Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 1

84 Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul tingkat pertama sebesar Rp.235Kg karena petani langsung membawa ubi jalar ketempat pedagang pengumpul tingkat pertama, berbeda dengan saluran 1 dimana pedagang pengumpul tingkat pertama mengeluarkan biaya tataniaga sebesar Rp.250Kg karena mereka mengambil ubi jalar langsung dari petani. Pedagang pengumpul tingkat kedua kemudian menjual ubi jalar yang dibeli dari pedagang pengumpul tingkat pertama kepada pedagang grosir yang ada di Pasar Induk Kramat Jati dengan harga Rp.3.350Kg. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul tingkat kedua sebesar Rp.285Kg sehingga keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp.565Kg dan margin tataniaga yang terjadi sebesar Rp.850Kg. Pedagang grosir membeli ubi jalar dari pedagang pengumpul tingkat kedua dengan harga Rp.3.350Kg dan menjualnya ke pedagang pengecer dengan harga Rp.4.250Kg. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang grosir sebesar Rp.271,5Kg sehingga keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.628,5Kg dan marjin tataniaga yang terjadi sebesar Rp.900Kg. Pedagang pengecer membeli ubi jalar dari pedagang grosir dengan harga Rp.4.250Kg dan menjualnya ke konsumen dengan harga Rp.5.250Kg. Biaya tataniaga yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer sebesar Rp.317Kg sehingga keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 683Kg dan marjin tataniaga yang terjadi sebesar Rp.1.000Kg. Saluran tataniaga 2 merupakan rantai terpanjang dari tataniaga ubi jalar di Desa Purwasari. Panjangnya rantai tataniaga pada saluran ini menyebabkan total marjin tataniaganya pun terbesar dari ketiga saluran tataniaga ini menyebabkan 85 total margin tataniaganya pun terbesar dari ketiga saluran tataniaga yang ada, yaitu sebesar Rp.3.450Kg. Hal ini terjadi karena semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat dalam upaya menyalurkan ubi jalarnya ke konsumen. Sehingga semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan dan keuntungan yang di ambil untuk mengimbangi biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga tataniaga yang terlibat. Margin tataniaga terbesar pada saluran tataniaga ini terdapat pada lembaga tataniaga pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp.1.000Kg. Biaya yang dikeluarkan dan risiko oleh pedagang pengecer relatif besar sehingga keuntungan yang diambil oleh lembaga tataniaga ini pun relatif besar. Biaya dan keuntungan yang relatif besar ini menyebabkan margin tataniaga menjadi besar pula.

5.3.1.3. Analisis Margin Tataniaga Saluran Tataniaga 3

Pada saluran tataniaga 3, konsumen membeli ubi jalar tanpa melalui pedagang pengecer. Konsumen langsung datang ke Pasar Induk Kramat Jati untuk membeli ubi jalar ke pedagang grosir. Harga jual yang diberikan oleh pedagang grosir sama dengan harga jual ke pedagang pengecer yaitu sebesar Rp.4.250Kg. Hal ini disebabkan oleh harga yang terjadi di pasar induk merupakan harga yang berlaku sama pada setiap pembeli. Sehingga margin tataniaga yang terjadi pada saluran tataniaga 3 ini akan lebih kecil dibandingkan dengan saluran tataniaga 2. Margin tataniaga pada saluran tataniaga 3 adalah sebesar Rp.2.450Kg. Lembaga tataniaga yang mempunyai margin tataniaga terbesar adalah pedagang grosir yatu sebesar Rp.900Kg.