang besar adalah persaingan dan oligopsoni. Struktur pasar yang dihadapi oleh
pedagang pengumpul adalah persaingan, sedangkan struktur pasar yang dihadapi oleh Kecamatan adalah oligopsoni. Berdasarkan perhitungan margin tataniaga
total margin tataniaga, yaitu Rp.1.000kg dan farmer’s share yang paling tinggi
yaitu sebesar 77,78 persen. Penelitian Peranginangin 2011 dengan judul Analisis Tataniaga Markisa
Ungu di Kabupaten Karo dengan studi kasus di Desa Sebaraya, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara menganalisis mengenai
tataniaga dan tingkat efisiensi tataniaga markisa ungu serta menemukan alternatif
40 saluran tataniaga yang lebih efisien secara relatif jika dibandingkan dengan
tataniaga yang lain. Tataniaga markisa ungu merupakan serangkaian kegiatan bisnis dalam menyalurkan markisa ungu mulai dari tingkat petani hingga
konsumen akhir. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa lembaga tataniaga yang terlibat yaitu diantaranya petani, pedagang pengumpul
perkoper, grosir, pabrik pengolah, pedagang antar kota, pedagang pengecer, toko minuman serta cafe minuman. Namun selain kedelapan lembaga tataniaga
tersebut, dalam penelitian ini “tukang kilo” pemilik alat timbanganjasa penimbangan markisa ungu juga menjadi pelaku tataniaga.
Saluran tataniaga yang dihasilkan pada penelitian ini sebanyak 7 saluran tataniaga. Saluran 1 : petani
– pabrik pengolahan – toko minuman – konsumen. Saluran 2 : petani
– pedagang pengumpul - grosir – pabrik pengolah – toko minuman
– konsumen. Saluran 3 : petani – pedagang pengumpul – grosir – pedagang antar kota
– pedagang pengecer luar kota – konsumen. Saluran 4 : petani
– grosir – pabrik pengolah – toko minuman – konsumen. Saluran 5 : petani – grosir – pedagang antar kota – pedagang pengecer luar kota – konsumen.
Saluran 6 : petani pedagang pengecer lokal – konsumen. Dan saluran 7 : petani –
toko minuman – konsumen.
Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Dari ketujuh saluran
tataniaga yang dihasilkan saluran tataniaga yang paling efisien secara relatif dibandingkan dengan saluran tataniaga yanag lain dengan produk akhir sirup
markisa adalah saluran tataniaga 1. Sedangkan saluran tataniaga yang efisien