Hasil Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA

15

2.3 Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian terdahulu mengenai analisis strategi pengembangan usaha suatu komoditas telah banyak dilakukan. Alat analisis yang telah banyak digunakan antara lain berupa analisis matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks BCG, matriks SWOT, serta QSPM. Penelitian Tinambunan 2005 mengangkat tentang “Analisis Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias pada PT Bina Usaha Flora BUF di Cipanas-Cianjur”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan-kelemahan, peluang-ancaman dari perusahaan serta memformulasikan strategi dan memilih strategi yang terbaik. Alat analisis yang digunakan dalam memformulasikan strategi bisnis pada penelitian in adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, serta QSPM. Hasil identifikasi faktor penentu eksterna l yang memberikan skor peluang tertinggi pada matriks EFE adalah besarnya peluang dan pangsa pasar lokal maupun internasional. Sedangkan faktor yang merupakan ancaman terbesar adalah banyaknya jumlah pesaing dan bergamnya karakteristik pesaing dalam industri. Masing- masing total skor pada matriks IFE dan EFE dipetakan dalam matriks IE, sehingga menempatkan PT BUF pada posisi sel IV. Posisi sel ini menunjukkan posisi internal dan eksternal PT BUF yang sedang atau rata-rata. Pada sel ini PT BUF berada pada tahap posisi tumbuh dan bina growth and build . Strategi yang dapat dikembangkan adalah strategi integrasi dan intensif. Penentuan prioritas strategi dengan QSPM merekomendasikan dan memutuskan bahwa strategi terbaik dan dengan nilai daya tarik tertinggi, yaitu sebesar 5,364 16 adalah menjalin kerjasama dengan pelanggan tetap potensial, floris, dinas taman perkotaan, pengelola lapangan golf, dan developer real estate. Indriastanti 2003 dengan judul “Strategi Pemasaran dan Pengembangan Usaha Anggur Hijau. Kasus Usaha Petani Klaten, Jawa Tengah”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui strategi yang sedang dijalankan, mengetahui strategi yang telah dijalankan dan memberi alternatif strategi untuk pemasaran dan pengembangan usaha anggur hijau. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, dan matriks SWOT. Berdasrkan matrik IFE, kekuatan utama anggur hijau yaitu tingkat harga yang tinggi dibandingkan produk lain. Kelemahan utama yaitu belum ada sentuhan teknologi pasca pane n. Berdasarkan matriks EFE, peluang utama anggur hijau adalah adanya perencanaan untuk membuat agrowisata. Ancaman utama yaitu adanya tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap alam. Matriks IE diperoleh posisi usaha anggur hijau berada pada sel V, yait u pada tahap growth and stabilit y. Strategi yang sesuai yaitu strategi intensif dengan cara penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan analisis SWOT, strategi pemasaran yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan usaha anggur hijau adalah strategi intensif dengan cara meningkatkan kualitas buah, mempertahankkan harga yang sudah ada, melakukan perluasan pasar, penetrasi pasar dengan melakukan promosi melalui media elektronik seperti radio, koran dan majalah. Kemudian dierkomendasikan juga strategi penetrasi pasar dengan merangkul pemerintah dalam hal promosi agar menarik minat untuk mengkonsumsi maupun ikut 17 mengusahakan anggur hijau. Sedangkan strategi pengembangan produk dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pemerintah dengan cara mendatangkan tenaga ahli yang berkompeten dibidang anggur hijau, sehingga mampu melakukan budidaya secara efektif dan efisien. Strategi integratif dapat dilakukan melalui peningkatan pelayanan kepada konsumen dan menjalin hubungan baik dengan pemasok faktor- faktor input. Sani 2005 membahas tentang “Analisis Preferensi Konsumen Kecap Manis Merek Korma” Sani menyimpulkan bahwa sebagian besar konsumen mendapat pengaruh pembelian dari diri sendiri. Sumber informasi konsumen sebagian besar berasal dari iklanmedia masa. Lokasi pembelian sebagian besar konsumen adalah supermarket. Atribut kecap manis yang sangat penting bagi konsumen adalah rasa, aroma, dan kehalalan. Rekomendasi strategi pemasaran bagi kecap korma antara lain pihak produsen harus dapat memeperluas jaringan distribusi ke warung atau toko-toko kecil. Promosi dapat dikelola melalui iklan di media cetak, khususnya majalah wanita, menempatkan produk di tempat mencolok, menjadi sponsor acara bertemakan pengolahan makanan, dan meningkatkan promosi serta hubungan masyarakat. Mardianti 2005 dengan penelitian berjudul “Optimalisasi Produk Kecap di Korma Food Company, Jakarta” Mardianty menyimpulkan bahwa hasil analisis optimal menunjukkan bahwa masih banyak sumberdaya yang berlebih seperti sebagian besar bahan baku dan bahan penolong, bahan pengemas, kapasitas tungku rebus, kapasitas ruang fermentasi serta jam tenaga kerja langsung. Sumber 18 daya yang paling menguntungkan untuk ditingkatkan ketersediaannya adalah bahan baku kedelai. Hal yang disarankan yaitu dalam jangka pendek perusahaan dapat memfokuskan produksi dan pemasaran pada produk Manis Panggang 625 ml dan Sari Rasa 625 ml, dengan pertimbangan bahwa keuntungan per unit yang dihasilkan jauh lebih tinggi dibandingkan produk lain. Dalam perencanaan jangka panjang, perusahaan dapat mempertimbangkan untuk menambah ketersediaan tungku masak, karena pemanfaatannya untuk saat ini sudah hampir maksimal. Perusahaan hendaknya mengatur kembali manajemen pengadaan dan bahan baku yang diperlukan untuk memecahkan masalah dalam pengadaan bahan baku yang belum optimal. Penelitian ini mengambil topik mengenai analisis strategi bisnis kecap yang belum pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya. Perbedaan lainnya yaitu penelitian ini banyak mengacu pada buku Fred R David edisi ke 10 cetakan 2006 dimana analisis strategi kompetitif disatukan kedalam analisis eksternal lainnya, tidak dipisahkan menjadi analisis tersendiri seperti yang terdapat dalam edisi ke 9. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis lima kekuatan persaingan Porter, matriks IFE, matriks EFE, matriks IE, matriks SWOT, serta QSPM. Dengan alat analisis ini diharapkan hasil yang diperoleh lebih baik, sehingga dapat diterapkan untuk mengembangkan usaha kecap korma. 19

III. KERANGKA PEMIKIRAN