Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 3

87 Petani atau kelompok tani dapat meningkatkan pendapatannya, apabila melakukan nilai tambah value added terhadap ubi jalar dengan cara melakukan pengolahan sehingga menghasilkan produk-produk lain seperti saos, keripik, tepung dan lain-lain yang berbahan baku ubi jalar. Dengan melakukan pengolahan terhadap ubi jalar maka terjadi proses perubahan bentuk utilitas bentuk, sehingga dapat meningkatkan pendapaan bagi petani atau kelompok tani. Rekapitulasi hasil analisis margin tataniaga dan farmer’s share setiap saluran tataniaga ubi jalar di Desa Purwasari berdasarkan harga yang terjadi di tingkat petani dan harga yang berlaku di tingkat konsumen dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Rekapitulasi Harga di tingkat Petani, Harga di Tingkat Konsumen, Margin tataniaga, dan Farmer’s Share Saluran tataniaga Ubi Jalar di Desa Purwasari. Saluran Pemasaran Harga di tingkat petani RpKg Harga di tingkat konsumen RpKg Margin Tataniaga Farmers Share Saluran Pemasaran 1 1800 2600 800 69.23 Saluran Pemasaran 2 1800 5250 3450 34.29 Saluran Pemasaran 3 1800 4250 2450 42.35 Sumber: Lampiran 2-4 Berdasarkan tabel 17, dapat diketahui bahwa margin tataniaga terkecil terjadi pada saluran tataniaga 1, yaitu sebesar Rp.800Kg, kemudian saluran tataniaga 3 sebesar Rp.2.450Kg, dan marjin tataniaga terbesar terjadi pada saluran 2 yaitu sebesar Rp.3.450Kg. Perbedaan marjin tataniaga pada setiap saluran tataniaga dipengaruhi oleh panjang atau pendeknya rantai tataniaga yang terjadi. Semakin panjang rantai tataniaganya, maka marjin tataniaga pada saluran 88 tataniaga tersebut semakin besar. Hal ini terjadi karena semakin panjang rantai pemsaran maka semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat. Lembaga tataniaga yang teribat tersebut melakukan fungsi-sungsi tataniaga dalam proses penyaluran ubi jalar ke konsumen, sehingga ada biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan fungsi-fungsi tataniaga tersebut. Lembaga tataniaga akan mengambil sejumlah keuntungan sebagai balas jasa atas fungsi tataniaga yang dilakukannya dan untuk mengimbangi biaya yang telah dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisa margin tataniaga dan Farmer’s share di atas, dapat disimpulkan bahwa saluran tataniaga yang relative lebih efisien adalah saluran tataniaga 1 karena memiliki margin tataniaga terkecil yaitu sebesar Rp.800Kg dan farmer’s share terbesar yaitu 69,23 persen. Sementara saluran tataniaga 2 merupakan saluran tataniaga yang relative kurang efisien karena memiliki marjin tataniaga terbesar dan farmer’s share terkecil yaitu masing- masing sebesar Rp.3.450Kg dan 34,29 persen.

5.3.3. Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Indikator lain untuk menentukan efisiensi operasional tataniaga suatu komoditas adalah dengan menghitung rasio keuntungan dan biaya. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga menunjukkan nilai dari keuntungan yang diterima dibandingkan dengan biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya digunakan untuk mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya yang diperoleh. Semakin menyebarnya rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional system tataniaga akan semakin